Selasa, 30 April 2013

Perjuangan Seorang Ade




Perempuan. Tema baca bareng BBI bulan ini adalah tentang perempuan, baik itu penulisnya maupun cerita dan isi dari buku tersebut. Kebetulan, Serapium juga mengadakan baca buku bareng khusus V. Lestari, salah satu penulis senior Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya, dengan kebanyakan bergenre “kasus-kasus kejahatan”. Buku yang saya baca kali ini berjudul: Kekasih. Tema utama buku ini mengenai pemerkosaan, tentunya tema ini sangat erat kaitannya dengan perempuan, apalagi memang perjuangan perempuan di buku ini sangat ditonjolkan. Buku ini juga sekaligus dapat diikutkan dalam tantangan membaca buku-buku misteri dengan host @hobbybuku, karena bisa dibilang buku ini “mirip-mirip” John Grisham. Oh ya, satu lagi, saya juga termasuk beruntung karena buku ini termasuk logis, banyak teman-teman saya di baca bareng buku V. Lestari mendapati buku karya beliau memasukkan unsur gaib, yaitu hantu, sungguh sangat kurang masuk akal.

Masuk ke dalam isi cerita buku ini. Bagian awal bercerita tentang kasus pemerkosaan yang menimpa Kumala. Hakim Bijak (ya, namanya Bijak) secara kontroversial hanya memberikan hukuman enam bulan penjara bagi para pelakunya. Markum, kakak dari Kumala tentu saja tidak terima, apalagi akhirnya Kumala terpaksa dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa akibat tekanan dan beban moral yang begitu berat. Ade, seorang mahasiswi psikologi yang sedang membuat tulisan dan karya ilmiah tentang kasus-kasus pemerkosaan dan pengaruhnya terhadap korbannya mencoba masuk ke dalam kasus ini. Tidak hanya untuk bahan, keinginan Ade murni untuk membantu memulihkan Kumala dalam menghadapi traumanya. Sayang sekali, Markum sangat protektif terhadap adiknya, tidak ada celah sedikitpun bagi Ade untuk membantu Kumala.

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di Bandung, Laksmi yang notabene adalah anak dari Hakim Bijak telah lama berpacaran dengan Andre. Kisah cinta dua anak muda ini tidak diketahui oleh orangtua Laksmi, bisa dibilang mereka backstreet. Andre, yang juga mengikuti kasus Kumala ikut merasa pula bahwa hukuman hanya enam bulan penjara itu terlalu ringan untuk para pemerkosa. Bahkan, Andre berseloroh bahwa ia pun bisa saja memperkosa Laksmi apabila hukumannya hanya seringan itu. Kejadian pemerkosaan itu hampir terjadi, untung saja kedua insan tersebut sadar tepat pada waktunya, Andre ditampar oleh Laksmi, dan Andre pergi begitu saja meninggalkan Laksmi sendirian di rumah kontrakannya. Celakanya, Laksmi lupa mengunci pintu. Sampai beberapa saat kemudian, datang orang bertopeng, yang akhirnya memperkosa Laksmi.

Sebelumnya, tepatnya setelah kejadian pemberian vonis ringan tersebut, Hakim Bijak menerima surat kaleng terkait ancaman si pengirim agar berhati-hati terhadap Laksmi. Ancaman tersebut menyebutkan, bahwa bisa saja sewaktu-waktu Laksmi dijadikan korban pemerkosaan berikutnya, sebagai pembalasan atas kasus Kumala. Hakim Bijak pun sangat shock mengetahui ancaman tersebut benar-benar terjadi, tanpa pikir panjang, Andre dijadikan tertuduh dalam kasus ini, dan hal tersebut telah diakui oleh Andre. Laksmi merasa janggal akan hal ini, karena ada satu hal yang sangat meragukan dalam kasus ini, yaitu bau.

Ade, yang kebetulan mempunyai teman seorang polisi yang ikut menangani kasus ini, akhirnya terjun pula dalam kejadian ini, membantu menghilangkan trauma Laksmi, serta menjadi tempat curahan hati Laksmi. Bukan apa-apa, penerimaan orangtua Laksmi terhadap anaknya sendiri sangat buruk, Laksmi tidak diberi kesempatan untuk membela diri. Tudingan orangtuanya telah sangat jelas, Laksmi turut bersalah karena telah menyembunyikan hubungannya dengan Andre  sehingga kasus memalukan ini dapat terjadi.

Buku ini penuh dengan perjuangan Ade –sebagai seseorang yang sangat tidak berkaitan dengan kasus-kasus yang terjadi – untuk “membela” dan menyemangati orang-orang yang menjadi korban pemerkosaan untuk hilang dan lepas dari trauma mereka. Mungkin memang Ade “gagal” terhadap Kumala, tetapi terhadap Laksmi inilah Ade seakan diberi kebebasan dan kesempatan untuk membuat Laksmi kembali pulih serta untuk mencari pula kebenaran yang sesungguhnya akan kasus yang terjadi.

Kasus perkosaan yang terjadi di buku ini, yang notabene terjadi ketika buku ini ditulis dan terbit pertama kali pada tahun 1991 menyiratkan bahwa permasalahan negeri ini tentang kekerasan terhadap perempuan sebenarnya telah terjadi sejak dahulu kala, namun sayangnya kasus-kasus ini makin kesini bukannya makin sedikit namun malah semakin bertambah. Semakin canggihnya teknologi, serta pergaulan bebas yang semakin parah memicu kasus-kasus serupa di buku ini bukan lagi menjadi hal yang aneh, bahkan cenderung sudah biasa, sungguh sangat ironis. Begitu pula dengan vonisnya, apabila tahun 1991 saja hukuman “hanya” 6 bulan, dengan kondisi saat ini, apalagi makin banyaknya main belakang dan kasus yang di-peti-es-kan, bukan tidak mungkin hukuman yang ada akan lebih ringan atau bahkan pelakunya bisa bebas (akibat damai ataupun keluarga tak mau kasus diperpanjang mengingat ini merupakan harga diri keluarga).

Just my opinion. Yang jelas, saya tidak terjebak dengan buku V. Lestari yang “katanya” ada hantunya, dan buku ini cukup ringan dan worth untuk dibaca. Apalagi perjuangan perempuannya bisa dibilang sangat “ada”. Empat bintang untuk buku ini.


Judul: Kekasih
Penulis: V. Lestari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 310 hal.
1st Published: Nov. 1991
Rate: 4/5

4 komentar:

  1. wah bukunya termasuk 'senior' nih, he3

    BalasHapus
  2. Iya nih kak, baca bareng serapium bulan kemaren, he2

    BalasHapus
  3. waaah belom pernah baca v lestari...untung banget dapet yang "bebas hantu" ya hihihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. sy juga ga nyangka bukunya v. lestari ada yang ada hantunya --''

      Hapus