Selasa, 30 Juli 2013

Kritis Pembawa Kesuksesan



Pernah terpikir atau terangankan tentang sebuah buku yang dapat mengakomodir pecinta buku dan pecinta kaskus? Jika kamu pecinta keduanya, buku biografi Ken & Kaskus yang ditulis oleh Alberthiene Endah ini patut untuk kamu baca. Sekilas, apabila melihat judul dari buku yang bercover kuning menyala ini, yang terbayangkan hanyalah sebuah buku yang bercerita tentang Ken Dean Lawadinata, salah seorang owner kaskus selain Andrew Darwis. Walaupun terus terang saja, kaskuser mungkin masih agak asing dengan sosok Ken, karena begitu dominannya sosok Andrew sebagai founder dan pemilik kaskus. Tentu saja, harus dibaca lagi judul buku ini dengan seksama, Ken & KASKUS, maka akan terungkaplah bahwa buku ini tidak sekedar bercerita tentang Ken, tetapi juga tentang kaskus, serta sejarah berdirinya kaskus, tentu saja dari sudut pandang Ken.

Ken dan Andrew bertemu di Seattle pada sekitar tahun 2005. Pada saat itu, kaskus telah mulai terkenal di Indonesia. Ken, yang semula tak tahu bahwa Andrew adalah sepupunya, semakin terkejut ketika mengetahui bahwa Andrew ialah pendiri kaskus. Ken pun mulai mengikuti Andrew mengelola kaskus meski secara tidak resmi, lama-kelamaan, Ken pun mulai terobsesi dengan kaskus, dan mulai berpikir dari segi bisnis, bahwa kaskus suatu saat akan menjadi besar dan berpotensi memberi keuntungan yang luar biasa. Atas dasar kecintaan dan potensi bisnis itulah Ken mulai “merayu” Andrew untuk ikut berpartner dalam kaskus meski dengan usaha yang sangat keras karena Andrew sangat berhati-hati dalam menangani “bayi”-nya tersebut, ya, kaskus.

Buku setebal 320 halaman ini selain bercerita tentang petualangan Ken dan Andrew dalam membesarkan kaskus juga berisi sejarah hidup Ken, mulai dari zaman ia sekolah, hingga ia menjadi CEO termuda. Di awal-awal buku, Ken yang memang mempunyai jiwa kritis sangat mempermasalahkan sekolah di Indonesia. Ya, ia sangat tidak menyukai sekolah dengan sistem yang ada seperti saat ini, pakaian harus seragam, murid harus menurut pada guru, sampai mengenai banyaknya teman-teman Ken yang berlomba-lomba untuk mejadi nomor satu di sekolah. Bahkan, Ken sendiri bersekolah hanya untuk memenuhi harapan orangtuanya, yaitu asal sekolah selesai dengan nilai yang cukup, dan hal itu pulalah yang dilakukan oleh Ken terhadap sekolahnya. Hal lainnya, ken pula bercerita tentang laar belakang keluargaya, bagaimana Kakek dan Ayahnya ialah pebisnis sejati yang merintis karier dari bawah,dan hal ini pulalah yang menjadikan motivasi dalam diri ken untuk mengikuti jejak mereka.

Kaskus pun tak luput dari hal yang diceritakan di buku ini. Awal mula berdirinya kaskus, terjeratnya kaskus dengan UU ITE, hingga serangan DDOS yang menimpa kaskus pada tahun 2008. Semua diceritakan dengan gaya bahasa yang enak untuk dibaca. diceritakan pula “markas” kaskus dari awal berdiri di kawasan Kota, Melawai, hingga mempunyai kantor baru di kawasan Kuningan. Bagaimana kaskus berbisnis pun diungkap disini, mulai dari susahnya mencari karyawan dan iklan, hingga akhirnya kaskus sebagai media online mulai dilirik perusahaan-perusahaan besar untuk bekerja sama.


Judul lengkap buku ini sendiri ialah: Ken & Kaskus, Cerita Sukses di Usia Muda. Sayangnya, buku ini tak dilengkapi dengan biodata Ken sendiri, sehingga judul buku yang memuat kata-kata “Usia Muda” cukup mengganjal, karena bagaimana kita tahu ken menjadi CEO pada usia muda, padahal data dirinya sendiri pun tidak tahu. Mungkin biodata diri dari Ken bisa dicantumkan untuk setidaknya memberi gambaran seperti apa Ken itu sebenarnya, dan hal-hal kecil menarik apa yang dapat pembaca tarik kesimpulan dari data dirinya tersebut. Namun overall, buku ini enak untuk dibaca, terutama bagi pecinta kaskus yang penasaran bagaimana kaskus berdiri dan bertumbuh besar, walaupun dari buku ini sendiri sosok Ken masih agak misterius untuk para kaskuser sendiri. Suatu karya yang indah dari Alberthiene Endah, suatu karya bintang lima.


