Jumat, 27 Juli 2012

Bukunya Cocok


Itik Bali...

Niat hati ingin mencari bacaan yang ringan, akhirnya tangan membuka buku ini. Ah, ternyata banyak ilustrasi gambar unyu di dalamnya, jadi malu sendiri pas baca di angkutan umum. Diambil dari blog-nya Dyah Ayu dengan judul yang sama dengan bukunya. Sebutan Itik ini muncul pertama kali ketika Ayu tertangkap basah sedang membeli makanan di kantin ketika acara MOS SMP sedang berlangsung. Tak tanggung-tanggung, yang menangkapnya ialah ketua MOS-nya, Kak Pretty, yang celakanya Ayu memanggilnya Mbak Pret, sehingga murkalah ia dan muncullah panggilan itik ini. Entah, ini kejadian nyata atau bukan, saya kurang tertarik untuk lebih lanjut membuka blognya.

Hm, absurd sih buku ini. Isinya gak ada serius-seriusnya. Bayangkan saja, masa dijelaskan secara gamblang di buku ini kalo upil (upil sering sekali disebutkan di buku ini), bisa menjadi pengganti garam untuk makanan. Keren kan? Nah, gimana kalo gak percaya bahwa upil bisa menggantikan garam? Coba saja cicipi sendiri.

Buku ini pun berisi curhatan si penulis yang ingin jadi artis, gak pernah punya genk, merasa mirip Nikita Willy, serta gak pernah punya cowok! Juga ada tips-tips buat cowok-cowok dalam mendapatkan cewek, serta kriteria cowok-cowok yang ada di dunia ini, tentu saja versi si itik bali. Ada juga pertanyaan-pertanyaan absurd semacam kuisioner di buku ini. Ya, dan tentunya gak usah diseriusi, karena pastinya ngaco, tapi lumayan menghibur sih, walaupun gak sampai bikin ngakak.

Cukup deh buat buku yang ditulis oleh seorang pelajar. Tapi tanya kenapa, pelajar di Amerika sana bisa menulis Eragon, sedangkan genre buku ini sangat jauh berbeda dengan Eragon, hihi... Ah, yang penting buku telah terbit, sungguh suatu kebanggan bisa menulis suatu buku, dan jalan kesana pun tidaklah mudah. Maka dari itu, saya beri rate 3 dari 5 bintang, walaupun banyak kekurangan yang kurang disaring disana-sini, tetapi memang beginilah bacaan yang cocok sementara ini untuk anak-anak seumuran si penulis (tentunya dengan pengawasan orang tua).


Judul Buku: Itik Bali
Penulis: Dyah Ayu
Penerbit: Bentang Belia
Tebal: 180 hal.
Rate: 3/5

Rasakan Sensasi Kehidupan di 300 Meter di Bawah Laut




Bayangkan kamu hidup di dasar laut kedalaman 300 meter. Rasakan dinginnya air laut, kegelapannya, dan ketipisan udaranya yang mungkin bisa mencelakakan kamu. Nah, inilha yang saya rasakan ketika membaca buku dari Michael Crichton ini. Sphere, alias Bola Asing. Ini merupakan suatu benda yang ditemukan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat di kedalaman 300 meter! Dengan ditemukannya bola asing ini, dibangunlah suatu bangunan canggih di dasar laut yang dinamakan Habitat DH-8. Bangunan ini walaupun berada di kedalaman 300 meter tetapi kedap air dan dilengkapai berbagaia perlengkapan untuk tetap hidup. Bayangkan saja sebuah rumah, maka DH-8 tak ubahnya seperti rumah, dengan tambahan ruang kontrol untuk komunikasi dengan kapalk induk di permukaan laut.

Seorang psikolog, Norman, yang menjadi tokoh utama buku ini ditugaskan, atau lebih tepatnya dipaksa untuk bertugas meneliti bola ini. Dengan ahli-ahli dari bidang-bidang lain, seperti ahli biologi, ahli matematika, ahli zoologi, Angkatan Laut membentuk tim yang ditugaskan untuk meneliti bola ini. Banyak prosedur yang harus mereka lakukan sebelum turun ke dalam laut. Mulai dari tes fisik, hingga penambahan kadar helium dalam darah, untuk mencegah kecelakaan akibat tekanan dasar laut yang sangat besar. Dengan kapal selam khusus, mereka akhirnya sampai ke dasar laut dan meneliti bola tersebut. Penelitian awal (sebelum tim ini datang), menyimpulkan bahwa pesawat yang berisi bola asing ini merupakan pesawat yang terkubur sejak 300 tahun yang lalu. Namun kemudian, setelah tim ini datang, diperoleh kesimpulan bahwa bola ini datang dari masa 300 tahun yang akan datang.

Tidak ada yang mengetahui caranya membuka bola tersebut, sampai kemudian Harry, sang ahli matematika, menemukan cara untuk membukanya. Dia masuk sendirian, kemudian menjadi linglung ketika keluar dari sana. Tetapi kejadian tersebut tidak lama, setelah sadar, Harry berangsur pulih, namun satu hal dia tidak ingat, yaitu bagaimana caranya membuka bola tersebut. Dia seolah lupa bagaimana cara membukanya setelah keluar dari bola itu. Lama berselang, muncullah kejadian-kejadian misterius yang melanda habitat DH-8. Mulai dari serangan oleh binatang-binatang yang terindikasi keluar dari bola asing itu, hingga munculnya “seseorang” yang berkomunikasi dengan para ahli tersebut melalui layar komputer. Ia menamakan dirinya Jerry, sesuai dengan kode yang diberikan oleh Jerry kepada para ahli melalui layar tersebut, dan kode itu berhasil dipecahkan oleh Harry. Situasi mulai semakin tak terkendali, setelah serangan yang ternyata diinisiasi oleh Jerry tersebut, hubungan dengan awak kapal di permukaan putus, yang disebabkan oleh adanya angin topan dan ombak besar yang melanda permukaan. Sehingga tidak memungkinkan untuk para ahli tersebut untuk pulang ke permukaan. Apalagi, berbagai kejadian selanjutnya memaksa anggota yang berada dalam habitat DH-8 berkurang satu-persatu, dan hanya menyisakan tiga orang saja pada akhirnya.

Membaca buku ini jujur saja harus sambil menahan nafas. Saya alami ini karena saya seolah-olah terbawa di kedalaman 300 meter, dan takut tenggelam! Banyak trik-trik psikologi dan kode-kode yang muncul di buku ini. Disertai dengan ilustrasi, kita bisa sama-sama turut memecahkan kode tersebut. Di buku ini pun tak asal jeplak. Banyak kejadian yang harus dipikirkan masak-masak sebelum ditulis. Seperti persiapan penambahan helium pada darah, serta teknologi-teknologi serta kejadian-kejadian luar biasa yang muncul. Mulai dari kejadian dan peristiwa lubang hitam di udara, sampai pengaruh lubang hitam tersebut terhada perjalanan ruang dan waktu. Teknologi yang ada pun cukup canggih. Bagaimana Crichton mengilustrasikan suatu habitat di dasar laut yang dilengkapi dengan dapur dan laboratorium, sungguh sangat membuat geleng-geleng kepala. Ia seolah mengundang kita untuk mengunjungi habitat tersebut dan menikmati keindahan dasar laut.  Endingnya buku ini pun sangat misterius, apakahh ending tersebut benar terjadi di dunia nyata? Itulah misteri yang sebenarnya. Karena siapa tahu bola asing tersebut benar-benar ada di dunia ini.

Atas aksi sci-fi yang menegangknan ini, saya memberi rate 5 dari 5 bintang, luar biasa, buku yang sangat sayang untuk tidak dibaca


Judul Buku: Bola Asing (Sphere)
Penulis: Michael Crichton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal:  543 hal.
Rate: 5/5


Jumat, 20 Juli 2012

Ya, Kuncinya berada di Gelas!



Baru saja saya membuat thread tentang Kosasih-Gozali di kaskus. Sambil menunggu thread-nya ramai, saya ambil bukunya beliau yang berjudul Misteri Gelas Kembar. Pertimbangan saya, buku ini lumayan tipis, hanya 200an halaman, dan bisa menjadi pelipur lara setelah membaca Virgin Suicides yang membingungkan. Masih terngiang juga pembicaraan di thread tentang masa lalu Gozali, mengapa ia bisa masuk penjara, apa kesalahannya? Nah, iseng-iseng saya menulis di wall facebook S. Mara Gd tentang ini, “ada dimanakah kisah masa lalu Gozali?” tak lama beliau menjawab, “baca saja empat buku pertama.” Dengan mencocokkan judul buku-buku pasangan Kosasih-Gozali yang saya urutkan di kaskus (berdasarkan notes S. Mara Gd di facebook), saya menemukan bahwa Misteri Gelas kembar ini merupakan buku keempat seri petualangan Kosasih-Gozali. Saya pun berteriak dalam hati, dan segera membaca buku ini.

Oh, awal buku ini sungguh sangat mengejutkan. Terbukti walaupun Gozali merupakan “detektif” yang ulung, dia tetap lelaki biasa. Sungguh terkejut melihat awal buku ini, dan seakan tidak percaya. Namun akhirnya saya pikir lagi, saya salut terhadap S. Mara Gd, karena ia membuat tokoh Gozali inii sealamiah mungkin. Lelaki biasa, yang tentunya tidak luput dari dosa dan perbuatan kurang baik. Membaca agak ke tengah dan terjawab juga kasus apa yang membuat Gozali masuk ke dalam penjara. Meskipun penjahat, namun Gozali tetap mempertimbangkan aksinya dalam melakukan kejahatan. Dalam artian, ia tidak akan mau melakukan kekerasan dalam aksinya, istiahnya kejahatan secara baik-baik. Aneh memang.

Kembali ke buku. Kisah di buku ini seperti biasa tentang pembunuhan. Yulie, teman wanita Gozali mendapati adiknya, Totok, meninggal dunia setelah oleh mantri didiagnosa akibat alkohol dan penyakit jantung. Ternyata, calon istri Totok yaitu Endang tidak mengetahui bahwa pacarnya meninggal dunia. Endang tentunya sangat shock, namun ia kelihatannya bisa menerima kejadian itu. Selang beberapa hari, Gozali dikejutkan dengan penemuan mayat seorang perempuan di kamar hotel. Ternyata, perempuan tersebut adalah Endang! Dengan barang bukti dua buah gelas dan dua buah botol di kamar itu, serta identitas tamu lain yang menginap di hotel malam itu, akhirnya pasangan Kosasih-Gozali mendapati fakta-fakta yang menarik bahwa kematian Endang ternyata berkaitan dengan kematian Totok, dan juga orang-orang di sekitar lingkungan Totok bekerja, yaitu keluarga Sukirman, dimana disitu Totok bekerja sebagai supir. Kunci kejadian ini adalah di dua gelas kembar yang berada di hotel. Sempat salah menyangka jenis kelamin si pembunuh, akhirnya Gozali berhasil menemukan si pembunuh dengan bekal jejak bibir yang ditinggalkan di gelas tersebut.

Seperti biasa, kasus dua orang ini selalu sangat menarik. Perpaduan kasus pembunuhan dengan kisah romantisme dan kehidupan berkeluarga selalu membumbui kisah-kisah mereka. Saya disini membaca buku cetakan ketiga terbitan Januari 1994, dan di tahun itu pun nasihat-nasihat tentang kehidupan berkeluarga sudah sangat manis disajikan oleh S. Mara Gd. Buku ini diterbitkan ulang oleh gramedia di tahun 2012 ini, saya kurang tahu apakah ada pencocokkan nilai mata uang di masa lalu dan masa kini, tetapi hal itu tidak mempengaruhi jalan cerita yang memang tidak berkaitan dengan jumlah uang yang beredar. Maka dari itu saya akan tetap merekomendasikan buku ini bagi para pecinta cerita misteri-detektif. Jangan takut cerita detektif Indonesia kalah dengan cerita impor, karena buku ini luar biasa seru. Rate 5 untuk buku ini, keren!


Judul: Misteri Gelas Kembar
Penulis: S. Mara Gd.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 223 hal.
Tahun Terbit: Januari 1994 (cetakann ketiga)
Harga: Lupa, beli di FJB, pokoknya murah
Rate: 5/5

Kamis, 19 Juli 2012

Tantangan buatmu



Sempat sangat tertarik melihat buku ini, sinopsis di bagian belakang buku yang meyakinkan, serta label International Best Seller, sungguh sangat menggoda untuk membeli dan membaca buku ini. Beruntungnya, saya mendapatkan buku  ini secara gratis ketika ada event di Leksika, dan buku ini saya keep sampai bulan Juli ini, guna memenuhi tantangan membaca pribadi membentuk nama: Dani Noviandi.

Sampailah akhirnya di bulan Juli. Walaupun rekan saya bilang buku ini sulit dipahami, tapi saya tetap nekat, dan saya masih sangat tertarik membaca buku ini. Akhirnya dibukalah segelnya, dan sayapun mulai membaca...

Beberapa halaman, ada rasa tidak nyaman ketika membaca buku ini, maka saya simpan kembali untuk saya teruskan keesokan harinya. Setelah esok tiba, saya tetap tidak nyaman membaca buku ini. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya bahasanya yang bertele-tele, persis seperti jalan ceritanya. Selain itu sudut pandang di buku ini juga sangat tidak enak dibaca. Penulis memakai kata ganti “Kami” di buku ini. Yang ajaibnya, si “kami” ini sampai akhir buku tidak diketahui, siapa sebenarnya yang sedang berbicara. Belum lagi, jalan ceritanya yang muter-muter gak karuan, banyak hal yang tak terkait yang diceritakan di buku ini. Ada pula faktor tokoh di buku ini yang seolah tak habis-habis. Kebanyakan tokohnya numpang lewat, sehingga sulit untuk dihapalkan. Sebenarnya tokoh utama buku ini adalah keluarga Lisbon dan kelima anak perawannya. Tragedi bermula ketika Cecilia, anak bungsu keluarga Lisbon bunuh diri, dan celakanya hal ini menular kepada saudari-saudarinya yang lain. Melihat keluarga Lisbon ini, sempat terpikir bahwa ini merupakan keluarga yang aneh, banyak hal ganjil yang terjadi di keluarga ini. Seperti pengekangan yang berlebih terhadap para gadis, sampai keengganan keluarga ini untuk sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Nah, si “kami” ini, penasaran alias kepo, mengapa keluarga ini bisa seperti ini. Maka dari itu, dikumpulkanlah berbagai barang bukti dari setiap gadis Lisbon, serta kesaksian-kesaksian warga sekitar (kesaksian inilah dasar dari banyaknya tokoh di buku ini). Alur buku ini sendiri pun kurang begitu jelas, namun lebih condong ke alur flashback, dimana si “kami” bercerita tentang pergaulan sembunyi2 mereka dengan gadis Lisbon, tentang kegilaan-kegilaan gadis-gadis Lisbon, dan juga penyelidikan mereka tentang penyebab bunuh diri gadis-gadis Lisbon.

Ah, saya sendiri sampai bingung bagaimana mereviewnya (karen bacanya juga sambil bingung). Belakangan baru saya tahu, bahwa gaya menulis Eugenides memang seperti ini, suka muter-muter dan cenderung aneh. Tapi kalo pada penasaran sama buku ini, boleh kok coba dibaca. Apalagi buku ini masuk list 1001 buku yang mesti dibaca sebelum wafat. Namun sayang sekali, setelah baca buku ini pula saya bisa berkata bahwa buku 1001 ini cocok buat dikoleksi, bukan buat dibaca (kalo otaknya gak nyampe). Rate 2 saja deh dari 5 bintang, maaf Dastan.


Judul: The Virgin Suicides
Penulis: Jeffrey Eugenides
Penerbit: Dastan
Tahun Terbit: 2008
Tebal: 352 hal.
Harga: Free
Rate: 2/5

Rabu, 18 Juli 2012

Telepon Seluler



Sungguh sangat beruntung saya bisa mendapatkan buku ini hanya dengan harga lima ribu rupiah saja. Kartun Indonesia yang bisa disebut kartun masa kini karena kritik sosialnya kepada pemerintah dan keadaan sehari-hari yang disajikan dalam bentuk lelucon pahit. Sayangnya duo penulis ini telah berpisah, jadi bisa dibilang buku yang saya dapat ini buku legendaris, karena menyatukan dua kartunis ngetop, Benny dan Mice.

Buku kali ini bercerita tentang telepon seluler atau hape. Ya, di buku ini seakan-akan Benny dan Mice menelanjangi kondisi masyarakat yang sudah sangat bergantung pada hape dewasa ini. Bila jaman dahulu yang diwajibkan tidak boleh tertinggal itu kartu kredit, maka hari ini, hape wajib harus dibawa, tidak boleh tertinggal. Tidak bisa dipungkiri, dewasa ini masyarakat tidak bisa hidup tanpa hape. Ajaibnya, buku ini ditulis pada tahun 2008, bisa dibayangkan efeknya apabila buku ini dibuat/diperbarui sekarang, mungkin ketebalan buku ini akan sangat bertambah dari yang semula hanya  106 halaman. Selain itu, fenomena 2008 tersebut masih belum terlalu parah dibandingkan sekarang, apalagi melihat fitur hape yang makin canggih, bisa makin tajam sindiran Benny dan Mice terhadap para pengguna hape.

Buku ini terbagi menjadi 6 bab utama. Jujur saja, apabila kamu membaca buku ini pasti akan berkata: “iya nih, gw banget.” Sebabnya, ini juga yang terjadi pada saya. Mulai dari cara menyimpan hape, hingga model2 hape dan penggunanya, dipaparkan dengan cara yang jenaka disini. Ada pula perkenalan tentang “hape sejuta umat”, ayo tunjukkan jari, siapa yang dahulu sangat tergila2 pada nokia 3310? Ya, tak bisa dipungkiri pula kalo nokia itu merupakan “hape sejuta umat” (dan beruntungnya saya, hape nokia 3315 – generasi 3310 berikutnya – saya masih jalan sampai sekarang). Ditunjukkan pula beberapa kekonyolan yang mungkin lazim kita temui di sekitar. Contohnya adalah penggunaan handsfree oleh sebagian orang yang masih memegang teleponnya walaupun handsfree nyantol di telinga. Contoh lainnya adalah nyasarnya pulsa elektrik akibat salah penyebutan nomer hape, sampai gaya hidup jaman sekarang yaitu: bangun tidur, langsung cuci muka, ngopi, dan main hape! (mungkin sekarang lebih parah ya, bangun tidur kuterus main hape :D). Ada juga contoh dimana beberapa gelintir manusia yang hidup hanya demi hape. Dalam artian, orang itu lebih memilih mengisi pulsanya dan lebih rela hidup pas-pasan (mandi dengan alat-alat seadanya; ngopi2 dan jajan dibayarin orang) dibandingkan memenuhi kebutuhan lainnya.

Masih banyak cerita yang menarik di dalam buku ini, dan memang sekali lagi, buku ini merupakan cerminan bangsa Indonesia sekarang ini, terutama berkaitan dengan hape. Lumayan bikin ngakak, dan cocok dijadikan teman ketika suntuk ataupun ketika sedang ngopi2. Saya rate buku ini 4,5 deh, kurang setengah gara-gara buku ini kurang panjaaaaaaaaaang.




Judul: Kartun Benny & Mice: Talk About Hape
Penerbit: Nalar
Terbit Perdana: Maret 2008
Tebal: 106 Halaman
Harga: Rp. 5000,-
Rate: 4,5 of 5

Kamis, 12 Juli 2012

Diary Bocah Tengil 3: Usaha Terakhir (Diary of a Wimpy Kid #3) by Jeff Kinney


Salah baca buku :( harusnya baca buku nomer 3 dulu, baru nomer 4, lah ini malah kebalik, untung aja gak ngaruh terlalu banyak. Usaha Terakhir; ini judul buku si tengil nomer 3. Yang saya tangkep sih, usaha yang dimaksud adalah usaha ayah Greg untuk merubah Greg menjadi lebih cowok, dan lebih dewasa. Nah, kali ini yang ditawarkan ayah Greg ialah berlatih sepakbola terhadap Greg. Sayang seribu sayang, namanya juga bocah tengil, ia hanya jadi pemain cadangan. Adapun ketika dimasukkan sebagai pemain pengganti, malah tragedi yang muncul. Bayangkan, Greg dan dua temannya yang sama-sama pemain cadangan, disuruh masuk lapangan bersama-sama. Ketika terjadi tendangan bebas, ketiga orang itu jadi pagar betis, dan ketika bola ditendang... ketiganya sama-sama merunduk karena takut terkena bola, sehingga kejebolanlah gawang mereka. Pertandingan berikutnya, Greg merasa jadi kiper lebih keren, jerseynya berbeda sendiri, dan jarang pula bermain (kiper lebih jarang diganti). Namun lagi-lagi muncul tragedi. Sang kiper utama cedera, sehingga Greg terpaksa masuk menggantikannya. Untungnya, keadaan timnya sedang menyerang tim lawan secara frontal, sehingga Greg bisa sedikit santai. Ah, muncul lagi tragedi di akhir pertandingan. Gol ke gawang Greg tercipta dari jarak yang lumayan jauh, sangat mudah, karena Greg ternyata tidak berada di gawangnya, dia sedang bermain bunga dandelion! Sama kejadiannya ketika dia kecil dan sedang bermain baseball dengan ayahnya.

Well, buku Kinney ketiga ini cukup lumayan bisa bikin saya ngakak. Senangnya lagi, cerita di buku ini agak tidak terkait dengan buku lainnya, sehingga saya hanya melewatkan ending buku ini terhadap buku keempat, bahwa Greg sedang memasuki liburan musim panas. Tapi gak masalah, sekali lagi saya katakan, bahwa buku ini bisa dibaca masing-masing dan satu-satu. Masih tentang kelakuan istimewa Greg, ilustrasi keren gambar Greg, serta kejahilan sarkas Rodrick. Ada pula hal-hal unik, seperti ulang setengah-tahun keluarga tetangga, sampai hiburan-hiburan yang harus dilakukan pada ulang setengah-tahun tersebut demi membuat anak yang sedang merayakan ulang setengah-tahun tertawa dan kejadian yang direkam, cukup untuk membuat keluarga itu menjadi pemenang American’s Funniest Home Video. Masih tetap dengan humor yang cocok dengan gaya Amerika (namun tak cocok dengan gaya Indonesia), saya selalu katakan, bahwa buku ini bukan bagi anak-anak, namun cocoklah bagi remaja. Sehingga walaupun buku ini cukup rekomendid, tapi jangan sembarangan memberikannya pada anak-anak mentang-mentang banyak ilustrasi lucu di dalamnya.

Well, bintang 4 dari 5 saya rasa cukup.

Semuanya adalah Partner


Buku kesekian dari Retni SB yang telah saya baca. Jadi ketularan ngefans ama mbak Retni gara-gara istri banyak beli bukunya beliau. Terbukti, emang bagus kok. Ceritanya gak cengeng, gak neko-neko, dan yang paling penting realistis dan seru!

Kali ini buku terbarunya berjudul My Partner. Dari awal sampai 7/8 buku masih tidak terjelaskan, siapakah My Partner yang menjadi judul dari buku ini. Tapi ini tidak masalah, sebab sebenarnya rekan-rekan kita yang berkerjasama dan berinteraksi dengan kita bisa disebut partner. Mungkin tidak partner dalam arti kawan baik, namun tetap saja sah untuk disebut partner. Seperti Tita, seorang anak orang kaya yang akhirnya ayahnya terganjal kasus korupsi. Awalnya, buku ini laiknya buku-buku karya John Grisham, bertemakan hukum dan menceritakan tentang seluk beluk pengadilan dan hukum. Tentang MK, PK, kebusukan dunia hukum dan perpolitikan, semua bercampur di bab-bab awal. Nah, ayah Tita kena imbas dari kasus korupsi ini. Yang padahal, sepengetahuan Tita, ayahnya sangat jauh dari kesan seorang koruptor, bahkan kehidupannya pun tidak neko-neko walaupun orang kaya. Maka sangat mengherankan ketika hakim menjatuhkan vonis bahwa ayah Tita bersalah atas kasus korupsi sebesar 110 milyar rupiah. Tita yang shock atas vonis tersebut menjadi lebih shock ketika vonis lebih lanjut dari pengadilan, mengharuskan ayah Tita membayar ganti rugi sebesar 110 milyar tersebut. Habislah semua harta keluarga Tita, belum lagi ibu Tita mengalami shock, sehingga harus masuk panti rehabilitasi jiwa. Disinilah peran partner muncul, Butet dan Sani berperan sebagai partner Tita sebagai teman yang menyemangati Tita. Om Anton berperan sebagai satu-satunya keluarga yang mengurusi tetek-bengek pengadilan ayah Tita.

Kehidupan Tita berubah total, dari hidup enak-enakan dan mewah, sekarang dia harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sempat bekerja pada Jodik (arsitek yang membangun rumah keluarga Tita), namun ia bermasalah dengan sikap Jodik yang arogan. Keluar dari kantor Jodik, Tita diterima kerja di kantor Dido. Dido ini sendiri ialah anak dari atasan ayah Tita yang seharusnya ikut terkait dengan kasus korupsi ini, namun tetap bebas, karena sokongan dana terhadap permainan belakang. Tita bertahan agak lama di kantor Dido, sebelum suatu kejadian merubah hidupnya, sehingga mengubah pandangan Tita terhadap Dido 180 derajat. Untunglah di saat masa sulit ini terjadi lagi, Jodik kembali menawarkan pekerjaan kepada Tita, sekaligus menawarkan perlindungan dan hati bagi Tita.

Nice ending from this book. Endingnya mungkin agak terlalu mudah ditebak, namun kelihaian Retni SB mengaduk perasaan di bagian-bagian akhir buku ini sangat layakk diacungi jempol, brilian. Coba saja baca bagian ending sebelum si partner memberi kejutan, dijamin sukses menitikkan air mata. Kelihaian dan pengetahuan Retni SB tentang dunia hukum dan arsitektur pun patut diacungi jempol, dan bagaimana dia mampu mengubah suasana dan setting buku dari setting hukum menuju setting arsitektur, sangat manis, sehingga seolah-olah pembaca ditawarkan dua suasana berbeda yang mampu nge-blend dengan baik. Belum lagi kehidupan dan jalan cerita Tita yang seolah-olah real, memang sudah menjadi cerita yang umum di kehidupan sehari-hari. Bagaimana kejamnya dunia sogok-menyogok di Indonesia, sampai kisah cinta yang memang benar-benar bisa terjadi di dunia ini.

Bagi penggemar metropop maupun kisah cinta, saya rekomendasikan buku ini. 5 of 5 stars!

Senin, 09 Juli 2012

Diary Si Bocah Tengil : Hari-hari Sial (Diary of a Wimpy Kid #4) by Jeff Kinney




Buku keempat dari si bocah tengil... amazing juga waktu tau judul aslinya Dog Days, wkwkwkw... Untung aja gak diterjemahkan sama penerjemahnya hari anjing (sehingga gak muncul kontroversi di dunia perbukuan Indonesia). Jadi, judul buku ini adalah Hari-hari Sial, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terjemahan bebas dog dalam bahasa Indonesia adalah sial. Ah, bisa kau bayangkan bahwa Hot Dog berarti terjemahan bebasnya: “Sial, panas!” karena mana ada hot dog yang dingin adalah hot dog yang enak. #abaikan saja.

Jadi, seberapa sial si Greg ini? Greg, udah SMP di buku ini, saya yang sudah pernah baca nomer dua merasakan perbedaan yang sangat mencolok. Dimana di buku ini, Greg tidak lagi dibully secara frontal dan sering oleh kakaknya Rodrick. Cukup aneh juga, mengapa bisa demikian, apakah gara-gara Greg sudah dewasa atau ada hal lain, kurang dijelaskan disini. Mungkin ada di buku ketiga, mungkin juga tak ada. Oh ya, kesialannya itu yaitu meliputi: gagalnya Greg liburan ke pantai; Pemandngan tak senonoh yang selalu dilihat Greg ketika akan ke kamar ganti pakaian di kolam renang umum; Greg dan Rowley nyoba bisnis baru tapi gak tau apa-apa tentang peralatan yang digunakan dalam bisnisnya; hingga permusuhan Greg dan Rowley akibat kesinisan ayah Rowley terhadap Greg. Semua kejadian sial ini terjadi ketika seharusnya Greg menikmati liburan musim panasnya, tapi apa daya, diary ini bercerita tentang Greg yang sial walaupun tengil, sehingga ada satu pelajaran yang dapat diperoleh: tengil bukan berarti selalu beruntung, tapi tengil juga belum tentu sial melulu. Yah, banyak faktor lah yang menentukan.

Buku ini saya beri rate 3, karena saya kurang bisa melebarkan senyum atau tertawa ngakak ketika membacanya. Mungkin gara-gara saya udah baca buku yang kedua, sehingga gaya menulis dan humor ala Amerika dari Greg terlanjur akrab dan mudah ditebak. Apalagi buku ini dibaca dalam keadaan yang kurang memungkinkan untuk tertawa, sehingga ceritanya menjadi cenderung flat kelucu-lucuan. Karikatur dan ilustrasi Greg di buku ini saya sangat suka, entah bagaimana, terbayang sesosok pemuda polos berambut jarang ketika membayangkan Greg. Belum lagi karikatur dari ibu Greg, mengingatkan pada ibunya Nobita di Doraemon. Dengan ketebalan dan karikatur yang memenuhi buku, saya berpendapat, bacaan ini sangat ringan dan bisa dipakai dalam menemani perjalanan anda, belum lagi ketebalan buku ini yang bisa dihabiskan hanya dalam beberapa jam saja, sehingga sisa waktu dapat kita manfaatkan untuk melihat ekranisasi dari film ini, apakah sesuai bukunya atau tidak.

Oh ya, buku ini juga bisa dibaca tidak sesuai urutan lho, gak akan bingung dan pusing apabila bacanya tidak urut, karena memang kejadian-kejadian di buku ini kejadian yang berdiri sendiri, dan melucu sendiri. Ah, sudah saya bilang, cukup 3 saja rate-nya.

Terima kasih.

Jumat, 06 Juli 2012

Ah, Cinta. Jangan Ikuti Aku...




Don’t follow me ever...

Kata itu ada di dalam buku Evermore ini, dan artinya memang ambigu, karena tokoh wanita utama di novel ini adalah Ever. Jadi, kalimat don’t follow me ever itu bisa berarti Jangan pernah ikuti aku, atau Ever, jangan ikuti aku! Nah, ambigu yang mau saya bahas adalah ambigu yang pertama. Ya, jangan pernah ikuti aku dalam memilih buku ini sebagai buku tantangan SRC! Frontal ya? Peace to ramundro ama mbak Laras, tapi saya tidak bisa menikmati buku ini. 400-an halaman buku yang biasanya bisa dilahap sekitar 3 hari, ini melebar dan memulur menjadi seminggu.

Lalu apa masalahnya? Dilihat dari cover dan judul, Evermore, seri Immortal, jujur aja mengingatkan saya kepada salah satu novel fantasi terbaik versi saya, yaitu Immortal of Nicholas Flamel. Tapi apa mau dikata, buku ini sangat mengecewakan. Bayangkan saja, dari awal buku saja saya sudah dibuat kecewa. Buka halaman awal, ada endorsment-nya. Saya yang biasanya membaca endorsment belakangan, terjebak membaca endorsment ini. Bukan 1-2 halaman, tapi sampai 9 halaman! Oh my, apalagi baca pas malem-malem, keburu ngantuk duluan abis baca endorsment, walhasil bab 1 terpaksa dipending dulu.

Masalah lain yaitu mengenai nama tokoh. Ah, namanya aneh-aneh: Ever, Damen, Drina, Miles, Ava, Riley (nama cewek), Haven, dll. IMO, nama-nama itu bukan nama yang familiar di dunia perbukuan, apalagi di dunia nyata! Kalau satu-dua yang memakai nama aneh mungkin gak masalah, tapi ini hampir semua tokoh, ah...

Alur buku ini maju, ayo terus maju, sampai-sampai jeda antar dua kejadian langsung terjadi begitu saja, begitu cepat. Misalkan saja, Ever sedang berada di kamarnya berbincang dengan Riley, kemudian mereka pergi ke sekolah. Eh, tiba-tiba saja Ever telah sampai di sekolah, berbincang dengan Damen, dan memarkir mobil dii tempat biasanya. Catatan lain, masalah parkir-mobil-di-tempat-biasa-di-sekolah hampir setiap bab yang menceritakan tentang Ever di sekolah, pasti ada bagian ini, entah berapa kali diulang. Belum lagi adegan makan di kantin, Haven makan cuppycake, Miles minum VitaminWater, sama juga berulang-ulang, ah.. (lagi)

Masih penasaran sama ceritanya? As I say tadi, alur majuuu, tapi kok dari awal buku sampai tengah buku yang dibahas masalah cintaaaa mulu antara Damen dan Ever. Lucunya, baru ketauan Immortalnya justru di tengah-tengah buku, tapi itu juga gak sampai jelas apakah Damen itu, vampirkah, manusia serigalakah, atau memang hanya manusia abadi. Nah, penyebab keabadiannya juga kurang jelas, tidak ada penegasan secara resmi kalau Damen gara-gara blablabla jadi Immortal, nothing. Intinya adalah, Ever adalah seorang gadis yang kehilangan seluruh keluarganya dalam sebuah kecelakaan. Setelah kecelakaan itu, terjadi sesuatu pada Ever, dia jadi bisa melihat aura orang lain (list warna-warna aura ada di bagian depan buku), membaca pikiran orang dengan cara menyentuhnya dan yang paling mengejutkan, dia bisa bicara dengan adiknya yang sudah meninggal, Riley. Akibat kecelakaan ini juga, akhirnya Ever tinggal bersama tantenya, pindah dari rumah Ever sebelumnya. Di kota barunya ini, Ever yang mukanya tercetak bekas luka gara-gara kecelakaan, disebut Si Orang Aneh oleh teman-temannya. Sampai suatu saat, muncullah Damen (ganteng, sempurna, namun warna auranya tak bisa Ever rasakan), tanpa bakbikbuk, deketlah mereka, HTS, pacaran, kencan, bolos sekolah, gado-gadolah... yang paling spesial adalah pemberian bunga Tulip merah bagi Ever, hampir setiap hari selama masa pacaran mereka.  Nah, semua berubah ketika Drina muncul. Ternyata menurut pengakuan Drina, dialah istri dari Damen di masa lalu, dan Ever, memang sejak dahulu kala sudah menjadi penghambat antara Drina dan Damen. Terjadilah pertempuran nanggung antara Drina dan Ever di 1/9 akhir bagian buku, ah (lagi), pertempurannya juga gitu-gitu doang, mengecewakan lah.

Jadi, semua tergantung kalian semua, tertarik gak sama buku ini. Jangan pernah baca review ini dengan emosi, karena gak penting juga, toh ini subyektif, buku ada untuk dikomentari kok. Senangnya saya, coba deh lihat rating teman-teman di goodreads, ternyata banyak yang sependapat, hihihi.. jadi sekali lagi, peace buat ramundro ama mbak Laras. :D

Tunggu deh, ada dua kutipan menarik nih:
Memaafkan itu menyembuhkan, terutama menyembuhkan diri sendiri.
Jadi maafkan apabila ada yang tersinggung dengan review ini :O
Berhati-hatilah akan apa yang kau sampaikan, karena kau mungkin saja akan mendapatkannya
Nah, mungkin saja kan, saya bisa menang SRC dengan review ini :P


Evermore by Alyson Noel
Rate 2/5


Senin, 02 Juli 2012

Of Mice and Men: Sebuah Impian Lennie by John Steinbeck


Setelah begitu penasarannya buat baca buku ini, akhirnya kesampaian juga baca Of Mice and Men. Buku ini ada yang merekomendasikan karena ceritanya bikin mewek, bikin terharu, setelah sekian lama, terungkap juga bahwa buku ini masuk list 1001 buku yang wajib dibaca sebelum meninggal. Beruntung lagi, karena dapet buku ini hanya 10k, dan emang bukunya juga gak begitu tebal, tapi lumayan cukup untuk membawa kita bertualang ke tahun 1930an, setting dimana buku ini pertama kali ditulis dan diterbitkan oleh John Steinbeck.

Ceritanya sebenarnya cukup sederhana, yaitu mengenai perjalanan dua sekawan dalam mencari pekerjaan di lingkungan peternakan. Mereka bekerja untuk satu impian, suatu saat mereka akan mempunyai rumah peternakan sendiri, dan tidak bergantung kepada orang lain. Satu hal yang istimewa dari buku ini ialah bagaimana George, yang mempunyai tubuh tidak terlalu besar, harus begitu sabar terhadap sahabatnya Lennie. Lennie ini mempunyai keterbelakangan mental, tidak gila, tidak bodoh, namun dia sulit mengingat, dan begitu polos. Sehingga apa-apa yang Lennie lakukan kadang-kadang menimbulkan masalah bagi kedua sahabat tersebut. George harus berkali-kali dan dengan sabar memberi instruksi kepada Lennie. Entah itu untuk tutup mulut ataupun untuk mengingat masa lalu. Ada satu hal yang sangat disukai Lennie, yaitu impian yang ingin ia capai dengan George, yaitu mempunyai rumah dan tanah sendiri. Mereka, terutama Lennie, sudah membayangkan akan membuat rumah peternakan, dengan binatang-binatang peliharaan yang sangat menjadi impian Lennie untuk ia rawat dan urus. Terutama obsesinya adalah memelihara kelinci dan anjing, serta mengelus-elusnya.

Masalah besar yang lain timbul ketika belum lama berada di rumah peternakan, si anak Bos, Carley, dan terutama istrinya, sering mencari masalah dengan Lennie. Lennie yang memang polos dan hidup berdasarkan perintah George, sangat kebingungan dan bingung harus bertindak apa, sampai kemudian terjadi suatu hal besar yang merubah hidup mereka. Tanpa sengaja Lennie menjadi pembunuh, dan ia kini diburu.

Pelajaran dari buku ini yaitu mengenai bagaimana cara menjalani hidup yang penuh kesendirian. Lennie dan George walaupun berdua, bisa dibilang mereka tidak mempunyai teman dan keluarga lagi. Belum lagi Crooks, sang negro yang sering dijadikan sasaran rasialis. Dalam hidupnya tak ada yang mau mendekatinya karena perbedaan warna kulitnya. Kepolosan Lennie-lah yang akhirnya menjadi   pemecah dinding itu. Memang dinding itu belum sepenuhnya pecah, namun Crooks menjadi agak cukup terbuka, meskipun hanya sesaat. Suasana alam di dalam buku ini pun dapat membawa kita ke dunia amerika jaman dahulu, begitu asri dan terbayang sebuah lingkungan peternakan yang khas seperti di harvest moon :D

Saya beri buku ini bintang 3 dari 5 bintang.

Jurig Jarian by Prayudi Q.


