Rabu, 13 Juni 2012

Pagi Kuning Keemasan


30 Desember 2011, Pulau Belitung, Bangka Belitung, pukul 23.00 WIB.


Tiga orang sahabat asal Jakarta yang sedang berlibur ke tanah Laskar Pelangi di Pulau Belitung, sedang merencanakan liburan lanjutan di sebuah pulau eksotis bernama Pulau Lengkuas.

“Nah, jadi kita berangkat kesana besok pagi pukul 04.00, tenang saja, aku telah berhasil menyewa kapal dari seorang penduduk,” Winky sang pemimpin tak resmi kelompok itu mencanangkan rencana mereka untuk esok hari.

“Tapi Win, bukankah akhir tahun ini biasanya ombaknya tidak bersahabat dan sering hujan, kamu yakin aman?” Sammy yang paling penakut diantara ketiga orang tersebut mulai khawatir.

“Alah, pengecut amat kamu Sam, sedari dua hari yang lalu kita mendarat disini, tidak aja hujan bukan? Sudah, kamu ikut saja, tidak bakal ada apa-apa kok.” Orang ketiga, Derry, turut mendukung rencana Winky.

“Aku setuju dengan Derry, dan aku yakin semua bakal aman, jadi kamu tenang saja Sam.” Winky meyakinkan lagi.

“Tapi...” Sammy membantah.

“Tidak ada tapi-tapian!” Sahut Derry dan Winky berbarengan.


 31 Desember 2011, Pulau Lengkuas, Bangka Belitung, pukul 06.00 WIB.


“Akhirnya sampai juga, benar kan Sam, tidak ada apa-apa, bahkan langit pun tidak menunjukkan tanda-tanda akan menurunkan hujan.” Winky berkata pada Sammy.

“Mudah-mudahan kamu benar Win, tapi perasaanku tetap tidak enak nih.”

Derry langsung memotong Sammy, “Sudah, tak ada gunanya kamu khawatir, ayo lebih baik kita jalan-jalan, kapan lagi kita “punya” pulau sendiri. Lihat, mercusuar itu telah memanggil kita tuh.”

Pulau Lengkuas memang sedang “kosong” saat itu, tiga orang petugas penjaga mercusuar yang biasanya bertugas sedang tidak ada di tempat, biasanya mereka datang menjelang sore hari ke pulau itu.
Kemudian terjadilah peristiwa itu, kira-kira pukul 13.00, langit tiba-tiba gelap gulita, suara petir dan gemuruh ombak mulai terdengar bersahutan, khas suasana pulau Lengkuas di bulan Desember-Januari yang memang berombak lebih besar dari biasanya, dan kadangkala hujan sepanjang hari. Ketiga sahabat itu belum lagi mencapai mercusuar ketika hujan besar yang biasa disebut badai menghujani mereka.

“Ayo, cepat berlindung di mercusuar!” Winky memimpin teman-temannya.

Mereka sampai di mercusuar dalam keadaan basah kuyup, dan untung saja pintu mercusuar tidak terkunci, jadi mereka tidak kesulitan untuk masuk ke dalamnya.

“Benar kan kataku, memangnya kalian tidak melihat di situs internet kemarin kalau Desember tuh situasinya seperti ini, kalian sih sok jagoan segala. Sekarang gimana nih, mana gak bawa baju ganti pula, kamu gagal jadi pemimpin Win!” Sammy mulai putus asa.

“Berisik kamu Sam, yang penting kan kita sekarang bisa berteduh dulu,” Winky pun mulai terpancing emosinya.

“Sudah diam kalian berdua, lebih baik kita cari sesuatu yang bisa menghangatkan kita di dalam mercusuar ini,” Derry coba menenangkan mereka berdua.

Masih dalam keadaan basah kuyup, mereka mulai mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghangatkan tubuh, entah itu sumber api ataupun pakaian yang mungkin bisa mereka pakai untuk mengganti pakaian mereka yang basah kuyup. Sementara di luar mercusuar, hujan dan badai masih terus terjadi, tanpa ada tanda-tanda akan berhenti. Sayangnya, pencarian mereka nihil, mereka tidak menemukan apa-apa, mercusuar itu kosong melompong.

“Lihat, tidak ada apa-apa disini. Bagaimana pertanggungjawabanmu wahai Winky sang pemimpin?” ujar Sammy sinis. Winky yang sudah sangat tidak tahan dengan ocehan Sammy mulai terpancing emosinya, dan celakanya dia tidak membalas dengan ucapan, tetapi dengan suatu pukulan yang telak mengenai ulu hati dari Sammy.

Bugh...

Sammy seketika tersungkur, diam tak bergerak, tak terdengar helaan nafasnya.

“Gila kamu Win, emosi sih emosi, tapi gak sampai ngebunuh orang juga kali,” Derry dengan panik memeriksa denyut nadi Sammy, dan dia tidak merasakan apa-apa, tidak ada tanda kehidupan lagi dalam diri Sammy. Winky masih terdiam, dia masih shock dengan situasi yang tengah berlangsung. “Win!” Derry berteriak kembali ke arah Sammy, “Sekarang bagaimana ini? Jangan diam saja kamu! Lihat akibat perbuatanmu!” Tiba-tiba saja Winky berlari ke arah jendela dari mercusuar yang kebetulan terbuka, dia berniat untuk menyusul jejak Sammy dengan cara melompat dari jendela itu. “Win!” Derry menyadari apa yang bakal terjadi, sambil mengejar Sammy ke arah jendela, Derry mencoba untuk terus memanggil Winky, “Winky, jangan gila! Semua gak bisa diakhiri dengan cara itu!” Winky telah mencapai sisi jendela, bersiap-siap untuk melompat, ketika tanpa sengaja Derry yang tengah berlari kencang mengejarnya, terpeleset akibat keadaan sekitar yang licin, dan malah mendorong Winky keluar jendela! Mereka berdua jatuh dari jendela mercusuar yang letaknya lumayan tinggi tanpa bisa dicegah. Sementara hujan dan badai di luar tetap bergemuruh, masih belum berhenti.


01 Januari 2012, menara mercusuar Pulau Lengkuas, Bangka Belitung, 06.00 WIB.


Cahaya matahari pagi yang berwarna kuning keemasan masuk melalui jendela yang terbuka akibat kejadian semalam. Tidak ada tanda-tanda bahwa kemarin telah terjadi hujan badai, tidak ada tanda pula bahwa telah terjadi tragedi yang menimpa tiga sekawan.

Sammy yang sedang terbaring ikut tersiram cahaya kuning keemasan. Dia tiba-tiba membuka mata karena merasa silau, dia telah siuman, tanpa tahu kejadian yang menimpa kedua temannya...

7 komentar:

  1. dance curang... klo pingsan mah masih ada nafasnya #ngakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu si Derry-nya aja yang gak ngerti dunia medis :P

      Hapus
  2. kurang dramatis puh..harusnya ada kata kata "Lepaskan aku. Tidak ada lagi gunanya aku hidup. Aku..Aku..Lepaskaannn!!" *korban sinetron

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah, iya juga ya, gak kepikiran kesitu, keburu mandeg, hahaha

      om, komen di about me ya :D

      Hapus
    2. Jadinya tarik-tarikan nanti :D

      Hapus
  3. aiiiihhh mangstap deh enthu...

    BalasHapus