Judul: Ken & Kaskus: Cerita Sukses di Usia Muda
Penulis: Alberthiene Endah
Tebal: 320 hal.
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rate: 5/5

Petualangan dalam Waktu yang Singkat



Ada yang lain kali ini dalam kisah Lima Sekawan berjudul Rahasia Harta Karun. Jika biasanya anak-anak melakukan petualangan di saat mereka sedang liburan panjang musim panas ataupun liburan paskah, pada kali ini anak-anak berpetualang di sela-sela liburan singkat pertengahan semester, atau tepatnya di bulan Oktober yaitu sekitar musim gugur di Inggris sana. Karena waktu liburan mereka yang singkat (Jum’at sampai Selasa), maka anak-anak merencanakan dengan melancong dan berjalan-jalan, tentu saja waktu liburan yang singkat ini menjadi sebuah keyakinan bagi anak-anak bahwa kali ini mereka tak akan mengalami petualangan yang seru seperti biasanya. Namun, bukan Lima Sekawan namanya apabila tidak mengalami sebuah petualangan.

Jadwal dan rute yang telah disusun oleh Julian mendadak menjadi agak berantakan ketika di tengah perjalanan Timmy mengalami cedera. Di sebuah desa terdekat, maka diputuskanlah untuk membagi tim menjadi dua, George dan Julian menuju seseorang yang dapat mengobati Timmy, sedangkan Anne dan Dick langsung menuju penginapan. Nah, karena cuaca yang agak buruk dan jalanan sudah mulai gelap, apalagi Dick dan Anne belum mengetahui secara jelas letak penginapan tersebut, mereka pun secara tidak sadar telah sampai ke sebuah peternakan (yang mereka anggap penginapan) yang salah. Disana mereka bertemu dengan seorang ibu tua yang agak tuli yang akhirnya memberi Anne tumpangan tidur di loteng dengan syarat tidak ketahuan oleh si anak dari ibu itu, karena si anak terkenal dengan sifatnya yang tidak suka apabila ada orang luar hadir di rumahnya. Sementara Anne tidur di loteng, Dick memutuskan untuk tidur di sebuah lumbung dengan beralaskan jerami, disinilah awal petualangan mereka dimulai. Tak lama Dick terlelap, terdengar suara ketukan di dinding lumbung memanggil nama Dick, kemudian orang itu mengatakan beberapa kata yang baru belakangan diketahui bahwa kata-kata tersebut merupakan kode untuk menemukan harta karun!

Singkat cerita, anak-anak pun mulai menyusun kata-kata tersebut guna menemukan pemecahannya. Mereka menuju suatu tempat yang disebut-sebut pada kode tersebut dan menemukan sebuah fakta baru, bahwa mereka di jalan yang benar, hal yang diindikasikan oleh adanya dua orang yang juga mencari harta karun tersebut, dimana saalah satu dari kedua orang tersebut ialah anak si ibu pemilik penginapan dimana Anne menumpang pada waktu malam sebelumnya. Tanpa anak-anak sadari, sebenarnya mereka sedang mencari harta karun, atau tepatnya permata Fellonia yang terkenal yang memang dicuri dari pemiliknya dan menjadi kabar terhangat di Inggris sana.

Bisa dibilang petualangan anak-anak kali ini merupakan petualangan yang agak tidak berbahaya. Memang, mereka berhadapan dengan penjahat pencuri permata yang terkenal, namun tak ada kekerasan yang dilakukan para penjahat tersebut terhadap anak-anak. Tak seperti buku-buku sebelumnya yang bahkan hampir merenggut nyawa anak-anak (bahkan Timmy), buku berjudul asli Five On A Hike Together ini cenderung mengajak pembaca untuk memecahkan teka-teki dan kode yang tak sengaja didengar oleh Dick, seru! Buku ke sepuluh dari serial Lima Sekawan ini pun seperti biasa masih membuat para pembacanya menelan ludah akibat dari makanan-makanan yang anak-anak bawa dan makan ketika di dalam perjalanan, dibayangkan saja sudah terasa enak rasanya. Satu hal yang dapat ditarik kesimpulan dari kehidupan anak-anak Lima Sekawan ini, bisa dibilang anak-anak ini hidup berkecukupan bahkan cenderung kaya. Entah berapa sewa penginapan atau harga makanan yang mereka beli, namun indikasi kekayaan mereka dapat terlihat dari mudahnya mereka membayar sewa penginapan atau bahkan membeli makanan yag bisa dibilang tidak sedikit. Postitifnya, walaupun cenderung “kaya”, namun anak-anak ini bukan anak-anak manja yang hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan, dapat terlihat bukan dari petualangan-petualangan yang mereka jalani. Sebuah pelajaran yang berguna bagi anak-anak yang cenderung “kaya” dan doyan bermalas-malasan.



Judul: Lima Sekawan: Rahasia Harta Karun
Penulis: Enid Blyton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 234 hal.
Tahun Terbit: 1951 (1st) / 1997 (read)
Rate: 4/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun

Minggu, 21 Juli 2013

The Jungle Book: Bukan Sekedar Mowgli



Nostalgia, itulah yang saya rasakan ketika menyentuh, dan membaca buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling ini. Semasa kecil, kisah Mowgli ini memang sempat menjadi salah satu favorit saya, entah itu dalam bentuk film yang dibuat disney, maupun dalam bentuk games. Tapi terus terang saja saya tak menyangka The Jungle Book ini ada bukunya. Bahkan saya baru tahu setahun belakangan ini kalau The Jungle Book ini merupakan sebuah buku legendaris yang juga masuk daftar 1001 buku yang wajib dibaca sebelum wafat.

Sempat terkejut juga ketika mengetahui bahwa buku ini bukan murni kisah Mowgli dan teman-temannya di dalam hutan. Nyatanya, buku ini merupakan kumpulan cerita-cerita pendek yang tidak hanya berkisah tentang Mowgli saja. Namun yang pasti, buku terbitan Serambi ini berkaitan dengan hewan-hewan, bahkan cenderung menyerupai fabel, meski tak semuanya berformat seperti itu.

Buku setebal 239 ini terdiri dari 11 bab, dan tak semua bab merupakan cerita pendek. Hanya 6 bab yang merupakan cerita pendek, sedangkan sisanya berupa lirik lagu yang merupakan bagian dari cerita pada bab-bab sebelumnya. Mengapa lirik lagu? Praduga saya ialah karena Kipling telah lama di India, dan seperti telah diketahui bahwa film di India identik dengan lagu dan joget, makanya itu Kipling memasukkan juga lirik-lirik lagu di dalam buku ini. Sudah menjadi tradisi sepertinya.

Kisah Mowgli sendiri seperti telah diceritakan di atas mendapatkan porsi yang paling besar, ada 3 cerita pendek tentang Mowgli. Cerita pertama ialah Mowgli dan Saudara Serigala. Kisah ini merupakan awal mula kedatangan Mowgli di hutan. Dimana ia akhirnya dipelihara oleh keluarga serigala dan akhirnya “diakui” oleh seluruh penghuni hutan dengan jaminan dari Baloo si beruang madu dan Bagheera si Macan Kumbang. Mowgli pun belajar tentang kehidupan di hutan dari Baloo, Bagheera dan keluarga serigala, selain itu, Mowgli pun dilindungi oleh pimpinan para serigala, yaitu Akela. Masalah dimulai ketika Akela sudah terlalu lemah untuk memimpin kaumnya, disinilah Mowgli mulai mendapat tentangan dari Shere Khan si Harimau, karena Shere Khan sudah lama mengincar Mowgli untuk ia buru namun terganjal oleh status Mowgli yang “dilindungi”. Oleh karena kemunduran inilah Shere Khan mulai berani berkoar kembali tentang nasib Mowgli yang ia pikir tak pantas berada di tengah hutan bersama para binatang. Kisah kedua Mowgli yaitu Lagu Berburu Kawanan Seeon. Kisah ini menceritakan Mowgli yang diculik oleh sekawanan monyet untuk dijadikan hiburan. Baloo dan Bagheera yang kelabakan akhirnya meminta bantuan Kaa si ular piton, yang juga merupakan makhluk yang paling ditakuti oleh para monyet itu. Usaha penyelamatan Mowgli ini diwarnai oleh Nyanyian Berburu yang Mowgli pelajari dari Baloo, seberapa mahir Mowgli mennguasai Nyanyian inilah yang menjadi kunci proses penyelamatan Mowgli kali ini. Cerita terakhir tentang Mowgli yaitu Harimau Harimau. Bukan, kisah ini bukan karangan Mochtar Lubis, namun hanya judulnya saja yang sama. Kisah ini bercerita tentang Mowgli yang kembali ke perkampungan manusia. Banyak tantangan yang Mowgli alami disini, mulai harus belajar berbicara manusia, sampai pandangan miring dari masyarakat mengenai dirinya yang dicurigai mempunyai kekuatan mistis. Satu masalah terbesar lain Mowgli ialah munculnya Shere Khan si harimau musuh bebuyutan Mowgli di perkampungan tersebut. Disinilah Mowgli dan Shere Khan akhirnya berhadapan secara langsung.

Anjing Laut Putih juga merupakan sebuah fabel yang bercerita tentang kehidupan anjing laut. Kotick, si anjing laut unik karena berwarna putih, warna yang tak lazim bagi anjing laut, terpana ketika melihat setiap tahunnya para anjing laut dibantai oleh manusia. Tak ada tindakan dari kawanan anjing laut lainnya mengenai peristiwa ini, maka Kotick berinisiatif untuk mencari tempat tersembunyi dari manusia untuk menyelamatkan kawanannya. Petualangan Kotick dalam mencari suatu tempat baru bagi kawanannya memakan waktu bertahun-tahun dan membawa Kotick berkenalan dengan spesies-spesies laut lainnya. Rikki-Tikki-Tavi bercerita tentang seekor Mongoose, sejenis luwak, bernama Rikki-Tikki. Petualangan Rikki-tikki ini terjadi di sebuah rumah keluarga manusia dan bercerita tentang perseteruan antara Mongoose dengan ular. Dengan dibantu Darzee, seekor burung, Rikki-tikki berhadapan dengan Nag dan Nagaina, sepasang ular yang ingin mencelakakan keluarga manusia tersebut.

Cerita terakhir di buku yang berkover Mowgli dan kawan-kawannya ini berjudul Toomai sang Penakluk Gajah. Cerita ini satu-satunya yang bukan fabel dan agak sulit dipahami. Cerita ini mengingatkan saya kepada buku berjudul Kim yang juga karangan Kipling yang juga sangat sulit untuk dipahami. Bercerita tentang klan Toomai, yang turun-temurun berprofesi sebagai pawang gajah selama tiga generasi. Generasi keempat, Toomai si mungil ingin mengikuti jejak para leluhurnya. Ia pun diramal oleh salah satu pemimpin untuk menjadi pawang yang hebat apabila ia melihat sebuah tarian gajah. Para anak buah pemimpin tersebut terang saja menertawakan hal tersebut, karena tarian gajah merupakan sebuah hal yang mustahil. Jadi, secara tidak langsung, Toomai mungil tak akan menjadi seorang pawang hebat menurut pemimpin tersebut. Toomai mungil yang belum mengerti apa-apa tetap antusias mendengar ramalan tersebut, dan tetap berimpian dan berusaha untuk melihat tarian gajah tersebut.


Setelah membaca buku ini, terjawab sudah pertanyaan saya ketika kecil dahulu: mengapa buku ini berjudul the Jungle Book. Ternyata, buku ini bercerita mengenai kisah-kisah hutan dan binatang-binatang yang ada di dalamnya, jadi tak hanya Mowgli semata yang terang saja tidak terlalu mencerminkan “Buku Hutan” itu sendiri. Empat bintang untuk buku yang menarik dan membawa pembacanya nostalgia ke masa lalu. Sangat pula direkomedndasikan untuk bacaan anak-anak di atas 10 tahun, mengingat masih ada sedikit adegan kekerasan yang terselip di edisi asli buku ini.


Judul: The Jungle Book
Penulis: Rudyard Kipling
Tebal: 246 hal.
Penerbit: Atria
Tahun terbit: 1894 (1st) / 2011 (terjemahan)
Rate: 4/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun

Minggu, 14 Juli 2013

Jo dan Lima Sekawan



Liburan lagi, petualangan lagi! Walaupun hanya menghabiskan waktu sekitar dua minggu untuk bersama-sama, petualangan seakan tidak mau menjauh dari kelompok Lima Sekawan ini.

Berlokasi kembali di Pondok Kirrin, kali ini Bibi Fanny dan Paman Quentin sengaja ingin berlibur ke Spanyol. Kedua orangtua George ini meninggalkan Lima Sekawan dengan pembantu mereka, Joanna. Memang, sejak semula anak-anak tidak yakin mereka akan mengalami petualangan kali ini, namun penemuan yang dilakukan oleh Paman Quentin membawa anak-anak dalam petualangan, bahkan bahaya!
Berawal dari pertemuan anak-anak dengan Jo, seorang anak yang di Inggris sana lazim disebut sebagai gelandangan. Jo ini seorang anak perempuan, namun ia mirip sekali dengan George, berperawakan sama, berambut ikal, dan juga senang memakai pakaian anak laki-laki. Jo ini memberi kesan buruk kepada anak-anak ketika pertama mereka bertemu, bukan apa-apa, pergaulan Jo dan anak-anak Lima Sekawan memang berbeda, jadi bisa dikatakan bahwa Jo sedikit liar, dan anak-anak kurang menyukai hal itu.

Petualangan kali ini melibatkan penculikan, pembiusan, penyamaran, bahkan penyekapan, bukan cerita yang enteng memang bagi anak-anak. Bisa dibilang pula yang berpetualang disini ialah Julian dan Dick, sebabnya adalah George dan Timmy diculik oleh para penjahat. George menjadi sasaran penculikan gara-gara para penjahat ini mengincar buku catatan penemuan-penemuan penting yang dilakukan oleh Paman Quentin. Sedangkan Anne, seperti biasa masih terlalu muda untuk berpetualang yang terlalu berbahaya, maka ia hanya menemani Joanna di rumah ketika ick dan Julian berusaha membebaskan George dan Timmy.

Tentunya ada alasan khusus mengapa Jo menjadi judul dalam buku Lima Sekawan ini, dari 21 judul Lima Sekawan karya Enid Blyton, hanya Jo seorang yang menjadi sebuah nama anak yang menjadi judul. Jo inilah yang menjadi kunci dalam petualangan kali ini, entah itu dalam proses penangkapan George, sampai pada proses penyelamatan George. Jo ini pulalah yang menyertai serta memandu Julian dan Dick dalam mengetahui tempat penyekapan George.

Seperti biasa, bahaya, bahkan kematian sangat dekat dengan anak-anak Lima Sekawan ini seiring dengan pertambahan umur dan pertambahan judul serial ini. Apa yang ada di pikiran Enid Blyton ketika menulis cerita yang katanya untuk anak-anak ini hanya ia dan Tuhan yang tahu, yang jelas diskusi antara anak dan orangtua sangat diperlukan ketika membaca buku ini.

