Minggu, 22 September 2013

Arab Saudi dalam Pengalaman @Vabyo




Sebelum masuk ke dalam sebuah review tentang buku Kedai 100 Mimpi karya dari Valiant Budi, ada baiknya sejenak kita bersantai melepas lelah dan penat dengan permainan tebak kalimat. Mudah saja, tebak, mana bahasa Sunda mana bahasa Tagalog, pertanyaan-pertanyaan ini saya ambil dari halaman 82 buku ini.


1.       Noong nakarang ay ipinagdiwang ang karawan
2.       Noong parawan aya dina lawang keur nahan papang
3.       Idinagdag niya na ito ay likas na pangailangan ng isang lalaki
4.       Huntu sim kuring meuni galing kitu kawas kapiting dahar beling
5.       Patepang nepi kayang katinggang si engkang anu paling galing
6.       Ang una kong pinagukulan ng pangsin
7.       Har ari sia lamun heuay siga munding jeding
8.       Tong noong aing lamun embung ditampiling


Saya haqqul yakin, yang mengerti bahasa Sunda pasti ngakak abis baca kalimat-kalimat ini. Seperti pengalaman saya, hampir saja tak bisa menahan tawa ketika membaca ini di angkot. Sudah tertebak mana yang bahasa Sunda mana yang bahasa Tagalog? Saya yakin mayoritas pasti bisa menjawabnya.

Oke, kalian mungkin berpikir bahwa buku ini bercerita tentang perjalanan atau traveling ke Filipina dengan melihat paragraf di atas, tetapi sayang sekali, kisah buku ini bukanlah di Filipina, tetapi di Arab Saudi. Bisa dibilang ini adalah sebuah memoar dan kisah nyata dari Valiant Budi alias @vabyo, kisah hidupnya ketika menjadi TKI di sana, tepatnya ketika menjadi barista merangkap tukang bersih-bersih di sebuah coffee shop bertaraf internasional dengan “daleman” dan “kelakuan” yang sangat tidak mencerminkan kualitas dan pelayanan internasional. Dari cover buku ini sih ketebak ya dimana Valiant bekerja, tapi entah tebakan saya ini benar atau salah, soalnya seperti telah saya bilang, kualitas dan pelayanannya seperti yang telah dibuka oleh Valiant sama sekali tidak mencerminkan hal itu. Hubungan buku ini dengan Tagalog dan Filipina ialah gara-gara banyaknya orang-orang Filipina yang bekerja di sana. Bahkan, penulis seringkali salah mengira orang-orang Filipina itu sebagai orang Indonesia karena kesamaan fisik dan tampang, inilah alasan penulis membuat tebak-tebakan kalimat seperti di atas. Di samping itu, kemiripan bahasa Sunda dan Tagalog juga menginspirasinya untuk menulis hal itu.

Bercerita dengan sudut padang orang pertama, Valiant seolah berbicara kepada pembacanya mengenai kisahnya yang bisa dibilang tidak sesuai harapan. Seperti judul dari buku ini, kedai yang tadinya berisikan 1001 mimpi bagi penulis perlahan berubah menjadi neraka baginya. Angan-angannya untuk hidup enak dan mewah di Timur Tengah berbalik 180 derajat, entah itu dari segi pekerjaannya, lingkungannya, maupun dari faktor cuacanya. Pekerjaan yang diperoleh Vabyo ini bermula dari impian penulis untuk traveling ke negeri-negeri Timur Tengah yang salah satunya ialah Arab Saudi. Sambil bekerja, Vabyo mungkin berangan-angan untuk sekalian menulis tentang dunia Timur Tengah yang sebenarnya, bahkan mungkin juga berangan-angan untuk sekalian mendekatkan diri kepada Tuhannya. Angan-angan tinggal angan-angan, dari segi pekerjaan banyak hal yang tidak sesuai  dengan ekspektasinya, mulai dari atasan yang seenaknya, hingga pekerjaan yang tidak sesuai tertera dengan kontrak. Tak pernah sebelumnya bahwa Vabyo akan berhadapan dengan sapu, pel dan tetek bengek alat kebersihan lainnya. Di pikiran penulis, hanya membuat kopilah tugas dan pekerjaan dari barista ini, namun ia salah. Dari segi lingkungan, sulitnya mencari teman sebangsa dan seperjuangan membuat masa adaptasi penulis menjadi masa-masa paling menyedihkan bagi dirinya. Untungnya, perlahan-lahan Valiant menemukan teman-teman sebangsanya, yang setidaknya berbahasa sama dengannya, juga senasib sepenanggungan, sehingga masa-masa bekerja Valiant menjadi agak lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Apalagi, banyak pengalaman-pengalaman seru dari teman-teman Indonesia lainnya, pengalaman yang mencengangkan, yang tak pernah diduga akan terjadi di dunia Arab.

