Kamis, 19 Juli 2012

Tantangan buatmu



Sempat sangat tertarik melihat buku ini, sinopsis di bagian belakang buku yang meyakinkan, serta label International Best Seller, sungguh sangat menggoda untuk membeli dan membaca buku ini. Beruntungnya, saya mendapatkan buku  ini secara gratis ketika ada event di Leksika, dan buku ini saya keep sampai bulan Juli ini, guna memenuhi tantangan membaca pribadi membentuk nama: Dani Noviandi.

Sampailah akhirnya di bulan Juli. Walaupun rekan saya bilang buku ini sulit dipahami, tapi saya tetap nekat, dan saya masih sangat tertarik membaca buku ini. Akhirnya dibukalah segelnya, dan sayapun mulai membaca...

Beberapa halaman, ada rasa tidak nyaman ketika membaca buku ini, maka saya simpan kembali untuk saya teruskan keesokan harinya. Setelah esok tiba, saya tetap tidak nyaman membaca buku ini. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya bahasanya yang bertele-tele, persis seperti jalan ceritanya. Selain itu sudut pandang di buku ini juga sangat tidak enak dibaca. Penulis memakai kata ganti “Kami” di buku ini. Yang ajaibnya, si “kami” ini sampai akhir buku tidak diketahui, siapa sebenarnya yang sedang berbicara. Belum lagi, jalan ceritanya yang muter-muter gak karuan, banyak hal yang tak terkait yang diceritakan di buku ini. Ada pula faktor tokoh di buku ini yang seolah tak habis-habis. Kebanyakan tokohnya numpang lewat, sehingga sulit untuk dihapalkan. Sebenarnya tokoh utama buku ini adalah keluarga Lisbon dan kelima anak perawannya. Tragedi bermula ketika Cecilia, anak bungsu keluarga Lisbon bunuh diri, dan celakanya hal ini menular kepada saudari-saudarinya yang lain. Melihat keluarga Lisbon ini, sempat terpikir bahwa ini merupakan keluarga yang aneh, banyak hal ganjil yang terjadi di keluarga ini. Seperti pengekangan yang berlebih terhadap para gadis, sampai keengganan keluarga ini untuk sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Nah, si “kami” ini, penasaran alias kepo, mengapa keluarga ini bisa seperti ini. Maka dari itu, dikumpulkanlah berbagai barang bukti dari setiap gadis Lisbon, serta kesaksian-kesaksian warga sekitar (kesaksian inilah dasar dari banyaknya tokoh di buku ini). Alur buku ini sendiri pun kurang begitu jelas, namun lebih condong ke alur flashback, dimana si “kami” bercerita tentang pergaulan sembunyi2 mereka dengan gadis Lisbon, tentang kegilaan-kegilaan gadis-gadis Lisbon, dan juga penyelidikan mereka tentang penyebab bunuh diri gadis-gadis Lisbon.

Ah, saya sendiri sampai bingung bagaimana mereviewnya (karen bacanya juga sambil bingung). Belakangan baru saya tahu, bahwa gaya menulis Eugenides memang seperti ini, suka muter-muter dan cenderung aneh. Tapi kalo pada penasaran sama buku ini, boleh kok coba dibaca. Apalagi buku ini masuk list 1001 buku yang mesti dibaca sebelum wafat. Namun sayang sekali, setelah baca buku ini pula saya bisa berkata bahwa buku 1001 ini cocok buat dikoleksi, bukan buat dibaca (kalo otaknya gak nyampe). Rate 2 saja deh dari 5 bintang, maaf Dastan.


Judul: The Virgin Suicides
Penulis: Jeffrey Eugenides
Penerbit: Dastan
Tahun Terbit: 2008
Tebal: 352 hal.
Harga: Free
Rate: 2/5

2 komentar:

  1. sebetulnya sih bagus ya ceritanya, cm ya itu eksekusinya mbulet :(

    tp klo ga mbulet ga 1001 dong...

    BalasHapus
  2. nah itu, masa aku harus mengulangi kata2 mutiaraku #eaaaa

    BalasHapus