Petualangan yang terjadi di tahun 1950 ini (pertama buku ini terbit) masih melibatkan telegram, hal yang sudah sangta langka di zaman modern ini. Ini pulalah yang menghambat anak-anak dalam menghubungi Bibi Fanny dan Paman Quentin yang berada di Spanyol. Coba saja kisah ini terjadi di zaman smartphone seperti sekarang ini, mungkin tidak akan ada yang namanya penculikan George. Ya, tinggal sms atau telepon saja maka tindakan penculikan ini dapat dicegah ketika awal mula ada pencuri masuk ke Pondok Kirrin.Tetapi tak akan ada petualangan seru apabila hal tersebut terjadi, sms/telepon, Bibi serta Paman pulang, hubungi polisi, maka habis perkara, dan buku ini tak akan menjadi sebuah buku. Itu sudah.

Ada hal menarik yang ditambahkan penerjemah di dalam buku ini, tepatnya di halaman 139: “Memang, hutan di Inggris lain dengan di Indonesia. Di sana, jika ada tempat yang agak lebat ditumbuhi pepohonan, tempat itu sudah disebut hutan. Karenananya tidaklah mengherankan, jika bagi Anne tempat yang pepohonannya tumbuh rapat sudah dianggap sebagai rimba. Coba kalau anak itu bisa datang sebentar ke Kalimantan atau Irian, saat itu baru ia akan tahu bagaimana wujud rimba yang sebenarnya.” Saya yakin tak ada bagian ini di dalam edisi aslinya, namun penerjemah secara jeli ingin memperkenalkan kekayaan Indonesia kepada para pembaca yang notabene adalah anak-anak Indonesia.

Dewasa ini, sudah jarang ditemukan anak-anak membaca buku-buku Lima Sekawan ini. Padahal buku ini sudah sangat sering dicetak ulang. Tapi patut dipertanyakan pula, apakah anak-anak zaman sekarang ini memahami hal-hal yang ada pada zaman itu seperti telegram yang saya sebut di atas. Mungkin pula anak-anak ini akan mempertanyakan, mengapa anak-anak Lima Sekawan ini tidak berbekal telepon genggam dalam berpetualang? Ah, apa mungkin pemikiran saya yang terlalu cetek sehingga tak tahu bahwa zaman sekarang ini Lima Sekawan tetap banyak dibaca oleh anak-anak modern.

Kembali lagi ke perdebatan apakah Lima Sekawan ini cocok untuk anak-anak. Saya tetap berpikir bahwa Lima Sekawan ini merupakan buku awal bagi anak-anak guna mereka mendalami hobi membaca mereka. Saya sendiri masih ingat, bagaimana ketika SMP buku ii sangat berbekas di hati saya. Jujur saja, pada saat itu saya belum mencapai pemikiran bagaimana munculnya kata-kata kasar pada serial ini, pokoknya yang terpikirkan hanya bagaimana serunya buku ini. Sempat pula saya berbalas twit dengan Clara Ng dimana saya mengatakan buku ini harus dibaca dengan pengawasan orangtua apabila anak-anak yang membacanya, namun beliau membalas bahwa diskusi lebih diperlukan daripada pengawasan. Akhirnya saya pun menyadari bahwa saya keliru, dan bahwasanya diskusi dua arah lebih penting untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak dibandingkan pengawasan satu arah dari orangtua kepada anaknya. Jadi, apakah cocok untuk anak-anak? Tetap, dari awal saya sudah berpendapat bahwa buku ini hanya cocok untuk anak Indonesia berusia 10 tahun ke atas.


Selamat hari anak Indonesia, tetaplah membaca karya untuk anak guna membuka diskusi dua arah antara anak dan orangtua. Juga walaupun buku anak, buku tetaplah buku, dan pastilah akan ada pengetahuan dibalik semua buku yang ada.


Judul: Lima Sekawan: Jo Anak Gelandangan
Penulis: Enid Blyton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 254 hal.
Tahun Terbit: 1950 (1st) / 1997 (read)
Rekomendasi Usia: > 10 tahun
Rate: 4/5

Buku tentang Bulutangkis



Out of the box! Sempat bertanya-tanya, apakah buku berjudul “2” ini akan serupa dan segenre dengan karya Donny sebelumnya, “5 cm”. Ternyata sangat berbeda jauh, sangat mengejutkan ketika Donny mengangkat tema olahraga secara penuh dalam buku keduanya ini. Bulutangkis, olahraga paling berprestasi di Indonesia inilah yang coba diangkat oleh Donny dalam buku keduanya ini. Seingat saya, inilah buku Indonesia pertama yang saya baca yang bertema olahraga, unik, hanya itulah yang bisa saya katakan.

Tak hanya mengangkat bulutangkis, tema kekeluargaan dan sedikit bumbu percintaan pun coba Donny angkat dalam buku setebal 417 halaman ini. Bercerita tentang seorang anak yang “berbeda” bernama Gusni. Gusni ini diceritakan semenjak kelahirannya hingga masa ia dewasa. Bisa dibilang, ini adalah biografi Gusni secara tidak resmi. Mengapa Gusni dibilang anak yang “berbeda”? Bayangkan saja, ia terlahir sebagai bayi raksasa, dengan berat mencapai 6,25 kg pada saat kelahirannya. Masalahnya, ia terlahir dari keluarga dengan ukuran badan yang normal, bahkan kakaknya, Gita, pun normal.

Bagian awal buku terbitan Grasindo ini menceritakan tentang proses kelahiran Gusni. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sini, terutama bagi saya. Bagaimana memberi pengertian pada sang kakak bahwa adiknya akan lahir dan bagaimana memberi pengertian ketika perhatian yang tadinya tercurah kepada sang kakak akan terbagi seiring kelahiran sang adik. Entah, saya merasa bagian ini sangat menyentuh.

Perjalanan berlanjut ketika Gusni bersekolah di SD. Perseteruan-perseteruan masa kecil di sekolah dasar antara cowok dan cewek secara apik Donny ceritakan disini, begitu klasik. Contohnya saja, bagaimana cewek menganggap cowok itu makhluk yang bau, dekil dan jorok, juga sebaliknya, bagaimana cowok menganggap cewek itu makhluk yang cengeng dan sangat mendewakan tempat pensil berwarna pink. Gusni, yang berbadan ekstra besar semula berpikiran serupa seperti itu, apalagi dengan dukungan dari teman se-gengnya yang mempunyai ukuran tubuh yang sama, Nuni dan Ani. Pemikiran Gusni berubah perlahan, apalagi ketika ia bertemu Harry, cowok yang bertubuh serupa pula dan mempunyai makanan favorit yang sama, onde-onde dan choki-choki! Bersama Harry, Gusni saling mencurahkan isi hati, juga berbagi impian dan cita-cita apabila sudah besar nanti, sampai pada tahun 1998, restoran Bakmi Nusantara milik ayah Harry yang juga menjadi impian dan cita-cita Harry hancur akibat kerusuhan yang menimpa Indonesia, dan Harry pun menghilang.

Kehidupan terus berlanjut bagi Gusni, dan disinilah bulutangkis mulai merasuk kedalam jiwa Gusni. Menjadi atlit bulutangkis, itulah impian Gusni sewaktu kecil. Apalagi, Gita merupakan atlit bulutangkis nasional, semakin kuatlah cita-cita Gusni untuk mengikuti jejak kakaknya. Sementara berat badan Gusni tidak juga beranjak turun, akhirnya Gusni mulai berlatih kembali bulutangkis. Sebenarnya, ketika kecil Gusni telah berlatih bulutangkis, namun semua terpaksa berhenti ketika tiba-tiba Gusni pingsan ketika latihan. Disinilah ketegangan buku bercover merah ini dimulai. Serunya pertandingan bulutangkis diceritakan secara apik oleh Donny, walaupun saya sempat bertanya-tanya, apakah bakal sepanjang buku pertandingan ini berlangsung? Syukurnya, hal ini tidak terjadi, karena banyak kejutan yang diselipkan Donny pada bagian-bagian ini, membuat buku ini menjadi agak sulit untuk ditebak. Di bagian ini pun terungkap mengapa Gusni berbeda daripada keluarga lainnya, yang sesungguhnya inilah motivasi terbesar Gusni dalam bermain bulutangkis.

Tidak ada yang sempurna. Itu pulalah yang saya rasakan ketika membaca buku ini. Saya merasa buku ini agak nanggung. Bagian-bagian awal saya merasa buku ini cenderung komedi, bagaimana keluguan ayah dari Gusni menggambarkan hal ini. Juga banyaknya kata-kata yang ber-italic, cukup mengganggu karena terkadang bagian ini tidak terlalu penting. Juga ada kesalahan fatal menyangkut angka di dalam buku ini. Pembaca yang telah membaca buku ini pasti juga mengalaminya pada saat bagian 130 kg dan 125 kg, sebuah paradoks yang mungkin terlewatkan oleh Donny dan editor buku ini.


Tiga bintang untuk buku yang mempunyai kutipan sangat memotivasi ini: “Jangan pernah meremehkan kekuatan manusia, karena Tuhan sedikit pun tak pernah”. Juga sangat direkomendasikan bagi para pecinta bulutangkis, pecinta nasionalisme serta para pencari motivasi yang ingin belajar tentang semangat dan kekuatan hidup dari seorang Gusni.


Judul: 2
Penulis: Donny Dhirgantoro
Penerbit: Grasindo
Tebal: 418 hal.
Tahun Terbit: 2011
Rate: 3/5

Sabtu, 06 Juli 2013

Dracula, si Raja Vampir


Count Dracula. Bisa dibilang ini adalah rajanya vampir. Sebuah kisah legendaris yang ditulis oleh Bram Stoker, sehingga apa-apa yang selama ini awam terdengar dan diketahui oleh masyarakat luas seolah dibenarkan ketika buku bejudul Dracula ini dibaca. Sudah jelas terpatri dalam otak dan kehidupan sehari-hari, entah itu semua berasal dari film-film vampir, ataupun dari cerita-cerita apapun tentang vampir, bahwa kisah vampir itu identik dengan: dua titik bekas gigitan di leher, bawang putih, salib, air suci, tak ada bayangan di cermin, dan bahwa vampir itu dapat menular melalui gigitan. Memang, hal-hal ini dapat ditemui di buku ini, entah, apakah buku ini yang menginspirasi kisah-kisah vampir di seluruh dunia atau tidak, mengingat buku ini terbit pertama kali di abad ke-19, tepatnya pada tahun 1897.

Buku yang saya baca merupakan buku tipis setebal 160 halaman yang diterbitkan oleh penerbit Narasi. Dibandingkan dengan buku serupa terbitan Gramedia yang mempunyai tebal hingga 578 halaman, tentunya hanya sari-sari dari buku asli Dracula yang ada di buku terbitan Narasi ini. Sempat pula membaca review dari beberapa rekan pembaca buku bahwa Dracula ini diceritakan dengan berbagai sudut pandang tokohnya, entah itu melalui surat atau yang lainnya, di buku terbitan Narasi ini sudut pandang yang digunakan yaitu melalui sudut pandang orang ketiga, dan memang diceritakan secara naratif, sesuai nama dari penerbitnya.

Hanya terdiri dari 8 bab saja, kisah di buku ini dimulai ketika Jonathan Harker, seorang pengacara muda diundang oleh kliennya, Count Dracula ke kastilnya di Transylvania, Rumania. Disana ia terjebak dan mengetahui siapa sebenarnya Dracula. Setelah lama terkurung, entah bagaimana ceritanya ia dapat lepas dari kastil tersebut namun mengalami trauma yang hebat, sampai-sampai jurnal tentang kehidupan sehari-harinya pada saat ia tinggal di kastil tak sanggup lagi ia baca. Mina, sang tunangan yang akhirnya menemukan Jonathan di sebuah rumah sakit di Hongaria membawa  Jonathan kembali ke Inggris guna diobati. Di Inggris, Jonathan dibantu oleh seorang dokter bernama Jack, yang akhirnya memperkenalkan mereka dengan Profesor Van Helsing, seorang profesor yang unik yang telah cukup lama mendalami tentang dunia vampir. Di Inggris sendiri, Mina mempunyai sahabat yang bernama Lucy, yang merupakan juga kekasih dari Arthur. Naas bagi para wanita ini, mereka berdua menjadi korban gigitan vampir, dan mau tidak mau mereka berdua menjadi makhluk seperti Dracula, mati, tetapi tidak bisa mati.

Kesan dari buku ini memang menyeramkan. Benar, tak ada pembunuhan yang sadis yang terjadi maupun kasus kriminal lain yang kejam, tetapi aura dari buku yang ditulis Bram Stoker ini memang gelap. Sebenarnya, di buku Narasi ini lebih banyak menceritakan tentang profesor Van Helsing dan kawan-kawan dalam upaya menghancurkan Dracula, si raja vampir. Hampir tak terlihat tindak tanduk Dracula sebagai raja vampir yang mengesankan ia begitu menyeramkan dan menjadi mesin pembunuh bagi umat manusia. Namun ya itu, walaupun tanpa hal tersebut, kesan menyeramkan telah otomatis muncul ketika membaca buku ini, entah karena apa.

Setidaknya, setelah membaca buku ini saya jadi mengetahui bahwa film Van Helsing yang pernah ada memang terinspirasi dari buku ini. Bahwa Van Helsing merupakan tokoh utama pemburu Dracula telah menjadi satu hal yang legendaris. Tapi sayang memang, keunikan Van Helsing agak nanggung digambarkan dalam buku ini, terbatas pada jumlah halaman mungkin.


Dracula ini merupakan sebuah buku yang masuk list 1001 Books You Must Read Before You Die. Mengingat telah mengakarnya kisah vampir dan drakula di seluruh dunia, sangat layak sekali untuk menjadikan buku ini sebagai bacaan-wajib-baca. Sebenarnya saya agak beruntung juga membaca edisi ringkas dari Dracula ini, sebab seperti halnya buku 1001 lain yang memang mempunyai karakter sulit untuk dibaca, saya masih belum bisa meraba seperti apa terjemahan asli dari Dracula yang diterbitkan oleh Gramedia. Semoga suatu hari nanti saya bisa membacanya pula untuk membandingkan dengan terbitan Narasi ini.


Judul: Dracula Penghisap Darah
Penulis: Bram Stoker
Penerbit: Narasi
Tebal: 160 hal.
Tahun Terbit: 1897 (1st) / 2007 (read)
Rate: 4/5

Rabu, 03 Juli 2013

Wishful Wednesday #4 ~ Every Dead Thing



Gak basa-basi lagi deh, kali ini yang menjadi Wishful Wednesday saya adalah:


Mantan detektif NYPD, Charlie Parker senantiasa dihantui rasa bersalah atas peristiwa pembantaian istri dan anak perempuannya yang belum terpecahkan. Jiwanya yang tersiksa dipenuhi penyesalan dan hasrat membalas dendam. Tetapi ketika mantan-rekannya meminta bantuan untuk melacak seorang gadis yang hilang, Parker pun dibawa ke jantungnya suatu kejahatan terorganisir; kepada seorang perempuan yang tinggal di tepi rawa-rawa Louisiana dan bisa mendengar suara orang-orang mati; serta kepada seorang pembunuh berantai yang hanya dikenal dengan julukan si Pengembara.