                Buku ini bukan untuk yang berpikiran sempit dan mainstream – Djaycoholyc, Moderator Kaskus, Rate 3 bintang
Pemuja bangsa Arab (saya pernah punya pengalaman -___- ) lebih baik tak usah membaca buku ini, bukan apa-apa, kalau pikiran sempit dan mainstream, pasti bakal mengira dan langsung menuding bahwa buku ini memang sengaja untuk menjelek-jelekkan bangsa Arab (baca: Islam). Penulis pun sempat menceritakan pengalamannya diteror pengunjung blognya ketika menulis kisahnya ini di blognya. Bukan hanya itu, teror menjelang buku ini terbit pun banyak terjadi. Entah, apakah itu yang dinamakan fanatisme sempit, sehingga sampai sebegitunya menghalang-halangi kenyataan yang ingin dibeberkan secara sebenar-benarnya.
                Buku yang membawa pembaca ke alam Arab Saudi yang sesungguhnya – Agustinus Wibowo, Penulis, Rate 5 bintang
Arab Saudi bukan hanya Mekkah, Madinah, dan Jeddah. Masih ada kota-kota lain yang tak kalah pesonanya dengan ketiga kota tersebut. Selain pesona, kenali pula alam Arab Saudi yang bisa disebut ganas karena cuacanya yang sangat panas ketika musim panas, dan sangat dingin ketika  musim dingin. Kenali pula masyarakat Arab Saudi yang begitu mengagungkan warga lokal dan memandang rendah bangsa asing. Yang paling penting, kenali pula apa yang berada di balik cadar dan sorban para penduduknya, karena seperti pepatah terkenal yang mengatakan: Don’t Judge The Book By Its Cover. Inilah Arab Saudi yang sesungguhnya.
                Bekal untuk para calon TKI yang ingin bekerja di Arab Saudi – e.c.h.a., Moderator Goodreads Indonesia, Rate 3 bintang
Yup, mungkin banyak yang seperti Vabyo yang mempunyai angan-angan untuk bekerja di luar negeri, termasuk di Arab Saudi. Selain banyaknya kabar-kabar miring tentang nasib para TKI yang bekerja di sana di berita-berita sehari-hari, ada baiknya pula membaca kisah dan pengalaman para TKI ini dari sudut pandang si TKI sendiri, salah satunya di buku ini. Karena media, seperti kita ketahui adalah sudut pandang ketiga, dimana mereka hanya mengabarkan berita yang ada tanpa mengetahui sebab jelas apa latar belakang kejadian-kejadiann tersebut.
                Arab undercover, bahwa sebenarnya ras pilihan itu tidak ada – Alluna, Kaskus Books Enthusiast, Rate 4 bintang
Inilah, mungkin gara-gara bangsa Arab menganggap bangsanya adalah ras pilihan. Ras yang di sana diturunkan agama Islam, sehingga membuat mereka menjadi terlena dan keblinger sendiri. Padahal seperti kita ketahui bersama, bahwa derajat manusia di sisi-Nya dilihat dari iman, dan amal perbuatannya,apa yang mau dibanggakan dari sebuah ras yang katanya pilihan namun tidak tercerminkan dari perbuatannya sehari-hari? Semoga saja mereka menyadari hal ini sehingga tak ada lagi kabar berita buruk mengenai nasib TKI di Arab Saudi sana.
                Salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini (2013) – Ren, Aktivis Blogger Buku Indonesia, Rate 4 bintang

Tak bisa lebih setuju daripada ini, walaupun agak telat membaca. Sedikit typo yang ada menjadi tidak masalah ketika membaca kisah yang menarik yang mengalir, yang diceritakan secara enak oleh Vabyo. Lima bintang untuk buku ini.


Judul: Kedai 1001 Mimpi
Penulis: Valiant Budi
Tebal: 444 hal.
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2011
Rate: 5/5

3 komentar:

  1. Aku agak syok ya ada orang saudi nanya :

    "Kamu muslim yang sholat?"

    BalasHapus
  2. sebelum gw komen lebih jauh,gue mau nanya,si valiant budi sendiri dia muslim bukan?dari namanya kynya bukan
    bukanny gue bicara SARA,dilihat dr namanya, apakah testimoni di buku diatas adalah jg non muslim?

    BalasHapus