Minggu, 29 September 2013

Baca Bareng Buku-Bukunya Mbah Agatha Christie



Komitmen dari awal sebagai peserta Mistery Reading Challenge yang di host oleh mbak Hobby Buku. Tapi agak ndableg juga, walaupun tahu kalau bulan September-Desember buku-bukunya Mbah Agatha Christie yang bakal dibaca bareng, tapi gak buru-buru nyari, jadi deh agak kelimpungan pas tantangan ini muncul secara berdikari (ceileh bahasanya...)

Oke, sementara ini saya cuma punya buku Taken at the Flood (Poirot) dan Tiga Belas Kasus (Marple) untuk disertakan dalam tantangan ini, tapi mudah-mudahan dapat rezeki lebih untuk hunting buku-buku AC lainnya biar tantangan ini makin ajib buat diselesaikan :)

Tertarik ikutan juga? Langsung aja deh baca-baca langsung di Master Post-nya. Mari harubirukan dunia perbukuan dengan membaca kisah-kisah detektif dari Agatha Christie! #IyaLebay

Terima kasih dan semoga saya beruntung #eh

Minggu, 22 September 2013

Arab Saudi dalam Pengalaman @Vabyo




Sebelum masuk ke dalam sebuah review tentang buku Kedai 100 Mimpi karya dari Valiant Budi, ada baiknya sejenak kita bersantai melepas lelah dan penat dengan permainan tebak kalimat. Mudah saja, tebak, mana bahasa Sunda mana bahasa Tagalog, pertanyaan-pertanyaan ini saya ambil dari halaman 82 buku ini.


1.       Noong nakarang ay ipinagdiwang ang karawan
2.       Noong parawan aya dina lawang keur nahan papang
3.       Idinagdag niya na ito ay likas na pangailangan ng isang lalaki
4.       Huntu sim kuring meuni galing kitu kawas kapiting dahar beling
5.       Patepang nepi kayang katinggang si engkang anu paling galing
6.       Ang una kong pinagukulan ng pangsin
7.       Har ari sia lamun heuay siga munding jeding
8.       Tong noong aing lamun embung ditampiling


Saya haqqul yakin, yang mengerti bahasa Sunda pasti ngakak abis baca kalimat-kalimat ini. Seperti pengalaman saya, hampir saja tak bisa menahan tawa ketika membaca ini di angkot. Sudah tertebak mana yang bahasa Sunda mana yang bahasa Tagalog? Saya yakin mayoritas pasti bisa menjawabnya.

Oke, kalian mungkin berpikir bahwa buku ini bercerita tentang perjalanan atau traveling ke Filipina dengan melihat paragraf di atas, tetapi sayang sekali, kisah buku ini bukanlah di Filipina, tetapi di Arab Saudi. Bisa dibilang ini adalah sebuah memoar dan kisah nyata dari Valiant Budi alias @vabyo, kisah hidupnya ketika menjadi TKI di sana, tepatnya ketika menjadi barista merangkap tukang bersih-bersih di sebuah coffee shop bertaraf internasional dengan “daleman” dan “kelakuan” yang sangat tidak mencerminkan kualitas dan pelayanan internasional. Dari cover buku ini sih ketebak ya dimana Valiant bekerja, tapi entah tebakan saya ini benar atau salah, soalnya seperti telah saya bilang, kualitas dan pelayanannya seperti yang telah dibuka oleh Valiant sama sekali tidak mencerminkan hal itu. Hubungan buku ini dengan Tagalog dan Filipina ialah gara-gara banyaknya orang-orang Filipina yang bekerja di sana. Bahkan, penulis seringkali salah mengira orang-orang Filipina itu sebagai orang Indonesia karena kesamaan fisik dan tampang, inilah alasan penulis membuat tebak-tebakan kalimat seperti di atas. Di samping itu, kemiripan bahasa Sunda dan Tagalog juga menginspirasinya untuk menulis hal itu.

