Selasa, 30 Oktober 2012

Jangan Takut Poconggg





Siapa yang takut pada pocong? Tambahlah 2 "g" di belakang namanya, maka akan ditemukanlah pocong yang sama sekali tidak menyeramkan, bahkan pocong ini mampu membuat minat baca anak-anak ABG meningkat. Kenapa? Ya, karena dengan buku si pocong yang berjudul Poconggg Juga Pocong ini, abege yang kebanyakan adalah followers si @poconggg di twitter berbondong-bondong membeli buku yang terbit pertengahan tahun 2011 ini.

Dari segi cerita sendiri, sebenarnya hanya bab-bab awal yang dengan sangat jelas menceritakan bahwa yang bercerita disini adalah benar-benar seikat pocong. Selanjutnya, makin akhir mulai tampak kenarsisan si pocong yang mempunyai nama alias saudara Arief Muhammad ini. Bentuk narsisnya tak jauh-jauh, kebanyakan ia ambil dari kisah dan cerita-cerita seputar twitter dan follower-followernya. Ada pula kegiatan meet and greet bareng poconggg yang diadakan di salah satu mal di Jakarta tak luput beliau masukkan di buku ini.

Sebenarnya, maksud dan tujuan si penulis dalan menyampaikan pesan moral di dalam buku ini cukup baik, sayangnya penyampaian yang memang sengaja dinyeleneh-nyelenehkan membuat pesan moral ini kurang tersalurkan. Coba perhatikan pesan tentang bagaimana sulitnya dan hebatnya perjuangan seorang ibu dalam melahirkan anak. Mungkin saja pesan tentang hal ini lebih banyak terabaikan oleh para pembacanya. Mengapa? Ya, tidak heran sih, sebabnya persalinan sang ibu dibantu oleh dua ikat pocong konyol, sehingga seolah-olah perjuangan sang ibu dalam melahirkan tertutup oleh kekonyolan dua pocong tersebut.

Sebagai hiburan, buku ini lumayan membuat saya tersenyum. Tidak seperti kebanyakan die-hard-fans-book yang memandang remeh buku ini, entah mengapa buku dengan genre seperti ini masih dapat membuat saya membaca buku dengan cepat dan tanpa mengantuk. Bahkan dengan sudut pandang seikat pocong, seolah pembaca diajak untuk tidak takut kepada makhluk halus yang seperti ini. Karena dengan jeli, si penulis mengajak pembaca untuk mengkonyol-konyolkan si pocong dan menganggap dia bukan lagi sebuah ancaman.

Kembali ke jalan cerita, di buku ini pembaca akan disuguhi kisah-kisah pendek tentang petualangan si poconggg. Dijelaskan pula, apa beda antara poconggg dengan pocong. Selain itu, sebagai suatu kekurangan dari buku ini menurut saya ialah terlalu banyaknya hal-hal yang kurang penting, seperti teks lagu, puisi-puisi, serta seperti telah disebutkan di atas, kegiatan narsis si poconggg dan para fansnya. Inilah yang menurut saya membuat buku ini menjadi serba nanggung. Coba apabila bab-bab tersebut dijadikan cerita-cerita pendek tentang petualanagn si poconggg, mungkin saja humor-humor segar ala Hilman atau setidaknya Raditya Dika akan lebih banyak pembaca temui di buku ini. Banyak pula kutipan-kutipan dari twitter @poconggg yang ditampilkan disini, sehingga saya berpikiran jelek bahwa ini sengaja dimasukkan hanya agar halaman buku ini menjadi lebih tebal lagi.

Hm, saya kira buku ini akan menjadi lebih bagus atau setidaknya lebih menghibur apabila ditambahi lebih banyak cerita tentang si poconggg, dan tidak hanya menonjolkan kenarsisan si poconggg gara-gara akun twitternya difollow bejibun-jibun orang. Tapi well, seperti telah disebutkan di atas, saya cukup terhibur dengan buku ini. Mungkin butuh sedikit polesan lagi, dan tidak hanya mengandalkan follower setia untuk membeli buku ini, tetapi lebih rangkullah masyarakat yang lebih umum, karena tidak semua orang bermain twitter. Tiga bintang kurang sedikit, saya kira pantas untuk buku ini.


Judul: Poconggg Juga Pocong
Penulis: @poconggg
Penerbit: Bukune
Tebal: 142 hal.
Rate: 3/5

Minggu, 21 Oktober 2012

Petualangan Berbasis Sains




Ini bukan novel remaja biasa. Pernah membayangkan Prof. Yohanes Surya membuat sebuah kisah fiksi? Dengan mengusung nama TOFI, yang sebenatnya kepanjangan dari Tim Olimpiade Fisika Indonesia, suguhan utama penulis tetap seputar dunia sains dengan si tokoh utama yang bernama sama dengan judul buku, yaitu Tofi. Tofi ialah seorang anak berbakat yang mempunyai saingan dan rival utama di sekolah yang bernama Jupirer. Apalagi dengan kehadiran murid baru yang bernama Miranda, makin kentallah permusuhan mereka. Perseteruan Tofi dan Jupiter ini tak jauh-jauh dari bidang fisika, jadi memang membaca buku ini bisa sekaligus belajar fisika secara menyenangkan.

Persaingan yang terjadi tidak hanya seputar Tofi dan Jupiter. Di pertengahan buku, bahkan hampir sebagian besar buku, adegan yang disajikan lebih kepada perlombaan yang menyerupai Hunger Games. Bedanya, even STG (Science To Generaton) yang dilombakan adalah mengenai dunia pendidikan, tentunya dengan teknologi yang bisa dibilang sudah sangat modern. Tofi dan kawan-kawan mewakili sekolah mereka bersaing dengan tim-tim lain dari berbagai provinsi di Indonesia.

Jadi hanya itu isi buku ini?

Tidak, ternyata misteri di buku pertama ini hanya baru sekedar kulitnya saja. Terdapat konspirasi yang lebih besar yang ternyata sedang dihadapi Tofi dan keluarganya. Tidak main-main, konspirasi yang terjadi ini ternyata berhubungan dengan masa lalu ayah Tofi, Prof. Yomosi, seorang peraih nobel pertama dari Indonesia.

Buku bertema sains dengan campuran kisah cinta remaja serta konspirasi tingkat tinggi ini merupakan jenis cerita baru yang saya baca. Kejelian penulis memperkenalkan dunia sains melalui kisah fiksi ini patut dipuji. Tanpa terasa, banyak pengetahuan baru yang muncul yang bisa kita dapat dari sini. Bayangkan saja, tokoh-tokoh di buku ini saja namanya berkaitan dengan sains, nama planet lah, nama satelitnya lah, bahkan hingga nama zat kimia, pokoknya lengkap semua disini.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan buku ini. Kisah yang terjadi terkadang melewati detail yang sebenarnya diperlukan. Untuk diketahui, mungkin penulis ingin memberikan faktor kejutan di buku ini. Seperti saat tragedi di Tangkuban Perahu, tanpa tahu hal yang dilakukan, ternyata tiba-tiba terjadi hal yang mencengangkan. Setidaknya penulis memberi petunjuk secara kasar, apa yang tokoh utama sedang lakukan, sehingga tidak membuat pembaca bertanya-tanya, kapan hal ini terjadi. Belum lagi, nampaknya penulis mengalami sindrom narsisme. Ya, siapa yang tak tahu film dan buku Mestakung karangan beliau. Tetapi terlalu banyaknya kata mestakung yang digunakan cukup menganggu bagi saya secara pribadi.

Secara overall, buku ini patut diapresiasi lebih tinggi. Penulis mencoba mendobrak pasaran buku yang ada saat ini dengan genre science seperti ini. Di tengah serbuan genre-genre buku komedi tak jelas, semoga saja buku ini dapat menjadi angin segar dalam dunia perbukuan di Indonesia. Gaya bercerita yang lebih fresh dan mendidik semoga juga dapat menjadi pilihan lain sebagai bahan bacaan. Apalagi dengan konsep membaca sambil belajar, para pelajar SMU ke atas bisa menjadikan buku ini sebagai hiburan di tengah kepenatan belajar. Bintang 4,5 untuk buku ini. Buku pertama setebal 800an halaman yang sangat menimbulkan rasa penasaran bagi para pembacanya.


