508 p, Bentang Pustaka, Mei 2014
Mungkin banyak yang belum mengenal Allan Karlsson. Allan,
hanya dikenal sebagai seorang tua yang sebentar lagi akan berusia 100 tahun, ia
juga seorang penghuni rumah lansia. Malam itu, Allan akan tepat berusia 100
tahun, tapi ia tak ingin merayakannya, maka ia Climbed Out of the Window, and
Dissapeared...
Mulai terkuaklah siapa Allan, dan mengapa Allan dapat
menembus usia satu abad. Hanya satu kata yang dapat menjawab pertanyaan itu:
Keberuntungan. Mengapa beruntung? Lihat saja, Allan yang kabur dari rumah
lansia secara tak sengaja dititipi koper oleh seorang anggota geng “Never
Again”, sebuah geng yang terkenal karena kebrutalannya. Tak tanggung-tanggung,
koper tersebut ternyata berjumlah puluhan juta Krona! Belum selesai sampai di
situ, Allan bertemu Julius yang akhirnya menjadi partner in crime-nya, yang
juga menyebabkan si anggota geng yang mengejar Allan untuk mengambil koper
tersebut mati konyol. iya, mati, meninggal secara konyol, secara tidak sengaja.
Mengenai hal kematian ini, orang-orang yang berurusan dengan Allan, entah itu
berada di pihaknya atau di pihak yang menjadi pengejarnya, selalu tewas dengan
cara yang kocak, satir banget.
Oke, tak sampai di situ, keberuntungan Allan ternyata memang
banyak stoknya. Allan, yang dikira hilang kemudian menjadi Most Wanted-nya
Swedia. Semua orang dan polisi mencarinya. Tentu saja tak ada yang berhasil
menemukan dia, satu lagi anggota geng “Never Again” mati konyol pula, diduduki
gajah! Iya, gajah yang secara tidak sengaja dipelihara si Jelita (bukan nama sebenarnya),
partner in crime lain dari Allan yang ditemuinya di tengah pelarian dengan
Julius dan Benny. Nah, Benny ini menjadi satu lagi partner in crime Allan yang
ditemuinya secara tak sengaja di sebuah kios hotdog.
Polisi yang sedang disibukkan oleh hilangnya Allan, makin
dipusingkan dengan hilangnya dua anggota geng “Never Again”, belum lagi kasus
hilangnya koper berisi uang yang dicuri si “Never Again”. Melalui
bermacam-macam keterangan saksi, polisi menyimpulkan bahwa hilangnya Allan,
hilangnya uang puluhan juta Krona di dalam koper, hingga hilangnya dua anggota
geng “Never Again” saling berkaitan, maka makin menjadi-jadilah status Most
Wanted-nya Allan.
Satu lagi pihak yang ikut mencari Allan, ia adalah bos dari
“Never Again”. Hampir tewas karena kecelakaan ketika mengejar Allan dan geng,
ia akhirnya turut bergabung dengan Allan hanya gara-gara kakak Benny merupakan
teman lamanya. Sayangnya, ketika si bos mulai bergabung, polisi mulai mencium
jejak mereka dan akhirnya menemukan Allan dan komplotannya di rumah kakak
Benny. Keberuntungan belum berakhir, Allan yang dituduh membunuh dua anggota
geng “Never Again”, selamat berkat ditemukannya dua mayat geng tersebut jauh di
luar negeri, pokoknya jauh dari Swedia. Bagaimana bisa begitu? Itulah hebatnya
keberuntungan.
Tadi ialah kisah ketika Allan berusia 100 tahun, dan
keberuntungan Allan tak hanya ketika ia berusia 100 tahun. Siapa yang sangka
bahwa ia pernah menjadi ce-es-nya Churchill, Franco, Stalin, bahkan Mao Zedong?
Itu semua akibat keberuntungan. Oya, kalau cerita tentang bagaimana budaya
Indonesia yang diceritakan di kisah Allan ini sebagai bangsa yang mudah disuap,
tentunya itu bukan suatu keberuntungan dong? Itu aib, dan ternyata aib itu
terdengar sampai Swedia. Indonesia? Mau begini terus?