Bercerita dengan sudut padang orang pertama, Valiant seolah berbicara kepada pembacanya mengenai kisahnya yang bisa dibilang tidak sesuai harapan. Seperti judul dari buku ini, kedai yang tadinya berisikan 1001 mimpi bagi penulis perlahan berubah menjadi neraka baginya. Angan-angannya untuk hidup enak dan mewah di Timur Tengah berbalik 180 derajat, entah itu dari segi pekerjaannya, lingkungannya, maupun dari faktor cuacanya. Pekerjaan yang diperoleh Vabyo ini bermula dari impian penulis untuk traveling ke negeri-negeri Timur Tengah yang salah satunya ialah Arab Saudi. Sambil bekerja, Vabyo mungkin berangan-angan untuk sekalian menulis tentang dunia Timur Tengah yang sebenarnya, bahkan mungkin juga berangan-angan untuk sekalian mendekatkan diri kepada Tuhannya. Angan-angan tinggal angan-angan, dari segi pekerjaan banyak hal yang tidak sesuai  dengan ekspektasinya, mulai dari atasan yang seenaknya, hingga pekerjaan yang tidak sesuai tertera dengan kontrak. Tak pernah sebelumnya bahwa Vabyo akan berhadapan dengan sapu, pel dan tetek bengek alat kebersihan lainnya. Di pikiran penulis, hanya membuat kopilah tugas dan pekerjaan dari barista ini, namun ia salah. Dari segi lingkungan, sulitnya mencari teman sebangsa dan seperjuangan membuat masa adaptasi penulis menjadi masa-masa paling menyedihkan bagi dirinya. Untungnya, perlahan-lahan Valiant menemukan teman-teman sebangsanya, yang setidaknya berbahasa sama dengannya, juga senasib sepenanggungan, sehingga masa-masa bekerja Valiant menjadi agak lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Apalagi, banyak pengalaman-pengalaman seru dari teman-teman Indonesia lainnya, pengalaman yang mencengangkan, yang tak pernah diduga akan terjadi di dunia Arab.

                Buku ini bukan untuk yang berpikiran sempit dan mainstream – Djaycoholyc, Moderator Kaskus, Rate 3 bintang
Pemuja bangsa Arab (saya pernah punya pengalaman -___- ) lebih baik tak usah membaca buku ini, bukan apa-apa, kalau pikiran sempit dan mainstream, pasti bakal mengira dan langsung menuding bahwa buku ini memang sengaja untuk menjelek-jelekkan bangsa Arab (baca: Islam). Penulis pun sempat menceritakan pengalamannya diteror pengunjung blognya ketika menulis kisahnya ini di blognya. Bukan hanya itu, teror menjelang buku ini terbit pun banyak terjadi. Entah, apakah itu yang dinamakan fanatisme sempit, sehingga sampai sebegitunya menghalang-halangi kenyataan yang ingin dibeberkan secara sebenar-benarnya.
                Buku yang membawa pembaca ke alam Arab Saudi yang sesungguhnya – Agustinus Wibowo, Penulis, Rate 5 bintang
Arab Saudi bukan hanya Mekkah, Madinah, dan Jeddah. Masih ada kota-kota lain yang tak kalah pesonanya dengan ketiga kota tersebut. Selain pesona, kenali pula alam Arab Saudi yang bisa disebut ganas karena cuacanya yang sangat panas ketika musim panas, dan sangat dingin ketika  musim dingin. Kenali pula masyarakat Arab Saudi yang begitu mengagungkan warga lokal dan memandang rendah bangsa asing. Yang paling penting, kenali pula apa yang berada di balik cadar dan sorban para penduduknya, karena seperti pepatah terkenal yang mengatakan: Don’t Judge The Book By Its Cover. Inilah Arab Saudi yang sesungguhnya.
                Bekal untuk para calon TKI yang ingin bekerja di Arab Saudi – e.c.h.a., Moderator Goodreads Indonesia, Rate 3 bintang
Yup, mungkin banyak yang seperti Vabyo yang mempunyai angan-angan untuk bekerja di luar negeri, termasuk di Arab Saudi. Selain banyaknya kabar-kabar miring tentang nasib para TKI yang bekerja di sana di berita-berita sehari-hari, ada baiknya pula membaca kisah dan pengalaman para TKI ini dari sudut pandang si TKI sendiri, salah satunya di buku ini. Karena media, seperti kita ketahui adalah sudut pandang ketiga, dimana mereka hanya mengabarkan berita yang ada tanpa mengetahui sebab jelas apa latar belakang kejadian-kejadiann tersebut.
                Arab undercover, bahwa sebenarnya ras pilihan itu tidak ada – Alluna, Kaskus Books Enthusiast, Rate 4 bintang
Inilah, mungkin gara-gara bangsa Arab menganggap bangsanya adalah ras pilihan. Ras yang di sana diturunkan agama Islam, sehingga membuat mereka menjadi terlena dan keblinger sendiri. Padahal seperti kita ketahui bersama, bahwa derajat manusia di sisi-Nya dilihat dari iman, dan amal perbuatannya,apa yang mau dibanggakan dari sebuah ras yang katanya pilihan namun tidak tercerminkan dari perbuatannya sehari-hari? Semoga saja mereka menyadari hal ini sehingga tak ada lagi kabar berita buruk mengenai nasib TKI di Arab Saudi sana.
                Salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini (2013) – Ren, Aktivis Blogger Buku Indonesia, Rate 4 bintang

