Minggu, 23 Desember 2012

Romance Detective




Raintree adalah sebuah klan dari sebuah keluarga yang mempunyai keahlian khusus. Buku kedua dari trilogy Raintree ini berkisah tentang Gideon Raintree, seorang polisi, atau tepatnya detektif polisi yang condong bekerja tanpa ada rasa keinginan untuk memiliki partner, karena merasa partner hanya mengganggu pekerjaannya saja. Keahlian khusus dari Gideon seperti judul dari buku ini ialah sebagai Pengendali Badai. Badai selalu berasosiasi dengan petir, sedangkan petir dengan listrik, ya, itulah keahlian Gideon. Ia bisa mengeluarkan arus listrik, sehingga peralatan-peralatan elektronik modern menjadi masalah khusus bagi dirinya. Tak ada jalan lain, telepon rumah dan televisi jadul masih bertengger di rumahnya, bahkan penggunaan telepon genggam pun hanya seperlunya saja. Bagaimana tidak, setiap kali sehabis menelepon, telepon genggam itu pasti rusak. Kembali ke masalah pekerjaan tadi. Alasan lain Gideon ogah memiliki partner ialah karena ia bisa berbicara dengan hantu. Arwah-arwah orang yang baru saja dibunuh dapat berbicara dengannya, sehingga tak sulit bagi dirinya untuk mencari siapakah pelaku pembunuhan yang dimaksud. Jelas bukan mengapa ia enggan memiliki partner? Sebenarnya, alasan lain ialah gara-gara Gideon tidak ingin dianggap aneh oleh partnernya gara-gara berbicara sendirian. Padahal ia berbicara dengan sesosok arwah, ya, si korban pembunuhan tersebut.

Kali ini, tejadi pembunuhan misterius di kediaman keponakannya, Echo Raintree. Pembunuhan yang terjadi sebenarnya salah sasaran. Tabby, si pembunuh merupakan anggota klan keluarga Ansara. Raintree dan Ansara merupakan musuh bebuyutan. Keluarga Ansara berniat untuk menghabisi seluruh keluarga Raintree. Tabby diutus untuk membunuh Echo, sialnya, pembunuhan ini salah sasaran, yang terbunuh malah teman satu grup band Echo yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan Echo. Tabby yang semula tidak mengetahui misinya telah salah sasaran telah melakukan pembunuhan dengan sangat keji, apalagi di setiap pembunuhan yang Tabby lakukan, ia selalu mempunyai ciri khas, yaitu memotong salah satu bagian tubuh korbannya untuk dijadikan sebuah “oleh-oleh”. Maka Tabby pun melakukan pembunuhan kembali, sebagai umpan untuk memancing Gideon, yang kebetulan ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuhan ini. Untuk informasi, setelah membunuh Echo, Tabby ditugaskan untuk menghabisi Gideon juga, ini bukan misi yang main-main.

Sementara itu, ketika sedang asyik berkutat dengan penyelidikan, Gideon kedatangan partner baru, kali ini partner barunya seorang wanita, detektif Hope Malory. Seorang detektif yang mempunyai ibu yang agak unik, karena percaya dengan hal-hal yang agak mistis dan supranatural. Gideon, yang keberatan mempunyai partner akhirnya termakan omongannya sendiri untuk tidak terlalu dekat dengan partnernya ini. Apalagi, sesungguhnya Gideon telah bersumpah untuk tidak ingin menikah dan memiliki anak. Kepolosan dan keberanian Malory dalam membantu Gideon walaupun agak disepelekan, telah membuka hati Gideon. Maka, mulailah mereka berdua menyelidiki kasus ini, dengan catatan, Gideon sedikit demi sedikit mulai membuka diri kepada Malory, dimana segala rahasia yang Gideon miliki, seperti berbicara dengan arwah, ia beberkan, sehingga akhirnya Malory tidak lagi merasa aneh dengan sikap Gideon, bahkan cenderung membantunya dalam membuka tabir pembunuhan yang terjadi yang dilakukan oleh Tabby.

Dengan setting sebuah kota di Amerika Serikat bernama Wilmington, yang dibatasi oleh laut, sungguh sangat  berasa deburan ombak dan petir yang menyambar ketika Gideon sedang menyerap kekuatan badai di tepi pantai. Apalagi dengan kediaman Gideon yang berada di tepi pantai, sungguh sangat membuat penasaran bagaimana pemandangan laut yang dapat terlihat dengan jelas dari jendela kamar Gideon.

Perlu diketahui sebelumnya, bahwa buku ini bergenre Harlequin, jadi apa yang terjadi antara Gideon dengan Malory, mengapa akhirnya Gideon bisa kesengsem kepada Malory, bisa tertebak dimana kejadiannya berlangsung. Aneh juga sebenarnya membayangkan dua orang detektif terlibat cinta lokasi yang sedemikian hebatnya. Apalagi, walaupun seorang detektif, kesan bahwa Malory merupakan seseorang yang lemah seolah tercermin apabila mereka sedang berduaan. Sungguh sangat kontradiktif dengan profesi Malory yang seorang detektif, dimana seorang detektif harus merupakan seorang pemberani dan kuat dalam berbagai hal.

Adalagi keunikan lain dari buku ini. Ini adalah buku kedua dari trilogy seperti telah disebutkan di atas. Ketiga buku ini, walaupun sama-sama menceritakan tentang keluarga Raintree, namun ditulis oleh tiga orang yang berbeda. Sungguh sangat menarik membaca keterkaitan antara ketiga buku ini dengan tiga penulis yang berbeda, karena kebetulan saya telah membaca buku pertama dari trilogy ini. Namun seperti pula telah disebutkan di atas, buku ini merupakan genre harlequin, sehingga diutamakan dibaca oleh orang dewasa, karena dikhawatirkan, apabila belum dewasa, buku ini dapat menimbulkan mual kepada pembacanya. Terakhir, bintang 3 untuk buku ini, cerita yang cenderung detektif, genre kesukaan saya, namun terlalu dipaksakan dipadu dengan romansa yang terlalu dewasa membuat buku ini terkesan agak aneh, walaupun tetap seru untuk dibaca.



Judul: Raintree: Haunted
Penulis: Linda Winstead Jones
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 336 hal.
Rate: 3/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar