Jumat, 22 Juni 2012

Sasirangan



Kiki, 23 tahun merupakan seorang pemuda tanggung dari daerah Banjarmasin. Sehari-hari tidak ada hal rutin yang ia kerjakan. Ya, dengan kata lain dia adalah pengangguran. Ia sesekali hanya membantu orangtuanya berdagang. Setelah lulus SMU enam tahun yang lalu, Kiki tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi karena masalah klasik, biaya.

Seperti pagi ini, Kiki masih bermalas-malasan di dalam kamarnya. Sembari mendengarkan siaran radio pagi, Kiki masih asyik menghayalkan Rina, perempuan cantik yang sering diajaknya chatting di facebook. Kiki merasa dia jatuh cinta pada Rina, namun sayang, jarak yang jauh memisahkan mereka. Rina tercatat sebagai seorang mahasiswi di sebuah institut di kota Surabaya. Suasana rumah di pagi ini memang sepi, ayah dan ibu Kiki sudah berangkat sejak subuh tadi ke pasar terapung untunk berjualan. Orangtua Kiki berjualan sasirangan, kain khas Banjar yang banyak orang menyebutnya batik-nya Banjar, padahal anggapan tersebut salah, batik dan sasirangan sangat berbeda dalam hal pembuatannya, juga motifnya, mungkin yang sama hanya kekhasannya, batik dari Jawa, sedangkan sasirangan dari Banjar.

Kiki beranjak ke dapur untuk sarapan Soto Banjar yang telah disiapkan oleh ibunya. Semalam Kiki tidak bisa tidur, itu diakibatkan oleh pernyataan Rina semalam melalui chatting facebook, bahwa Rina akan menghabiskan liburan semesterannya di kota Banjar, menginap di rumah tante temannya. Di percakapan tadi malam juga Rina mengatakan ingin bertemu secara langsung dengan Kiki, pacar virtualnya. Mengenai pacar virtual ini, sebenarnya Kiki sendiri yang pertama kali mengajak Rina untuk berpacaran meskipun lewat dunia maya, Kiki tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat Rina akan benar-benar datang ke Banjar untuk menemuinya. Sebenarnya, masalahnya adalah, bahwa Kiki telah mempunyai tunangan, nama gadis itu adalah Siti, dan pagi ini mereka berjanji akan bersama-sama mengunjungi Pasar terapung untuk membantu orang tua Kiki.

Sekitar pukul sepuluh, Kiki telah siap untuk berangkat ke pasar. Sambil menggandeng Siti, mereka berdua asyik bersenandung sambil bercanda. Butuh sekitar dua puluh menit untuk mencapai pasar terapung. Suasana Banjar pagi itu yang cukup sejuk membuat perjalanan mereka berdua terasa begitu menyenangkan, seakan segala masalah hidup dapat terlupakan. Sesampainya di bantaran sungai Barito, Kiki segera mencari perahu orangtuanya. “Ah, itu dia,” ujar Kiki sambil menunjuk ke sebuah perahu yang nampaknya sedang ada pelanggan. Siti pun berinisiatif memanggil orang tua Kiki, “maaak... paaak...” panggilnya sambil melambai. “Hei Siti, ayo cepat bawa Kiki kemari, suruh dia bantu orangtuanya,” ibu Kiki membalas panggilan Siti. Mereka berdua pun beranjak ke perahu orang tua Kiki.

Sekilas Kiki melihat beberapa perempuan sedang bertransaksi dengan ibunya. Perempuan-perempuan ini tampaknya bukan dari Banjar, karena mereka terlihat sedikit asing dan juga kelewat antusias memilih sasirangan. Mungkin untuk oleh-oleh, pikir Kiki. Begitu sampai di perahu, Kiki langsung disambut ayahnya, “Ayo Kiki, layani pembeli, gadis-gadis ini dri Surabaya, mereka mau membeli sasirangan kita buat oleh-oleh katanya,” sambil berkata demikian, salah seorang perempuan calon pembeli sasirangan itu menoleh ketika disebutkan nama Kiki. Tanpa sengaja pandangan Kiki dan perempuan itu beradu, dan sesaat mereka terkesiap.

“Kiki...” kata sang perempuan.

“Rina...” balas Kiki sama terkejutnya.




P.S: bersambung ke http://putrinusantara.blogdetik.com/2012/06/22/sasirangan-2/

6 komentar:

  1. Sip... pembukanya bagus dan :D

    BalasHapus
  2. maksudnya mbak dew itu paragraf pertama doank kali.. kan pembuka

    #kabuuurrr

    ribet banget ya klo mau komen disini.
    enak itu komen di tempatnya mbak dew ama iwan. tinggal nulis komennya ga pakai capcay --"

    BalasHapus
    Balasan
    1. di lo juga pake capcay lun -___-

      udah ngehina, ngeluh pulak :|

      Hapus
    2. oh pake capcay juga yak? tapi kan capcay nya gak susah .. hahahhaha kabur lagi

      Hapus