Tak bisa lebih setuju daripada ini, walaupun agak telat membaca. Sedikit typo yang ada menjadi tidak masalah ketika membaca kisah yang menarik yang mengalir, yang diceritakan secara enak oleh Vabyo. Lima bintang untuk buku ini.


Judul: Kedai 1001 Mimpi
Penulis: Valiant Budi
Tebal: 444 hal.
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2011
Rate: 5/5

Lima Sekawan: Dalam Lorong Pencoleng




Petualangan keduabelas bagi anak-anak Lima Sekawan. Kali ini mereka menuju daerah Cornwall, sebuah daerah yang mempunyai adat dan kebiasaan yang berbeda dari wilayah Inggris lainnya. Memang, di buku terjemahan tak terasa bedanya, entah di teks aslinya, apakah logat Cornwall dicirikan oleh penulis. Daerah Cornwall yang ereka kunjungi kali ini sangat sepi, kebanyakan berupa pertanian, dan itulah tujuan mereka, Tremannon Farm. Sepi disini juga dapat berasosiasi dengan sepinya hiburan daerah ini, bahkan pedagang es krim pun tak ada! Untungnya, liburan anak-anak kali ini bertepatan dengann kunjungan The Barneys, sebuah kelompok sirkus yang selalu mengadakan pertunjukan di Tremannon apabila sedang berada di Cornwall. Maskot The Barneys yang sangat terkenal ialah Clopper, sebuah kuda yang dibentuk dari dua orang dan bisa melakukan gerakan-gerakan mustahil, seperti barongsai apabila deskripsi ini kurang jelas. Clopper inilah yang menjadi kunci petualangan anak-anak kali ini.

Kali ini, anak-anak ditemani Yan, seorang anak kecil dekil dan kotor, serta sedikit aneh. Ini akibat Yan selalu membuntuti anak-anak tanpa berkata apa-apa dan kerap kali berada di tempat anak-anak bermain dan berjalan-jalan tanpa disadari. Yan ini mempunyai seorang kakek (tepatnya buyut Yan), satu-satunya keluarga Yan juga, yang hidup di atas bukit dekat laut. Konon, ayah kakek Yan ialah seorang pencoleng, yang pekerjaannya merampok kapal laut yang berlayar di laut dekat bukit tersebut. Caranya, mereka menyalakan lampu suar palsu sehingga kapal-kapal itu tersesat dan akhirnya terdampar di karang-karang yang berada di sekitar bukit, untuk kemudian harta yang dibawa kapal-kapal ini dijarah oleh kawanan pencoleng ini.

Melalui cerita Yan serta kakeknya, anak-anak mendapatkan kabar bahwa lampu suar palsu kadang-kadang kerap kali menyala, apalagi apabila cuaca sedang buruk-buruknya. Anak-anak, yang mempunyai rasa penasaran yang amat tinggi tergerak untuk menyelidiki cerita ini. Ditambah, anak-anak curiga kepada Pak Penruthlan, sang pemilik Tremannon yang kedapatan keluyuran malam-malam menuju bukit tepat ketika cahaya suar palsu menyala. Seperti biasa pula, bahaya mengintai anak-anak karena mereka terlalu jauh menngetahui hal-hal ini. Tanpa sengaja, mereka terkurung di sebuah tempat yang disebut menara pencoleng, hingga akhirnya anak-anak menyadari bahwa Lorong Pencoleng yang juga diceritakan oleh Yan serta kakeknya ternyata memang ada dan terhubung dengan Tremannon Farm, hal inilah yang makin menambah kecurigaan anak-anak kepada Pak Penruthlan.


