Rabu, 30 Oktober 2013

Changez: The Reluctant Fundamentalist




Lelaki yang Terbuang.
The Reluctant Fundamentalist.
Dilema Seorang Muslim Amerika antara Dunia Barat dan Islam Pasca 11/9.

Tiga kalimat tersebut terdapat dalam sebuah buku yang masuk dalam shortlist Man Booker Prize tahun 2007 karangan Mohsin Hamid. Hamid ialah seorang muslim Pakistan lulusan Princeton, Amerika Serikat. Ia kini tinggal di London, dan inilah mengapa ia masuk shortlist award ini. Ya, Man Booker Priza merupakan award yang dikhususkan untuk novel berbahasa Inggris dengan syarat si penulis tinggal di Inggris dan negara persemakmurannya, Irlandia, dan Zimbabwe.

Bercerita tentang seorang muslim Pakistan yang juga kuliah di Princeton, Hamid seolah ingin menceritakan pengalamannya sendiri ketika ia tinggal di sana. Namun ini bukanlah  sebuah memoar, Hamid hanya “menitiskan” dirinya pada tokoh Changez, yang hidup pada zaman berbeda, yaitu zaman modern ketika terjadi peristiwa 11 September yang menluluhlantahkan World Trade Center di Amerika Serikat. Hamid sendiri telah lulus jauh sebelum itu, yaitu tahun 1993, dengan predikat summa cumlaude, sebuah prestasi membanggakan bagi warga imigran asal Asia.

Sebenarnya, keterangan “Dilema Seorang Muslim Amerika antara Dunia Barat dan Islam Pasca 11/9” yang terdapat pada cover buku menurut saya kurang tepat. Ya, Changez memang muslim, tapi tak diceritakan secara detail bagaimana keislamannya. Mungkin yang tepat ialah dilema antara Dunia Barat dan Negerinya, Pakistan. Setelah peristiwa 11/9, pandangan Amerika terhadap muslim menjadi lebih waspada. Perbedaan perlakuan seperti ketika seorang muslim tiba di bandara di Amerika memang begitu kentara, dan Hamid menceritakan secara gamblang di buku ini. Nah, yang dirasakan Changez sendiri lebih kepada rasa cintanya kepada negerinya yang memang mayoritas muslim. Apalagi, Pakistan berada dekat dengan Afghanistan, dimana Osama bin Laden yang menjadi “tersangka” peristiwa 9/11 menjadi orang nomor satu yang paling dicari di dunia. Belum lagi konflik antara Pakistan dengan India yang kemungkinan besar ditunggangi oleh Amerika Serikat, membuat hidup Changez di Amerika menjadi sangat tidak nyaman. Dari sinilah terjadi perubahan pada diri Changez, ia yang mempunyai prestasi gemilang di sebuah firma hukum mulai tak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya, hidupnya mulai berantakan. Belum lagi hubungannya dengan Erica yang membuatnya begitu frustasi walaupun tak ada penolakan dari keluarga Erica. Sikap Erica yang misterius semakin membuatnya galau dan membuatnya makin berada di dalam sebuah dilema, haruskah ia tetap di Amerika atau kembali ke Pakistan membela negaranya.


Diceritakan dengan cara yang sangat tidak biasa, seolah-olah Changez sedang mengobrol dengan tamunya yang berasal dari Amerika Serikat. Changez sendiri ketika itu telah kembali ke Pakistan, dan melalui perbincangannya itulah ia menceritakan tentang kisahnya ketika ia merantau ke Amerika, menjadi salah satu lulusan terbaik Princeton, menjadi karyawan sukses di sebuah firma hukum, hingga masa-masa terpuruknya ketika ia berhubungan dengan Erica dan peristiwa 9/11. Buku ini pun sangat anti-mainstream, penulis tak ragu mengkritsi kebijakan-kebijakan Amerika Serikat melalui Changez. Mengenai cara bercerita di buku ini sendiri menurut saya merupakan sebuah cara yang berbeda, alur ketika Changez bercerita dan apa-apa saja yang ia kerjakan dengan tamunya sangat luar biasa, apalagi menginjak bagian ending buku ini, membuat pembaca menebak sendiri bagaimana akhir nasib dari si tamu Changez ini. Dari segi cerita sendiri menurut saya memang agak flat, konflik yang ada tak semegah kalimat “dilema Dunia Barat dan Islam”, dan ceritanya cenderung membosankan. Tapi semua itu tertutupi dengan cara penceritaan yang khas serta ending yang penuh tanda tanya tersebut. Tiga bintang.


Judul: The Reluctant Fundamentalist
Penulis: Mohsin Hamid
Tebal: 181 hal.
Penerbit: Mizan
Tahun Terbit: 2007 (1st) / 2008 (terjemahan)
Rate: 3/5

6 komentar:

  1. Jadi penasaran sama endingnya.

    Maksudnya apa yang terjadi sama tamunya gimana? Bukannya Changez cuma ngobrol?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, awalnya kan ngobrol di cafe gitu, trus akhirnya kan pergi dan dibuntuti gitu, sedangkan orang Pakistan kan kebanyakan benci ama amerika

      Hapus
  2. 11 September nih bukan 9 September wkwkwk. Ini benar2 buku yang berani. Salut buat penulisnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya salah mas, udah direvisi, hihihi... yup, berani sekali menentang amrik.. cool

      Hapus
  3. wah bukunya tipis yah. Beli ah kalo nemu di tobuk :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah jarang kayanya, dulu aja beli di obralan di TM :D

      Hapus