Buku Prayudi Q. Kedua yang saya baca. Beli karena tertarik setelah membaca buku pertamanya, dan juga harganya Cuma 7,5k :D

Buku kedua ini masih bercerita seputar kehidupan remaja pelajar SMA. Kali ini keempat pelajar SMA yang ceritanya ingin refreshing gara-gara suntuk akibat sekolah, memutuskan untuk bertamasya sekaligus mengungkap misteri Bukit Jarian. Dimana mitos yang muncul, ada penunggunya di bukit tersebut, dan mereka disebut Jurig Jarian. Mereka? Ya, setannya disini ada tiga, dan menurut mitos serta cerita yang beredar, ketiga setan ini merupakan  arwah gentayangan dari sebuah keluarga rentenir pemuja setan yang dibunuh secara kejam oleh seorang peminjam uangnya. Adapun alasan pembantaian ini dilakukan ialah, karena anak Yahya (si peminjam uang) ini dijadikan tumbal oleh keluarga rentenir ini. Sehingga wajar apabila yahya begitu mendendam. Dengan sebuah golok, akhirnya ia membantai keluarga ini, dan akhirnya golok inilah yang nantinya menjadi penyelamat keempat pelajar SMA (ditambah satu orang remaja wanita dan seorang akang pemandu) dalam menghadapi ketiga Jurig ini.

Cerita buku ini masih sama seperti buku Prahara Vila Praha, tentang misteri. Mungkin di dunia nyata, Bukit Jarian ini benar-benar ada, namun entah dengan mitos Jurig Jariannya. Satu hal yang diambil dari buku-buku tulisan Prayudi Q. ini ialah setan dan penampakan yang terjadi selalu benar-benar setan/penampakan. Tidak ada penyelesaian dan alasan yang logis di balik munculnya setan-setan ini. Namun hal ini tidak mempengaruhi tigkat keseruan buku ini. Walaupun memang banyak yang tidak masuk akal, buku ini lumayan untuk sekedar hiburan dan menguji nyali apabila kamu takut akan hal-hal gaib. :D

Saya berani me-rate 4, karena saya lumayan suka tema seperti ini :D 

Timeline: Mesin Waktu by Michael Crichton




Mesin waktu...

Percaya bahwa mesin waktu itu ada? Atau bahkan percaya kalau di masa depan kita benar-benar bisa menjelajah waktu? Nah, di buku Timeline inilah penjelasan fiksi ilmiahnya. Bagaimana Michael Crichton menjelaskan bahwa mesin waktu ini merupakan suatu mesin yang tercipta dari ilmu fisika kuantum, seakan dapat mempengaruhi pembaca bahwa mesin waktu itu bisa diadakan suatu hari nanti. Konsep mesin waktuu di buku ini ialah perpindahan antar semesta, jadi ketika seseorang pindah ke masa lalu, tubuh mereka diurai terlebih dahulu, baru kemudian dibentuk lagi di masa yang dituju. Well, terdengar tidak masuk akal memang, namun siapa tahu ini memang mungkin? :D karena konsepnya penguraian manusia, maka mesin ini dapat beresiko membuat manusia yang berpindah semesta tadi mempunyai tubuh yang tidak sempurna, acak-acakan susunan tubuhnya, bahkan menimbulkan kematian.

Nah, di buku ini, suatu perusahaan teknologi besar ITC yang begitu berambisi membuat teknologi baru berhasil menciptakan mesin waktu. Banyak yang telah dijadikan kelinci percobaan, baik itu manusia maupun hewan, ada yang berhasil, ada pula yang tubuhnya mengalami kekacauan sistem, sehingga tidak normal lagi. Selain itu, ada pula yang terjebak di masa lalu, tanpa bisa dikembalikan. Tapi hal ini, tidak diketahui oleh para mahasiswa yang sedang menggali reruntuhan kastil di Prancis. Mereka pun terpaksa melakukan perjalanan waktu gara-gara Profesor mereka lenyap di masa lalu, sekitar tahun 1300an, dan hanya merekalah yang harus menyelamatkannya.

Berangkatlah keempat mahasiswa tersebut. Dengan didampingi dua orang pemandu, salah seorang mahasiswa David Stern akhirnya memutuskan tidak jadi berangkat, sehingga sisa tiga temannya lah yang berangkat, Marek, Chris dan Kate. Tragedi muncul ketika mereka baru saja sampai di masa lalu. Dua pemandu mereka terbunuh seketika. Parahnya, salah satu guide itu terkirim kembali ke masa kini ketika sedang menyiapkan granat untuk dilemparkan kepada musuh. Dan terjadilah insiden itu, ketika dia sampai di masa kini, granat tersebut merusak mesin dan ruangan tempat mesin waktu tersebut berada. Tanpa ketiga mahasiswa tersebut sadari, mereka terjebak di masa lalu. Waktu yang tadinya 37 jam untuk batas menyelamatkan profesor, akhirnya menjadi tidak tentu, tetapi mereka tidak menyadarinya, karena hubungan dengan masa kini benar-benar terputus. Mereka pun tetap memutuskan menyelamatkan profesor walau tanpa bantuan guide. Sementara di dunia masa kini, David yang memutuskan tidak ikut untuk menyelamatkan profesor, berjuang memperbaiki alat dan mesin waktu ini, agar teman-temannya dapat kembali ke masa kini.

Sci-fi. Buku Michael Crichton ini buku pertama yang saya baca. Surprise juga banyak istilah-istilah fisika dan ilustrasi-ilustrasi di dalam buku ini. Seperti telah disebutkan di atas, seakan-akan Crichton mampu meyakinkan kita bahwa mesin waktu itu ada. Melihat banyaknya referensi dan daftar pustaka yang ada di belakang buku ini, bisa dibayangkan riset yang dilakukan Crichton sebelum menulis. Seakan dia ingin membuat novel ini sesempurna mungkin. Menurut saya, setting abad ke 13 di buku ini cukup real, kesannya begitu nyata dan hidup, tak sia-sia Crichton mengadakan riset dan membaca banyak referensi. Jalan ceritanya sendiri cukup sadis, karena banyaknya adegan terluka, pembunuhan dan juga kekerasan dalam buku ini. Namun itu tidak mengurangi kenikmatan kita dalam menjelajah abad ke-13.

Untuk buku Crichton pertama yang saya baca ini, saya beri bintang 4.