Bahaya yang dialami anak-anak ini lagi-lagi bukan bahaya yang main-main. Gembong narkoba kali ini menjadi musuh dari anak-anak, sungguh sebuah masalah yang pelik yang belum seharusnya dialami anak-anak seusia mereka. Untungnya, tak ada ancaman pembunuhan kepada anak-anak kali ini, walaupun tetap saja bahaya terbunuh masih ada ketika mereka terkurung di menara pencoleng hanya dengan makanan seadanya tanpa mengetahui siapa yang sebenarnya mengurung mereka disitu. Lagi-lagi pula, bantuan dari anak lain (dalam hal ini Yan), yang kali ini menyelamatkan Lima Sekawan dari marabahaya. Memang, lama-lama alur cerita dari Lima Sekawan ini mulai terkuak karena memang hampir serupa di tiap bukunya, tentunya dengan tokoh dan kadar petualangan yag berbeda-beda. Walaupun begitu, tetap menyenangkan dan menegangkan membaca kisah Lima Sekawan ini, seperti biasa, aroma petualangann dan terutama aroma makanan yang dihidangkan penulis sungguh sangat menggiurkan. Well, masih seperti buku-buku sebelumnya, tetap umur sepuluh tahun ke atas yang saya rekomendasikan untuk membaca buku ini.


Judul: Lima Sekawan: Dalam Lorong Pencoleng
Penulis: Enid Blyton
Tebal: 247 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1953 (1st) / 1997 (read)
Rate: 4/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun

Epilog: Akhir Perjalanan Roy



Siapa tak kenal dia, Roy anak orang kaya...

Ups salah, itu sih Boy, bukan Roy. Roy justru bukan seorang yang kaya raya, untuk bekal sehari-hari saja ia bekerja sebagai penulis lepas di sebuah majalah. Hebatnya, dari pekerjaan menulisnya tersebut Roy bisa traveling keliling Indonesia bahkan dunia! Di buku yang saya baca ini, Balada Si Roy: Epilog, Roy bahkan sedang berada di India. Dengan gaya backpackernya, pembaca seolah dibawa Gola Gong untuk ikut menyelami dunia backpacker, sambil berkelana berkeliling dunia guna melihat hal-hal apa sajakah yang terjadi di sekeliling Roy, baik itu mengenai dunia backpackernya, hingga adat istiadat serta tradisi yang ada di daerah yang disinggahi Roy.

Kali ini, Roy bertemu dengan tradisi Holy di India sana. Tradisi ini pada awalnya ialah tradisi dimana pada hari  itu Dewa Wisnu diagung-agungkan. Hari itu pula menjadi holy karena menurut legenda, Shinta mengadakan persembahan nyawanya bagi Rama (yang telah dititis oleh Dewa Wisnu) dengan menceburkan diri pada nyala kobaran api. Hari itu juga hari dimana Shinta membuktikan dirinya masih utuh dan suci kepada Rama. Modern ini, tradisi tersebut mulai berubah, dimana orang-orang kini membawa-bawa Holy Water, yaitu air yang sudah diberi pewarna untuk dicoret-coretkan ke orang lain, selain itu, ujung-ujungnya tradisi ini seolah menjadi celah untuk para kaum homo merayakan pesta mereka secara diam-diam.

Dunia backpacker pun tak luput dari kisah cinta. Roy, yang sebenarnya sudah memiliki kekasih bernama Suci di Indonesia, mulai tertarik kepada lawan jenis yang berasal dari Jerman yang bernama Ina. Entah karena memang kesepian atau memang gara-gara benar-benar cinta, Roy mulai dekat dengan Ina bahkan bercita-cita untuk ikut Ina ke Berlin, Jerman. Penulis menceritakan, bahwa kisah cinta sesaat di dunia backpacker ini lazim terjadi, apalagi bagi backpacker tunggal yang lama bertraveling kemana-mana, pasti butuh tambatan hati guna mengisi kekosongan dan kesepian hidupnya. Roy sendiri merasa bahwa ia telah mengkhianati Suci gara-gara hal ini, namun Roy yang dasarnya memang bandel mencoba untuk memaklumi jalan hidupnya ini.