Link Goodreads-nya ---> Every Dead Thing

Saya ingin mulai mencintai Charlie "Bird" Parker, ia seorang mantan detektif polisi. Saya udah baca yang Dark Hollow, nah, Every Dead Thing ini buku pertamanya, jadi ya lumayan penasaran juga :)


Mau ikut Wishful Wednesday juga? Gini caranya:

1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (ada di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =

Senin, 01 Juli 2013

Dark Hollow



Dark Hollow merupakan seri kedua dari serial detektif Charlie “Bird” Parker. Buku pertama karangan John Connolly tentang Parker ialah Every Dead Thing yang terbit pada tahun 1999, sedangkan Dark Hollow ini terbit setahun kemudian. Antara buku pertama dan kedua sebenarnya tidak masalah apabila dibaca tak berurutan, kecuali itu, banyak hal-hal yang menjadi lanjutan dari buku pertama yang mungkin akan membuat pembaca agak bingung apabila langsung membaca Dark Hollow.

Saya sendiri belum membaca buku pertamanya, jadi yang saya tangkap dari tokoh Bird ini ialah bahwa ia seorang mantan polisi yang mempunyai masa lalu yang cukup kelam akibat kematian istri dan anaknya. Kedua orang tercinta Bird ini tewas dibunuh penjahat. Nah, kisah kematian dan pembunuhan ini yang ada di buku pertama, mungkin sih. Selain itu, yang tersisa dari buku pertama ialah sepasang manusia yang selalu membantu Bird dalam menangani kasus-kasus yang terjadi. Mereka ialah Louis dan Angel. Dilihat dari nama, mungkin pembaca tak akan sadar kalau mereka berdua ini ialah laki-laki. Dari buku pertama (tepatnya dari review seorang blogger), akhirnya saya mengetahui kalau mereka ini ialah pasangan gay, dimana mereka ini ialah sepasang pencuri dan penjahat.

Jalan cerita di buku ini sendiri mengenai Bird yang disewa oleh seorang wanita yang ingin menuntut hak yang belum diberikan mantan suaminya, Billy Purdue. Situasi mulai rumit ketika sang wanita beserta anaknya ditemukan tewas terbunuh. Otomatis, semua prasangka mengarah kepada Billy Purdue. Celakanya, Billy malah menghilang ketika sedang dicari. Pembunuhan yang terjadi tak sampai disitu. Seorang nenek penghuni panti jompo pun ditemukan tewas, belum lagi penculikan yang terjadi terhadap Ellen, anak dari mantan rekan Bird di kepolisian. Setelah melakukan penelusuran, Bird menemukan sebuah fakta menarik bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan cerita berdekade-dekade lalu yang melibatkan kakek Bird dan seorang pembunuh legendaris, Caleb Kyle. Ternyata, memang Bird sudah lama diincar, orang-orang terdekat dengan Bird terancam jiwanya, dan yang paling penting ialah fakta bahwa Caleb Kyle bukan hanya legenda, tapi ia nyata!

Sebuah novel yang murni thriller. Pembunuhan terjadi begitu mudahnya, belum lagi kekerasan-kekerasan yang terjadi, sangat khas sekali dengan film-film thriller Hollywood sana. Dengan setting di Amerika Serikat, buku ini menjadi menarik karena sang penulis merupakan seorang Irish. Hebatnya, deskripsi-deskripsi yang ia jabarkan tentang tempat di Amerika sana sangat mendetail. Bahkan, menurut saya deskripsinya terlalu mendetail, sehingga membuat bosan dan membuat buku ini terlalu tebal. Bagaimana pendeskripsian suatu tempat dan sebuah penampilan dari seseorang dibuat terlalu panjang dan mendetail, hal yang menurut saya kurang terlalu perlu. Saya berpendapat demikian karena sisi thriller dari buku ini bakal lebih cepat mencapai klimaks apabila diceritakan secara to the point. Inilah yang menjadi kekurangannya, membuat hal-hal yang mendebarkannya kurang cepat diperoleh. Dark Hollow sendiri merupakan nama sebuah tempat di Amerika. Sebuah tempat dimana pembunuhan-pembunuhan ini terjadi, baik di masa kini, maupun di masa ketika kakek Bird masih hidup, masa ketika Caleb Kyle yang legendaris sangat ditakuti.


Buku ini sendiri tidak terlalu murni thriller dan masuk akal. Dari sejak buku pertama, telah diceritakan bahwa arwah-arwah telah turut membantu dalam memecahkan sebuah kasus. Di kisah Dark Hollow ini sendiri, Bird diceritakan agak terbantu oleh penampakan-penampakan dari orang-orang yang telah meninggal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kasus yang terjadi. Sebenarnya, saya menunggu hingga akhir penjelasan logis dari hal ini, namun nampaknya John Connolly ingin memberikan kekhasannya dalam hal tersebut, makanya tak ada jawaban logis mengenai hal ini.


Judul: Dark Hollow
Penulis: John Connolly
Tebal: 560 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2000 (1st) / 2012 (terjemahan)
Rate: 3/5