352 p., Elex Media Komputindo, Januari 2010
Sudah lama saya
sangat mendamba-dambakan buku karangan bapak fiksi paling hebat di dunia, Jules
Verne. Akhirnya, selesai juga saya membaca kisah ini, sebuah buku berjudul
Perjalanan ke Pusat Bumi, sebuah buku fenomenal, karena isinya yang tidak
terbayangkan ketika buku ini ditulis yaitu sekitar tahun 1800-an.
Berawal dari
impian seorang profesor yang menemukan sebuah penemuan yang mengatakan ada
seseorang bernama Arne Saknussem yang berhasil menembus perut bumi melalui
sebuah gunung yang telah lama mati di Islandia. Ini adalah sebuah kisah yang
sebenarnya masih diragukan keabsahannya, apalagi oleh keponakan si profesor
yang terpaksa mengikuti semua keinginan si profesor terutama ketika ia mengajak
si ponakan menapaktilasi jejak Saknussem menembus perut bumi.
Akhirnya, dengan
terpaksa si keponakan mengikuti jejak sang paman. Dengan bantuan seorang
asisten yang serbaguna yang juga telah mengenal selukbeluk Islandia karena ia
orang lokal, mereka bertiga kemudian masuk menembus gunung yang diceritakan.
Terus dan terus, semakin dalam dan semakin dalam, membawa para pembacanya ikut
pengap dengan situasi yang tak dapat diduga di dalam perjalanan.
Buku ini luar
biasa. Verne telah mampu melukiskan hal-hal yang pada zaman itu dianggap
mustahil. Coba saja pikirkan, mana ada di tahun tersebut orang-orang yang nekat
masuk ke perut bumi. Apalagi, teknologi belum semodern sekarang, kita tak
pernah tahu apa isi perut bumi sebenarnya. Tapi inilah mengapa Verne disebut
sebagai bapak fiksi yang termasyhur. Melalui imajinasi dan fantasinya, ia
ciptakan isi dari perut bumi dan perjalanan menuju sana dengan sangat indah.
Verne juga mampu membuat pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh si tokoh
dalam buku ini. Jujur saja, ketika membaca buku ini saya merasa berada dalam
kegelapan pekat, tanpa sinar matahari, dan yang paling penting sibuk
memikirkan, bagaimana caranya nanti keluar dari perut bumi ini. Saya juga tidak
menyangka bahwa pemikiran Verne memang sangat luar biasa, bagaimana ia
menciptakan hal-hal yang bertentangan dengan pemikiran awam selama ini bahwa
pusat bumi menghasilkan panas yang sangat dahsyat dan juga minim oksigen,
sehingga hal ini mampu membuat imajinasi orang-orang menuju satu muara,
benarkah yang Verne tuliskan?
Memang, buku ini
memang fiksi belaka, tetapi siapa tahu suatu saat ada seseorang atau sekelompok
orang yang mulai ”gila” untuk benar-benar melakukan ekspedisi ke pusat bumi dan
menemukan apa yang Verne tulis. Bukan hal yang mustahil, mengingat banyak
Vernian di luar sana, siapa tahu mereka begitu tergila-gila terhadap Jules
Verne dan melakukan hal serupa dengan yang tim ekspedisi di buku ini lakukan.
Buku ini layak masuk list 1001 books you
must read before you die. Saya
juga puas telah berhasil menamatkan salah satu buku legendaris karya penulis legendaris.
Selanjutnya impian saya ialah membaca buku-buku berikutnya dari Jules Verne,
terutama 80 Hari Keliling Dunia, sebuah buku yang juga masuk list 1001, sebuah
buku yang juga impossible, 80 hari keliling dunia? Di tahun 1800-an? Makin
bikin penasaran. Semoga saya cepat memperoleh buku ini.Sudah lama saya
sangat mendamba-dambakan buku karangan bapak fiksi paling hebat di dunia, Jules
Verne. Akhirnya, selesai juga saya membaca kisah ini, sebuah buku berjudul
Perjalanan ke Pusat Bumi, sebuah buku fenomenal, karena isinya yang tidak
terbayangkan ketika buku ini ditulis yaitu sekitar tahun 1800-an.
Berawal dari
impian seorang profesor yang menemukan sebuah penemuan yang mengatakan ada
seseorang bernama Arne Saknussem yang berhasil menembus perut bumi melalui
sebuah gunung yang telah lama mati di Islandia. Ini adalah sebuah kisah yang
sebenarnya masih diragukan keabsahannya, apalagi oleh keponakan si profesor
yang terpaksa mengikuti semua keinginan si profesor terutama ketika ia mengajak
si ponakan menapaktilasi jejak Saknussem menembus perut bumi.
Akhirnya, dengan
terpaksa si keponakan mengikuti jejak sang paman. Dengan bantuan seorang
asisten yang serbaguna yang juga telah mengenal selukbeluk Islandia karena ia
orang lokal, mereka bertiga kemudian masuk menembus gunung yang diceritakan.
Terus dan terus, semakin dalam dan semakin dalam, membawa para pembacanya ikut
pengap dengan situasi yang tak dapat diduga di dalam perjalanan.
Buku ini luar
biasa. Verne telah mampu melukiskan hal-hal yang pada zaman itu dianggap
mustahil. Coba saja pikirkan, mana ada di tahun tersebut orang-orang yang nekat
masuk ke perut bumi. Apalagi, teknologi belum semodern sekarang, kita tak
pernah tahu apa isi perut bumi sebenarnya. Tapi inilah mengapa Verne disebut
sebagai bapak fiksi yang termasyhur. Melalui imajinasi dan fantasinya, ia
ciptakan isi dari perut bumi dan perjalanan menuju sana dengan sangat indah.
Verne juga mampu membuat pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh si tokoh
dalam buku ini. Jujur saja, ketika membaca buku ini saya merasa berada dalam
kegelapan pekat, tanpa sinar matahari, dan yang paling penting sibuk
memikirkan, bagaimana caranya nanti keluar dari perut bumi ini. Saya juga tidak
menyangka bahwa pemikiran Verne memang sangat luar biasa, bagaimana ia
menciptakan hal-hal yang bertentangan dengan pemikiran awam selama ini bahwa
pusat bumi menghasilkan panas yang sangat dahsyat dan juga minim oksigen,
sehingga hal ini mampu membuat imajinasi orang-orang menuju satu muara,
benarkah yang Verne tuliskan?
Memang, buku ini
memang fiksi belaka, tetapi siapa tahu suatu saat ada seseorang atau sekelompok
orang yang mulai ”gila” untuk benar-benar melakukan ekspedisi ke pusat bumi dan
menemukan apa yang Verne tulis. Bukan hal yang mustahil, mengingat banyak
Vernian di luar sana, siapa tahu mereka begitu tergila-gila terhadap Jules
Verne dan melakukan hal serupa dengan yang tim ekspedisi di buku ini lakukan.
Buku ini layak masuk list 1001 books you
must read before you die. Saya
juga puas telah berhasil menamatkan salah satu buku legendaris karya penulis legendaris.
Selanjutnya impian saya ialah membaca buku-buku berikutnya dari Jules Verne,
terutama 80 Hari Keliling Dunia, sebuah buku yang juga masuk list 1001, sebuah
buku yang juga impossible, 80 hari keliling dunia? Di tahun 1800-an? Makin
bikin penasaran. Semoga saya cepat memperoleh buku ini.