Ada pula cerita ringan lain tentang keseharian Roy di India, dimana Roy memiliki seorang teman anak kecil bernama Kay. Seorang anak yang malang yang mempunyai ayah tukang mabuk, sehingga ia dan ibunya otomatis menjadi tulang punggung keluarga. Belum berakhir sampai situ, tak jarang penghasilan Kay dan ibunya dirampas paksa oleh ayahnya, sebuah kenyataan pahit yang mungkin saja masih terjadi hingga saat ini. Ada pula cerita tentang tukang obat yang ujungnya memoroti orang-orang para penontonnya guna membeli produknya akibat jebakan-jebakan yang  mereka buat dengan sengaja. Sekilas, kehidupan di India dan Indonesia memang tak jauh berbeda.

Epilog, sebuah akhir. Ini adalah petualangan akhir Roy sebagai traveler dan backpacker. Sebuah keputusan sulit terpaksa Roy ambil akibat sebuah peristiwa yang terjadi pada ibunya di Indonesia ketika Roy masih di India. Sebuah peristiwa yang membuat Roy sadar dan mulai menata kembali kehidupannya.

Roy ini sebuah masterpiece karya Gola Gong yang banyak menginspirasi anak-anak muda awal 90-an. Sosok Roy yang “laki banget” banyak membuat orang terkesan dan bahkan menunggu-nunggu sebuah buku yang bertemakan serupa, petualangan seorang lelaki laiknya Ali Topan. Karena memang patut dicermati bahwa jarang sekali ada sebuah buku yang seperti Roy ini. Isi cerita yang ringan dan enak dibaca apalagi ditambah kutipan-kutipan di setiap awal bab membuat buku ini cocok bagi siapa saja terutama yang mempunyai jiwa petualang. Ada satu hal menarik mengenai kutipan-kutipan ini. Saya sempat bingung gara-gara banyaknya kutipan yang berasal dari Heri H. Harris, hingga akhirnya saya menyadari bahwa Heri H. Harris ini merupakan nama asli dari Gola Gong, cukup narsis juga pembaca yang satu ini.


Bisa dibilang, Roy, Boy dan Lupus merupakan teman satu “angkatan”, walaupun mereka berdiri di dunia yang berbeda. Roy di dunia buku dan laki-laki petualang, Boy di dunia film dan laki-laki idola, sedangkan Lupus agak berbeda karena ia seorang yang mempunyai kisah-kisah kocak. Mengenai Roy ini sendiri ada sebuah hal di buku Balada Si Roy ini yang membuat saya agak deja vu, seolah cerita ini pernah saya baca di masa lalu, entahlah, saya merasa buku ini familiar bagi saya. Lima bintang untuk Balada Si Roy, jadi penasaran dengan kisah Roy lainnya.


Judul: Balada Si Roy: Epilog
Penulis: Gola Gong
Tebal: 176 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1995
Rate: 5/5

Hanya 11 Menit?



Ada seorang teman yang mengatakan, bintang empat yang saya berikan kepada buku Eleven Minutes dikarenakan saya telah menikah, hm, bisa jadi juga sih, walaupun saya rasa buku ini memang cocoknya bagi yang sudah menikah, hehehe..

Eleven Minutes, atau Sebelas Menit, sebuah buku yang mempunyai cover bergambar seorang wanita mengenakan gaun dan duduk dengan kaki disilangkan sehingga sebagian gaun tersebut tersingkap. Tak terlihat wajah dari perempuan itu karena memang gambar yang terdapat di depan cover ini hanya setengah badan bagian bawah. Bisa juga, penggunaan cover ini untuk membuat penasaran seperti apakah si pemilik wajah dari kaki tersebut, jadi jangan terkejut juga apabila wajah asli dari si cover ini ternyata pria, walaupun untungnya bukan, karena buku ini tak bercerita tentang waria.

Buku karangan Paulo Coelho ini dapat dikatakan anti mainstream. Ya, saya telah membaca The Alchemist yang legendaris yang juga karangan beliau, namun buku ini sangat berbeda, meskipun kata-kata bijak dan filosofis Coelho masih dapat ditemukan di buku ini, tapi tema besar buku ini yang tentang seks dan dunia pelacuran yang membuat saya mengatakan di awal bahwa buku ini cocoknya untuk pembaca yang sudah menikah. Bukan apa-apa, pelajaran seks yang diberikan di buku ini sangat vulgar dan menantang, meskipun bahasanya sudah agak dihaluskan menurut saya. Nah, bisa dibayangkan apabila yang belum menikah membaca buku ini, sebagai contoh, ada penjelasan (atau pelajaran?) tentang klitoris, gawat kan kalau tiba-tiba seorang bujang yang belum menikah penasaran kepingin tahu, makanya harus kuat iman juga sebelum membaca buku ini. Itu buat laki-laki, kalau buat perempuan, ada pula hal yang membuat buku ini agak gawat untuk dibaca, sebabnya, disini juga agak dijelaskan bagaimana seorang perempuan bermasturbasi, benar-benar vulgar pokoknya.

