Rabu, 26 Desember 2012

Antara Kebun Binatang, Teologi dan Survival




Pastinya pembaca buku tahu dengan daftar 1001 buku yang harus dibaca sebelum wafat. Ada alasan khusus mengapa buku-buku ini masuk dalam list ini. Entah karena ceritanya, ataupun karena legendanya, maksudnya, buku yang dimaksud telah sukses menjadi legenda di dunia perbukuan dunia. Salah satu buku yang berhasil masuk list adalah Life of Pi, karya Yann Martel, seorang Kanada, terbitan tahun 2001. Dilihat sekilas di sinopsis, buku ini seolah hanya menceritakan petualangan seorang anak muda beranjak dewasa bernama Pi dalam bertahan hidup di sebuah sekoci bersama seekor harimau Royal Bengal bernama Richard Parker. Memang, dengan membaca sinopsis ini, telah membuat pembaca tertarik untuk mengetahui lebih dalam kisah Pi ini, namun apakah buku ini hanya sekedar sebuah cerita survival Pi di tengah Samudera Pasifik? Itu pula pandangan dan penilaian saya ketika salah seorang teman membawa buku ini pada sebuah acara di tahun 2011 lalu. Waktu itu, belum mengerti yang namanya list 1001, apalagi buku ini seolah bukan genre saya, jadi ya belum begitu tertarik, hanya tahu sekilas saja. Akhirnya semua itu berubah ketika pertengahan Desember ini saya mulai membaca buku ini...

Tema besar buku ini memang survival. Bayangkan, 227 hari di laut bersama seekor harimau! Umpakan kita yang berada di sekoci itu, apakah yang akan kita lakukan? Untungnya Pi mempunyai bekal dan latar belakang keluarga pemilik binatang, jadi seolah pengendalian terhadap binatang si Pi ini sedikit banyak telah mengerti. Selain survival, ada 2 tema besar yang terkandung di dalam buku ini, dua buah tema yang bisa mengaduk-aduk pemikiran para pembacanya. Yang pertama adalah tentang dunia perkebunbinatangan. Pernahkah kita berpikir, dimanakah sebenarnya hewan-hewan lebih bahagia, di alam bebas atau di kebun binatang? Apabila jawabanmu di alam bebas, maka siap-siaplah “berdebat” dengan Yann Martel tentang konsep ini. Mengapa? Karena di buku ini dijelaskan secara gamblang, bagaimana sebenarnya hewan-hewan tersebut lebih bahagia hidup di kebun binatang, hidup mereka teratur, tak was-was oleh predator, bahkan makan pun teratur. Apakah itu mereka dapatkan di alam bebas? Sekali lagi, silakan “berdebat” dengan Yann Martel apabila tidak setuju. Kedua, dunia teologi pun dibahas disini. Pernah terbayang seseorang yang menganut 3 agama sekaligus? Lihatlah Pi! Islam, Kristen dan Hindu ia jalani sekaligus. Bukan apa-apa, prinsipnya ia hanya mengasihi Tuhan, dan ia juga menikmati beribadah dengan  caranya itu.  Entah, apakah ada di dunia nyata orang yang seperti itu.

Oh ya, ini memang fiksi kok, memang di awal buku seolah si penulis mengisyaratkan ini adalah kisah memoar seorang Pi, tapi ini hanyalah kecerdikan si penulis saja untuk membuat kisah ini seolah nyata dan ada. Unik memang buku ini, petualangan Pi di samudera luas seakan membawa pembacanya ikut berjuang mempertahankan hidup di sekoci. Cara dan gaya bercerita Yann Martel memang sungguh sangat mengalir, sehingga pembaca bisa merasakan, seperti apakah Samudera Pasifik itu. Belum lagi kekocakan-kekocakan yang dibuat mengenai nama-nama tokoh-tokoh yang ada. Seperti awal mula Pi keukeuh mengganti namanya dari Piscine Molitor Patel menjadi hanya Pi Patel saja, sampai bagaimana si harimau mendapatkan nama Richard Parker, sungguh sangat mengocok perut. Penulis juga seolah memang sengaja mem-pas-kan buku ini menjadi 100 bab, ini pulalah yang membuat buku ini lebih unik, karena kita diajak mendengarkan dan membaca cerita yang sedang diceritakan oleh tokoh yang sedang bercerita, yaitu si Pi sendiri.

Film dari buku ini pun sedang booming, sungguh sangat menarik untuk melihat penggambaran dari isi buku ini apabila divisualisasikan. Apalagi Pondicherry, daerah asal Pi, telah banyak disinggung sebagai daerah yang sangat indah. Belum lagi penyatuan seorang manusia dan seekor harimau di dalam sebuah sekoci, sungguh sangat membuat penasaran. Sebab katanya, filmnya bagus. Katanya lho, saya belum nonton soalnya. Jadi intinya, buku ini sungguh sangat layak apabila dimasukkan ke dalam list 1001. Enak dibaca, sudah difilmkan menjadi sangat indah pula, kurang apalagi? Belum lagi makna dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, sungguh sangat dalam! 5 bintang untuk buku ini, bravo Yann Martel!

Judul Buku: Kisah Pi (Life Of Pi)
Penulis: Yann Martel
Penerbit:  Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 446 hal.
Rate: 5/5

2 komentar:

  1. Kebalikan..saya sdh nonton filmnya dan belum baca bukunya.Ceritanya menarik, visualisasinya bagus (apa karena sy blm baca bukunya), ga rugi pokoknya :))

    BalasHapus
  2. Hehe..coba baca bukunya mbak, biar bisa ngerasain terombang-ambing di laut :O

    BalasHapus