Minggu, 17 Juni 2012

Sehangat Serabi Solo


Serabi Solo... Apa itu? Walaupun asli Solo, aku sekarang bekerja dan tinggal di Bekasi, dan otomatis Serabi Solo yang asli aku sangat jarang sekali menikmatinya. Oh ya, bukannya tidak mencintai kuliner daerah sendiri, tapi jujur saja, aku lebih familiar, dan bahkan menganggap bahwa serabi hijau Rengasdengklok Karawang ialah makanan paling enak sedunia. Lalu apa hubungannya? Aku kan di Bekasi, bukan Karawang? Bersyukurlah Chairil Anwar diciptakan, karena berkat beliau, semua orang jadi tahu bahwa Bekasi – Karawang itu dekat. Berkaitan dengan serabi Dengklok itu, sebenarnya makanan ini pertama kali disajikan oleh sang pujaan hatiku yang asli Rengasdengklok, Karawang, sehingga wajar saja kalau aku menganggap serabi hijau Rengasdengklok adalah makanan paling enak sedunia. Kalau kalian pria, kawan, kalian pasti mengerti apa yang terjadi apabila kita blak-blakan menyebutkan makanan khas daerah wanita pujaan kita TIDAK ENAK. Tolong jangan dibayangkan.

Sudah beberapa hari ini aku pulang kampung ke Solo, menemui orangtuaku yang telah lama tidak bertemu. Mungkin sudah sekitar 25 tahun semenjak kecelakaan yang menimpa kedua orangtuaku, dan merenggut nyawa mereka. Sehingga aku yang waktu itu masih berusia 3 tahun, terpaksa pindah ke Bekasi, tinggal di tempat pamanku, satu-satunya keluarga yang kumiliki. Maka dari itu kawan, kalian harus mengerti mengapa aku jarang, bahkan bisa dikatakan belum pernah makan serabi Solo. Mungkin sudah, tapi kau mengertilah, anak berusia 3 tahun, dan kini berusia 28 tahun, pasti lupa apa-apa saja yang pernah dimakannya sewaktu kecil.

Sekarang, saat ini, aku berdiri di wilayah Pasar Klewer. Niatku cuma satu, bertekad menikmati dan mengobati rasa penasaranku terhadap makanan yang satu ini, Serabi Solo. Masuk sedikit ke dalam area pasar, aku langsung menemukan satu kedai serabi yang tertera di spanduknya: Serabi Solo No.1. Aku langsung masuk dan menikmati kuliner khas Solo ini. Yang mengagetkan, ternyata tampilannya tidak beda dengan serabi Dengklok, serabi hijau, dengan “sambal” gula merah. Aku tak ambil pusing, aku pun menikmati makanan ini. Aku excited, makanan ini sama enaknya dengan Serabi Dengklok. Setelah beres makan, aku sambil senyum-senyum keluar dari kedai dan melanjutkan perjalanan, karena rencanaku memang hari ini adalah hari terakhirku di Solo.
***
Aku sekarang berada di bus antarkota Solo-Bekasi, tiba-tiba di sebelahku duduk sosok yang aku rasa sudah familiar denganku, aku mengambil inisiatif untuk menyapanya.

“Maaf Mas, mau kemana ya?”

Dia menjawab, “Oh, saya mau pulang kampung Mas.”

“Memangnya asli mana Mas?”

“Saya asli Karawang, tepatnya di Rengasdengklok. Mas tahu dong Rengasdengklok?” sahut dia sambil tersenyum.

Aku terperanjat, “jadi, Mas asli Karawang? Tahu cara membuat serabi Dengklok?”

“Ya jelas tahu lah Mas, serabi Dengklok kan tidak ada bandingannya, bahkan Serabi Solo pun kalah. Satu-satunya resep serabi yang saya tahu ya serabi Dengklok itu, gak ada lawannya deh.”

Aku pun termenung, berpikir keras, apakah butuh 25 tahun lagi aku menikmati Serabi Solo yang sebenarnya? Asal kau tahu kawan, orang yang kuajak ngobrol di bus itu ialah penjaga kedai Serabi Solo No.1 yang tadi kunikmati!

8 komentar:

  1. hahaha... ini ceritanya mentok ya dan?

    BalasHapus
  2. ga ada hubungannya ama judulnya #nohope

    BalasHapus
  3. Kirimin dong serabi dengkloknya..

    #jadi sebenernya cerita serabi dengklok atau serabi solo? :bingung

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga menunggu orang yang berkenan untuk mengirimnya :O

      #ceritatentangserabisoloyanggakkesampaian :P

      Hapus