Cerita dari buku ini sendiri yaitu tentang seorang gadis bernama Maria yang berasal dari sebuah pedesaan di Brazil. Tentang pencariannya akan cinta sejati, yang berujung pada sebuah petaka yang berawal dari sebuah kejadian di Rio de Janeiro ketika ia bertemu seorang Eropa yang berjanji akan memberinya pekerjaan yang bagus apabila ia ikut hijrah bersama dirinya ke Swiss. Maria ditipu mentah-mentah dan akhirnya harus hidup melacur guna bertahan hidup dan mengumpulkan biaya untuk kembali ke Brazil. Ketika dia mulai menemukan kenyamanan sebagai seorang pelacur, dia mulai beranjak untuk mencari makna hidup, cinta sejati, dan yang paling penting, mencari cara untuk orgasme, ya orgasme, jangan kaget. Sebagai pelacur, walaupun banyak melayani laki-laki, Maria tak pernah merasakan kenikmatan bercinta, terkadang malah ia pura-pura orgasme untuk memuaskan konsumennya, karena hanya dengan cara seperti itulah si konsumen merasa puas, dan merasa jantan. Pencarian Maria ini hampir berakhir ketika ia menemukan dua tamu spesial di tempat kerjanya, Ralf dan Terence. Kedua lelaki ini mampu membawa Maria menemukan orgasme dengan cara yang berbeda, cara yang Maria tak pernah sangka sebelumnya. Selanjutnya, pencarian cinta Maria berlanjut, masih diantara kedua orang ini, siapakah yang akhirnya akan dipilih Maria?

Lumayan ceritanya, walaupun tetap tak bisa menikmati ketika Coelho mulai berfilosofi, namun overall saya menyukai buku ini. Satu hal yang agak mengganjal yaiu tentang perkembangan Maria yang begitu pesat, bagaimana tidak, sebelumnya ketika masih di Brazil, Maria merupakan seorang gadis yang polos dan lugu, namun menjelang pertengahan sampai akhir buku, kepolosan dan keluguan itu hilang secara tiba-tiba, saya seolah sedang melihat dua Maria yang berbeda. Mungkin memang bisa saja kedewasaan dan kecerdasan Maria muncul seiring dengan bertambahnya usia, namun hampir tak ada peralihan antara Maria yang lugu dan polos dengan Maria yang dewasa dan cerdas, seakan berubah begitu saja, ini yang agak mengganjal bagi saya. Terakhir, mengenai judul dari buku ini, akan menjadi spoiler apabila saya katakan disini, namun satu pertanyaan saya kepada pembaca buku ini yang telah menikah, benarkah hanya sebelas menit? Atau sebelas menit ini terjadi apabila bukan dengan pasangan yang sah? Jawab pertanyaan pertama saja karena saya yakin pembaca buku bukanlah tipe orang di pertanyaan kedua.


Judul: Eleven Minutes
Penulis: Paulo Coelho
Tebal: 357 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2003 (1st) / 2007 (terjemahan)
Rate: 4/5


Lima Sekawan: Sarjana Misterius



Cerita diawali oleh George yang merajuk pada orangtuanya untuk ikut sepupu-sepupunya berkelana dengan karavan ke dekat puri Faynights. George tak bisa mengikuti saudara-saudaranya sedari awal dikarenakan dirinya sakit, sungguh liburan paskah yang mengecewakan untuk George. Untungnya, ia sembuh tepat waktu, dengan segera ia dan Timmy menuju tempat sepupu-sepupunya berkaravan. Di tempat lain, dari koran yang dibaca Julian dan kedua adiknya, dikabarkan bahwa ada dua orang sarjana yang menghilang secara misterius. Kedua sarjana tersebut masih kenalan dari Paman Quentin, makanya itu Julian sempat salah sangka mengira bahwa sarjana yang hilang tersebut adalah pamannya.  Dengan berkumpul kembalinya George bersama ketiga sepupunya, berkumpullah kembali Lima Sekawan yang selalu berhadapan dengan petualangan-petualangan seru.

Petualangan seru mereka kali ini terjadi dengan tidak sengaja, diawali dengan keasyikan mereka bermain dengan teropong baru George guna melihat-lihat puri Faynights yang telah mulai runtuh. Sekilas, di sebuah jendela di puri itu, terlihat sesosok wajah laki-laki disana. Yang membuat mereka heran, puri itu hampir sudah tak bisa dimasuki gara-gara banyaknya reruntuhan yang menutupi jalan menuju bagian-bagian dalam puri tersebut, dan salah satu bagian puri yang tak bisa didatangi gara-gara terhalang reruntuhan ialah jendela tempat mereka melihat sesosok laki-laki tersebut. Tanpa pikir panjang, anak-anak pun langsung bergegas menyelidiki rahasia tersebut, sampai akhirnya terjadi sebuah hal yang lazim dialami anak-anak ini, mereka terjebak dan ditawan oleh sekelompok orang yang juga ternyata berkaitan dengan hilangnya kedua sarjana yang sedang ramai dibicarakan.

Selain petualangan tadi, anak-anak pun mendapat hiburan dengan hadirnya kelompok sirkus pasar malam yang ternyata berkemah dan berkaravan di lapangan yang sama dengan mereka. Berbagai atraksi seperti manusia karet, si penelan api dan pawang ular membuat kawanan ini penasaran. Sayangnya, kelompok pasar malam ini kurang menyukai orang asing, apalagi anak-anak. Hingga suatu saat, anak-anak bertemu dengan kawan lama mereka, si gelandangan yang diceritakan pada petualangan mereka di buku sebelumnya, seakan inilah jalan bagi mereka untuk mulai dekat dengan kelompok pasar malam ini dan menyaksikan atraksi-atraksi dari kelompok ini. Ada untungnya juga mereka kemudian berkawan baik dengan kelompok pasar malam ini, karena kawanan ini pun akhirnya berkaitan dengan petualangan anak-anak Lima Sekawan di dalam Puri Faynights.


Masih dengan ciri khas Enid Blyton sejauh 11 buku ini, berkemah, lorong-lorong sempit, seorang kawan, makanan enak,  serta tentu saja sebuah konspirasi kejahatan yang lumayan besar. Hal ini seolah menunjukkan bahwa penulis memang tak jauh-jauh dari hal-hal itu ketika menuliskan petualangan Lima Sekawan ini. Tetapi ada satu hal yang agak membingungkan di buku ini, yaitu penggunaan karavan. Jika anak-anak tak memiliki kuda, lalu bagaimana mereka bisa menarik karavan ini ke tanah lapang di dekat Puri Faynights? Sebab menggunakan mobil pun agaknya meraka masih terlalu kecil untuk mengendarainya. Memang, agak mengganjal di bagian ini. Satu hal lagi yaitu penggunaan kata “Sarjana” sebagai judul. Di judul aslinya, tak ada kata-kata yang memiliki arti sarjana, karena judul aslinya ialah Five Have A Wonderful Time. Apalagi, hampir tak ada ciri-ciri sarjana dalam kedua orang yang menghilang tersebut, karena lebih cocok kedua orang ini disebut sebagai ilmuwan. Mungkin saja ini pengaruh pertama kali buku ini diterjemahkan pada tahun 1980, yang mungkin saja pada zaman itu sarjana diidentikkan dengan ilmuwan dan begitu pula sebaliknya, padahal kita tahu sendiri arti kata sarjana akhir-akhir ini sudah mulai meluas, tak sekedar ilmuwan saja yang disebut sarjana. Tapi hal tersebut tak masalah, karena buku ini tetap menghibur, apalagi bagi anak-anak, terutama usia 10 tahun ke atas, guna menumbuhkan sifat petualang dari diri mereka, karena jujur saja, Lima Sekawan ini mampu menyihir anak-anak untuk ikut menyukai petualangan, seperti tokoh-tokoh di buku ini.