Judul: Tofi: Perburuan Bintang Sirius
Penulis: Yohanes Surya, Ellen Conny, Sylvia Lim
Penerbit: Kandel 
Tebal: 831 hal.
Rate: 4,5/5

Buku Biru




Maroon, seorang bocah cilik tanpa sengaja bertemu dengan Donald di masa kecilnya. Donald yang ia temui ternyata bukan manusia biasa, tetapi jiwa dari seorang Donald, pemuda berumur 20 tahunan yang sedang mengalami masa kritis di Negeri Lady Di sana. Seiring berjalannya waktu, Donald akhirnya menghilang dari kehidupan Maroon, tetapi di kehiduapn yang nyata, Donald ternyata mencari-cari Maroon, begitupun Maroon, jiwa Donald yang ia temui sungguh sangat memberikan kesan mendalam baginya.

Maroon pun beranjak dewasa, tanpa ia sadari, ia bertemu dengan Donald yang kebetulan sama-sama menjadi dokter. Namun ketika itu ia sama sekali tidak menyadari kalau Donald ini ialah Donald yang ia temui di masa kecilnya. Begitupun Donald, ia tidak menyadari bahwa inilah Maroon yang selama ini ia cari. Kejadian berlalu dengan cepat, akhirnya Donald dan Maroon sama-sama menyadari kalau mereka sebenarnya sedang saling mencari satu sama lain. Mereka pun berhubungan erat, bahkan berpacaran, hingga suatu hari Maroon dan ayahnya terlibat kecelakaan. Ayahnya meninggal, sementara Maroon kehilangan ingatan. Donald pun menjadi orang asing bagi Maroon, dan hubungan mereka kandas seiring dengan ditolaknya pinangan Donald terhadap Maroon. Muncullah David disini, ia mendekati Maroon, bahkan berencana meminangnya pula, sampai suatu ketika, ingatan Maroon pulih kembali...

***

Amore, suatu genre buku baru yang saya baca. Mirip harlequin kali ya kalau di luar negeri sana, tapi tentunya minus adegan-adegan agak panas yang lazim ditemui di harlequin. Kebetulan buku Amore yang pertama saya baca ini merupakan buku yang sangat ngetop di goodreads. Lebih dikenal dengan buku biru, ternyata review-review dari teman-teman goodreads selama ini cukup beralasan mengenai kualitas dari buku ini.

Jujur saja, ide cerita buku ini lumayan seru dan baru. Sesosok jiwa muncul dalam kehidupan manusia, jatuh cinta, dan akhirnya mencari jiwa itu di dalam sesosok manusia yang benar-benar ada dan nyata. Apalagi, dengan judul Memory dan Destiny seolah-olah penulis ingin mencocokkan dengan tokoh utama buku ini, yaitu Maroon, Donald dan David. Lihat, inisial nama mereka sama dengan inisial judul buku bukan? Tetapi sayang seribu sayang, buku-buku metropop yang cinta-cintaan yang saya bisa nikmati ketika baca tidak saya temui di buku ini. Ceritanya benar-benar membosankan dan bertele-tele. Apalagi gaya penulisan si penulis membuat buku ini agak menyebalkan. Pembaca seakan-akan digiring, bahkan diseret untuk memenuhi hasrat si penulis dalam membaca buku dan menyelami hobinya. Bayangkan saja, ada berapa banyak lirik lagu bertebaran di buku ini. Belum lagi masalah hal-hal detail yang terlalu diceritakan, seperti apa itu brunch, gatot, serta banyak lagi hal-hal yang seolah penulis lebaykan disini. Ada juga perandaian tentang rasa manis. Penulis menggambarkan, saking manisnya, semut pun bisa mati gara-gara kebanyakan glukosa, haduuuh.... Gitu banget deh mbak penulis.. Saya rasa, hal-hal yang terkesan detail tak penting mending gak usah masuk buku deh. Hmm, apa ini taktik juga ya buat ngebanyakin halaman? Hihi...

Ah, gak bisa nikmatin saya, untungnya buku ini cuma minjem, jadi gak terlalu nyesel sih udah baca buku ini. Sorry to say, cuma 1 bintang buat buku ini. Dan semoga saja amore-amore selanjutnya yang mungkin saya baca gak separah ini, aaamiiin...


Judul: Memory and Destiny
Penulis: Yunisa K.D.
Tebal: 264 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Mei 2010
Rate: 1/5