Senin, 10 September 2012

I Hate Monday?




I hate Monday, not I love Monday.

Ya, kata-kata I hate Monday sudah sangat akrab dengan telinga kita. Celakanya, kata-kata ini malah semakin menasbihkan bahwa yang namanya Senin itu merupakan hari yang menyebalkan, hari yang sangat tidak dinantikan, bahkan beberapa orang berharap tidak ada hari Senin di dunia ini. Hm, mengapa hari Seninn ini amat dibenci oleh kebanyakan orang? Apakah salah si hari Senin itu, atau memang sesuatu yang ada di hari Senin tersebut yang membuat kita membencinya? Ya, kebanyakan orang menganggap hari Senin itu gangguan setelah enak berlibur di hari Sabtu dan Minggu, dan sumber dari gangguan tersebut yang jelas hanya satu hal, Pekerjaan. Nah, buku ini mengajak kita untuk mencintai hari Senin khususnya, dan mencintai pekerjaan kita pada umumnya.

Buku ini bukan sekedar buku motivasi. Buku ini lebih dari itu. Berbagai pandangan dan penilaian yang salah tentang pekerjaan kita dibahas tuntas di buku ini. Hal yang paling utama yang dibelokkan dari paradigma kita selama ini ialah tentang hakikat pekerjaan itu sendiri. Berulang-ulang ditegaskan di buku ini bahwa tujuan sebenarnya dari pekerjaan kita yaitu untuk melayani orang lain. Bagaimana kalau kita tidak bekerja dengan orang lain? Ah, tampaknya tidak ada pekerjaan yang tujuan utama dan akhirnya untuk memuaskan orang lain, terutama customer. Contohnya: saya, sebagai mantan analis laboratorium dahulu kebanyakan berinteraksi dengan benda-benda mati. Tapi sadarkah kita bahwa akhirnya hasil dari pekerjaan kita tersebut pada akhirnya dipakai sebagai data yang akan digunakan oleh pihak atasan kita yang lebih berwenang sebagai data yang bertujuan untuk memuaskan konsumen? Bayangkan, apabila bekerja secara asal-asalan di laboratorium, apakah nantinya hasil analisa kita yang kacau itu akan memuaskan konsumen? Tentu tidak, hasil yang ngaco justru membuat konsumen ragu dan tidak percaya terhadap produk kita.

Hal lain yang coba dibelokkan oleh penulis tentang paradigma kita yang salah ialah: kita kerja bukan untuk uang! Ya, ujung-ujungnya dari pelayanan yang kita berikan terhadap konsumen ialah kepuasan mereka terhadap kita yang tentunya akan menambah harga diri kita di mata mereka. Jadi bisa terbayangkan dong, pelayanan yang prima akan menghasilkan sesuatu (dalam hal ini uang) yang prima pula. Kalau orientasi kita hanya kepada uang, uang, dan uang, apakah kepuasan orang lain yang kita tuju? Pastinya, target kita hanya sederhana, kerjaan beres, uang mengalir ke kantong kita. Urusan orang lain puas atau tidak, bukan urusan kita. Terlihat kan, betapa egoisnya orang yang kerja semata-mata demi hanya untuk uang.

Pada akhirnya, untuk melayani para konsumen, kita harus mencintai pekerjaan kita, apapun itu. Tuangkan bakat dan keahlian kita terhadap bidang yang kita geluti dengan sepenuh hati. Jadikan pekerjaan kita sebagai sebuah panggilan dari-Nya, sebuah panggilan yang bertujuan untuk kita memahami dan mencintai pekerjaan kita. Jangan jadikan pekerjaan itu hanya sebuah pekerjaan ataupun karir, karena diantara dua hal tersebut, kita masih egois, hanya kepuasan kita sendirilah yang menjadi tujuan kita bekerja.

Buku pembelok paradigma ini disusun begitu cermat. Dengan font yang tidak terlalu kecil, membuat buku ini nyaman untuk dibaca. Kutipan-kutipannya pun sangat membantu memahami untuk apakah sebenarnya kita bekerja. Belum lagi ada pengalaman-pengalaman tentang kehidupan sehari-hari si penulis yang bisa kita jadikan cermin terhadap diri dan sekitar kita. Pada akhirnya, dengan mencintai pekerjaan kita, tidak akan ada lagi yang namanya I hate Monday. I love Monday akan semakin bergema, karena kita sudah menganggap kerja kita sebagai hobi dan suatu hal yang layak untuk kita nikmati. Rubah paradigmamu sekarang, dan jadilah orang yang sukses.


Judul: I Love Monday
Penulis: Arvan Pradiansyah
Penerbit: Kaifa
Terbit: Mei 2012
Tebal: 302 hal.
Rate: 4/5

1 komentar:

  1. Bagus sekali tulisan Arvan Pradiansyah. Selain penulis beliau juga Managing Director ILM ya?

    Superrr sekali...
    Terima kasih atas infonya :)

    BalasHapus