Minggu, 26 Mei 2013

Tentang Gorila dan Bahasa Isyaratnya




Kongo adalah negara Zaire saat ini. Di negara inilah tim ERTS mempunyai sebuah misi guna mendapatkan suatu jenis intan baru, intan yang berlapiskan boron, intan yang bisa merubah dunia. Tim pertama ERTS yang dikirimkan kesana sedikit lagi mendapatkan hasil positif. Sedikit lagi. Hingga suatu pagi, ketika mereka sedang akan melakukan hubungan telekomunikasi dengan tim ERTS yang berada di Houston, tragedi itu datang. Kamera telah terpasang, tim Houston telah siap berkomunikasi, ketika kejadian itu berlangsung. Tim ERTS di Kongo mengalami musibah, mereka diserang oleh makhluk misterius, hanya sekelebatan bayangan saja yang berhasil terekam dan terlihat oleh tim Houston. Yang sebenarnya terjadi di Kongo ialah, terjadi pembunuhan besar-besaran, manusia yang ada dibunuh dengan cara dipukul kedua sisi pipinya dengan suatu benda keras hingga manusia-manusia tersebut bola matanya mencelat keluar.

Tim kedua kemudian segera diutus untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Selain itu, tetap intan-intan ini yang menjadi tujuan utama. Dengan disaingi oleh tim dari negara-negara lain yang juga mengincar hal yang serupa, tim kedua yang dipimpin oleh Karen Ross mesti berpacu dengan waktu. Karen tidak sendirian, ia juga mengajak serta Peter Elliott, seorang ahli primata. Tak hanya Peter, Amy pun diajak. Siapa Amy? Amy ialah seekor gorila, bukan gorila biasa, karena Amy ini telah dapat berbicara dengan menggunakan isyarat dengan manusia, terutama dengan Peter. Bukan tanpa alasan Karen mengajak serta Peter dan Amy guna menemaninya ke Kongo, karena dari sekelebat bayangan yang tertangkap kamera pada penyerangan pertama di Kongo, Karen berhasil mendapatkan kesimpulan bahwa yang membunuh rombongan pertama adalah sekawanan gorila.


Tim pun berangkat ke Kongo, dengan terus dipacu waktu, mereka ditemani oleh Munro, seorang pemandu yang telah begitu mengenal Afrika. Berbagai kejadian menegangkan mereka alami selama perjalanan, mulai dari penyerangan oleh negara kompetitor, penculikan Amy, hingga kaum kanibal yang masih eksis di Afrika sana. Dengan segala rintangan tersebut, tim ini mendapatkan kekompakan yang cukup solid  untuk menghadapi hal-hal berbahaya lain yang ada di depan mereka, dan terutama kawanan gorila pembunuh misterius yang membantai tim ERTS pertama.

Masih dengan keahliannya dalam bidang sci-fi, kali ini Crichton ingin menyoroti teknologi komputer serta aplikasinya terhadap komunikasi antara manusia dengan hewan, terutama gorila. Setting novel ini yang berada di tahun 1979, juga penulisan buku ini yang tahun 1980 tidak menghalangi Crichton dalam “membayangkan” tekonologi yang ada di masa kini, komputer canggih, hubungan video antara dua tempat yang berjauhan, hingga segala hal yang di buku ini telah dapat dilakukan dengan teknik komputerisasi. Bayangkan, tahun 80-an awal, dimana mungkin internet saja menjadi sebuah hal yang masih jauh untuk sekedar dibayangkan. Satu hal lagi yang menarik di buku ini ialah bagaimana “perbincangan” antara Amy dan Peter, menakjubkan melihat bagaimana seekor gorila yang dapat memahami bahasa manusia dan berkomunikasi walaupun hanya dengan isyarat saja. Hal ini pun telah dapat dibayangkan oleh Crichton, luar biasa.

Masih banyak pembelajaran baru yang didapatkan dari Congo ini. Perbedaan para primata, terutama simpanse dan gorila, seolah membuka mata para pembacanya. Gorila, yang lebih besar dan menyeramkan memberi kesan bahwa primata ini merupakan makhluk yang kejam, tetapi Crichton melalui penjelasannya dapat membuktikan bahwa simpanse lebih ganas, karena ia menyebutkan bahwa simpanse sampai mengambil tindakan untuk menculik anak manusia apabila ia sedang benar-benar marah, sedangkan gorila tidak, mereka tidak seganas itu, jadi jangan menilai dari covernya saja.

Memang, salah satu ciri buku menarik yaitu adalah buku tersebut enak dibaca, dan pembaca tidak ingin berhenti pembacanya. Ini yang saya rasakan dari Congo, sebuah buku yang menarik, penuh penjelasan sains dan memberikan cakrawala baru bagi pembacanya. Lima bintang untuk buku ini.


Judul: Congo
Penulis: Michael Crichton
Tebal: 544 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 1980 (1st) / 1995 (read)
Rate: 5/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar