Senin, 25 Juni 2012

Langit pun Tersenyum


Yah, disinilah aku sekarang, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tujuanku kesini sebenarnya ialah dalam rangka mengampanyekan dan mempromosikan Taman Nasional Laut Wakatobi sebagai Cagar Biosfer Dunia ke-8 di Indonesia. Sebagai putra asli Sulawesi Tenggara, nampaknya kurang afdol apabila obyek wisata di kampung halaman sendiri tidak berusaha kujadikan Cagar Biosfer Dunia. Karena sepengalamanku waktu kecil, Wakatobi yang mempunyai pemandangan yang indah merupakan tempat sehari-hari aku bermain, menghabiskan waktu, bahkan bertamasya bersama keluarga. Apalagi, aku dan rekan-rekan telah berhasil mengampanyekan dan menjadikan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu di Riau sebagai Cagar Biosfer Dunia ke-7 di Indonesia.

Aku mulai aktif di kegiatan ini di tahun 2008, bukan sekedar gaya-gayaan, segala daya dan upaya yang aku dan teman-temanku lakukan ini tak lain adalah untuk menjaga kelestarian alam serta lebih mengharumkan nama Indonesia di dunia, terutama di mata PBB. Biarlah carut-marut perokonomian dan perpolitikan kita dipandang sebelah mata oleh dunia, namun mengenai hal lingkungan, kita tidak boleh abai, karena ini juga merupakan masa depan bagi kita, terutama bagi anak-anak kita. Aku sangat senang ketika usaha kami menjadikan Giam Siak Kecil-Bukit Batu akhirnya diakui PBB, di saat kendala asap akibat pembakaran hutan marak di Riau, kami bisa membuktikan bahwa masih ada harapan untuk memperbaiki hal itu, terbukti dengan diakuinya Giam Siak Kecil-Bukit Batu menjadi Cagar Biosfer Dunia di Indonesia.

Perlu kalian tahu, Cagar Biosfer ini merupakan perpaduan keselarasan antara ekonomi, masyarakat, dan lingkungan. Jadi kasarnya, perkembangan ekonomi, harus selaras dengan sumber daya masyarakat, dan juga perlindungan lingkungan. Jadi disini tidak hanya diperlukan alam yang indah saja untuk menjadi Cagar Biosfer, namun juga diperlukan peran aktifdari masyarakat dan perkembangan ekonomi yang stabil.

Usaha menjadikan Wakatobi ini akhirnya mengemuka sejak dua tahun yang lalu, satu tahun setelah Giam Siak Kecil-Bukit Batu menjadi Cagar Biosfer, kegiatan kami stagnan, tidak ada hal baru yang bisa kami lakukan. Maka aku pun berinisiatif untuk mengajukan daerahku, tempat kenangan masa kecilku, sebagai Cagar Biosfer berikutnya. Bukan hal yang mudah, karena kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya, serta masyarakat Wakatobi pada umumnya, yang masih kurang peduli pada alam, padahal unsur masyarakat ini yang menjadi sangat vital dalam kegiatan ini. Bagaimana bisa lingkungan tetap asri dan terjaga bila kebiasaan buruk seperti membuang sampah sembarangan  ataupun perusakan terumbu karang tetap berlangsung? Atau apa yang terjadi apabila Wakatobi ini tidak indah dan asri? Pastinya tidak akan banyak wisatawan yang berkunjung, sehingga tidak akan menimbulkan perkembangan ekonomi yang meningkat setiap harinya. Maka dari itu aku dan teman-temanku berupaya memberi contoh dan pemahaman bagi masyarakat tentang bagaimna cara bersatu dengan alam, menjaganya, bahkan menjadikannya sumber uang bagi daerah. Untungnya, kegiatan ini didukung penuh oleh pemerintah pusat maupun daerah, sehingga tugas kami tidak beigitu berat, dan lambat laun Wakatobi ini menjadi daerah yang bersih, asri, indah, dan yang paling penting dicintai oleh masyarakatnya.

Akhirnya, perjuangan kami tidak sia-sia, April 2012 ini UNESCO telah menyepakati bahwa Taman Nasional Laut Wakatobi berhasil menjadi Cagar Biosfer Dunia kedelapan di Indonesia. Walaupun penyerahan piagam penetapannya baru akan diberikan September nanti, tak ayal aku yang mendengar kabar ini begitu gembira. Aku dan teman-temanpun segera berlarian ke tepi pantai Wakatobi, berteriak-teriak senang, hingga akhirnya berbaring di atas pasir pantai sambil memandang langit, sekilas, kulihat langit pun tersenyum melihat keberhasilan kami, keberhasilan warga Wakatobi dan Indonesia untuk mengharumkan nama bangsa di mata dunia.

2 komentar: