Selasa, 30 April 2013

Bukan Mistis, tapi Logis



Musim panas lagi, liburan lagi! Ya, Lima Sekawan kali ini mengajak kita berkemah! Untungnya, orangtua yang menyertai mereka untuk berkemah kali ini ialah seorang guru (guru Julian dan Dick tepatnya) yang sangat tergila-gila dengan serangga. Pak Luffy ini sangat pengertian terhadap anak-anak. Dia mengerti bahwa anak-anak ingin mengalami petualangannya sendiri, maka ia sengaja mendirikan kemah agak jauh dari anak-anak ini. Anak-anak tentu sangat senang, apalagi Pak Luffy yang tergila pada serangga sangat terkenal akan hobinya ini, dan dia akan sangat teralihkan apabila telah berurusan dengan serangga.

Kali ini, selain berkemah, anak-anak pun berurusan dengan hal yang agak mistis. Kereta api hantu. Ya, kereta api yang muncul setiap malam, tetapi entah mengapa kereta ini hanya muncul di satu sisi terowongan tanpa menembus sisi satunya lagi. Memang, terowongan itu bercabang dua, namun satu cabang terowongan itu telah mati, ada halangan berupa beton dan batu bata pada terowongan yang menyebabkan tidak mungkin sebuah kereta bisa menembusnya. Nah, disinilah anehnya, karena di satu cabang yang tidak “mati” pun, kereta ini tidak muncul, sungguh sangat mengejutkan.

Lima Sekawan pada petualangan kali ini ditemani oleh Jock. Ia adalah seorang anak dari sebuah pertanian yang menjadi langganan anak-anak untuk membeli berbagai macam keperluan selagi anak-anak berkemah. Jock termasuk anak yang asyik dan mudah bergaul, tetapi sayangnya ayah tirinya, Pak Andrews tidak suka terhadapnya, apalagi terhadap anak-anak Lima Sekawan, sehingga hasrat anak-anak untuk menyelidiki kereta api hantu ini agak terhambat. Tetapi bukan Lima Sekawan apabila menyerah begitu saja, dengan penyelidikan dan sedikit keberuntungan, misteri dan teka-teki kereta api hantu ini dapat mereka pecahkan. Sebenarnya, penyelidikan hanya dilakukan oleh Julian, Dick, dan Jock. George tidak diajak, dan hal inilah yang menyebabkan ia merajuk seperti biasanya. Tetapi hei.., ada untungnya juga George agak merajuk, karena keberuntungan yang sebelumnya dibahaslah yang menyertai George. Lalu bagaimana dengan Anne? Well, seperti biasa, Anne-lah yang berperan sebagai penyelamat di saat-saat terakhir, bisa dibilang, ketakutan ada gunanya pula walau sedikit. Pada akhirnya, kisah ini benar-benar bukan sebuah kisah yang mistis, kisah ini masih dapat dicerna dan dilihat secara logis.

Buku yang saya baca terbitan tahun 1980. Masih termasuk “seri Kancil” dan penerbitnya pun masih bernama Gramedia saja. Tetapi penerjemah buku ini masih sama, yaitu Agus Setiadi. Seperti buku-buku sebelumnya, kata tolol masih dapat ditemui disini, sekarang, ditambah lagi kata “geblek”, yang tentu saja sangat WOW untuk anak-anak. Belum lagi ada adegan pula ketika Julian membelikan sebungkus rokok bagi seseorang di buku ini. Hal-hal tersebut masih terasa sangat tidak mendidik bagi anak-anak Indonesia. Jadi, sama seperti buku-buku sebelumnya, buku ini tetap saya rekomendasikan untuk anak-anak di atas 10 tahun, karena usia ini yang “agaknya” lumayan cocok untuk mencerna dan memilah hal baik dan buruk dari buku ini.

Dan tetap, lima bintang...


Judul: Lima Sekawan: Memburu Kereta Api Hantu
Penulis: Enid Blyton
Tebal: 232 hal.
Penerbit: Gramedia
Terbit: 1980
Rate: 5/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun

2 komentar:

  1. Nostalgia masa kecil, serial ini salah 1 favorit ku

    BalasHapus
  2. Wow.. tapi mestinya buku ini dilengkapi peta terowongan keretanya yak...

    BalasHapus