Judul: Lima Sekawan: Sarjana Misterius
Penulis: Enid Blyton
Tebal: 256 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1952 (1st) / 1997 (read)
Rekomendasi Usia: >10 tahun
Rate: 5/5

Rabu, 11 September 2013

Wishful Wednesday #6 - Grimm & Bibbi Bokken


Akhirnya ikut Wishful Wednesday lagi, yeay...
Iya, ikut gara-gara ada giveawaynya sih, tapi gak apa-apa dong, gak salah juga toh?:p

Jadi gini, Wishful Wednesday berpartner dengan Mbak B.Zee si empunya blog BacaanB.Zee ngadain giveaway yang based on event yang lagi di-host Mbak B.Zee yaitu FYE Child Lit. Masa gak tahu apa itu FYE Child Lit? Coba mampir ke link di atas deh.



Hadiahnya lumayan lho, 100 ribu rupiah! Caranya: pilih WW kamu dari buku-buku yang ada di list peserta FYE Child Lit, yang tentunya sudah direview. Sertakan link reviewnya, dan jadikan WW kamu, jangan lupa juga sertakan link beli onlinenya, siapa tahu dapet, hihihi...

Oke, jadi WW saya kali ini ada dua buku, ini juga ngepas-ngepasin supaya seratus ribu, kan lumayan. Sebenernya pengen buku-buku anak yang ada di list 1001 semacem The Little Prince, tapi sayang udah susah dicari di TBO, gagal deh :(

Berikut WW saya akhirnya:

1. Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken


Dua saudara sepupu, Berit dan Nils, tinggal di kota yang berbeda. Untuk berhubungan, kedua remaja ini membuat sebuah buku-surat yang mereka tulisi dan saling kirimkan di antara mereka. Anehnya, ada seorang wanita misterius, Bibbi Bokken, yang mengincar buku-surat itu. Bersama komplotannya, tampaknya Bibbi menjalankan sebuah rencana rahasia atas diri Berit dan Nils. Rencana itu berhubungan dengan sebuah perpustakaan ajaib dan konspirasi dalam dunia perbukuan. Berit dan Nils tidak gentar, bahkan bertekad mengungkap misteri ini dan menemukan Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken. Melalui cerita yang bernuansa detektif ini, Jostein Gaarder, pengarang Sophies World, dan Klaus Hagerup, mengajak kita berpetualang dalam dunia buku dan perpustakaan. Tanpa sadar, Anda akan diperkenalkan dengan Klasifikasi Desimal Dewey, Winnie the Pooh, Anne Frank, teori sastra, teori fiksi, teori menulis, sejarah buku dan perpustakaan, dan masih banyak lagi. Dengan demikian, buku ini adalah pengantar kepada dunia buku yang dapat dinikmati pembaca kanak-kanak, remaja, maupun dewasa.
 "Buku terbaik mengenai buku dan budaya-baca yang ada saat ini." Oldenburgische Volkszeitung.
 "Sebuah surat cinta kepada buku dan dunia penulisan." Ruhr Nachricht
    Baca review tentang buku ini di Kilas Buku kok jadi pengen baca ya... Entah, buku-buku tentang buku selalu menarik perhatian saya, walaupun akhirnya kadang-kadang buku-buku ini berakhir agak mengecewakan. Tapi tak ada salahnya mencoba, disini nih belinya...

2. Dongeng-dongeng Grimm Bersaudara

"Jacob Grimm dan Wilhelm Grimm, atau yang kita kenal sebagai De Bruder Grimm alias Grimm Bersaudara, adalah dua penulis dongeng asal Jerman. 

Mereka telah menulis banyak sekali dongeng-dongeng memikat, dan terlepas dari kontroversi pendapat pembaca atas kisah-kisahnya, hingga kini, karya mereka menjadi karya yang paling banyak dibaca dan ditonton oleh anak-anak sedunia. 

Selain dalam bentuk tulisan, kisah-kisahnya juga banyak diadaptasi menjadi drama dan film."
    Nah, kalau yang ini sudah lama tertarik, tapi tak kunjung terpinjamkan oleh teman saya, jadi ya mending di-WW-in aja deh. Apalagi Mbak Astrid si empunya WW mereview buku ini dengan apik di Perpus Kecil-nya, jadi tambah bikin penasaran deh. TBO-nya ada disini soalnya di TBO yang sama dengan di atas udah gak ada stok :(


Tertarik ikutan? Gampang kok, begini syaratnya:
  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)