Jumat, 09 Agustus 2013

Fiksi Sejarah tentang Ende



Buku ini adalah buku ketiga dari tetralogi De Winst karangan Afifah Afra yang terbit pada November 2012 kemarin. Dua buku sebelumnya adalah De Winst dan De Liefde.

Sangat berbeda dibanding dua buku sebelumnya, kali ini tak ada tokoh Everdine dan Sekar Prembayun yang di dua buku sebelumnya begitu dominan. Hanya ada Rangga Puruhita disini, seorang ningrat yang juga suami dari Everdine dan diam-diam mengagumi seorang Sekar Prembayun, sepupunya sendiri. Walaupun demikian, Rangga agak kurang sreg dengan sistem poligami akibat ayahnya sendiri yang juga melakukan poligami. Selain Rangga, ada juga seorang tokoh baru, yaitu Tan Sun Nio (selanjutnya disebut Tan), seorang perempuan tionghoa yang jatuh cinta pula kepada Rangga. Mungkin biasa apabila ada seorang wanita jatuh cinta kepada Rangga, namun menjadi tak biasa, bahkan celaka, ketika Rangga-lah yang jatuh cinta dengan seorang perempuan (lagi). Itulah yang Rangga rasakan terhadap nona Tan, celaka!

Sudut pandang yang digunakan oleh penulis dalam buku ini yaitu melalui orang pertama yang diceritakan bergantian oleh Rangga dan Tan. Sayangnya, masih banyak kekurangkonsistenan dalam penggunaan kata ganti orang pertama ini. Terkadang, “aku” yang seharusnya digunakan oleh Rangga atau Tan masih terpeleset menjadi “nya”, padahal yang diceritakan adalah Rangga atau Tan sendiri. Rangga dan Tan sendiri mengalami kejadian mereka masing-masing secara terpisah walau pada akhirnya berkaitan juga, namun ada satu hal yang agak mengganjal bagi saya, setting waktu yang terjadi antara Rangga dan Tan kurang dijelaskan, sehingga saya menangkap kesan bahwa timingnya berantakan. Hal ini bisa agak terlihat dari kepergian Tan ke Makassar, yang tentu saja dengan setting waktu sekitar 1900-an awal akan memakan banyak waktu di dalam perjalanannya, sedangkan Rangga yang berada di Ende seolah tidak mengalami kejadian-kejadian penting yang menyita banyak waktunya. Anehnya, akhirnya mereka berdua bisa bertemu di saat yang bersamaan, kurang logis menurut saya.

Mengenai setting lokasi buku ini, seperti telah disebut di atas, Rangga sedang berada di Ende. Ia dibuang ke Ende oleh Belanda akibat pergerakannya yang mengancam Belanda. Ya, buku ini cenderung tergolong fiksi sejarah, sebab Rangga ini disebutkan sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga berkaitan atau kenal dengan Soekarno, Hatta, dll. Tidak sekali dua kali nama pahlawan-pahlawan Indonesia disebut di buku ini, saya pikir penulis dengan cerdasnya sukses mencampurkan antara fiksi dan nonfiksi yaitu berupa latar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Ende menjadi mayoritas setting sepanjang buku, dengan sedikit diselingi Surakarta sebagai kota awal Tan sebelum dia “mengasingkan” diri ke Ende dan Makassar ketika Tan akan berbisnis dengan salah seorang mantan senator Belanda. Mengenai Ende sendiri, penulis mencoba mengajak para pembaca sekaligus belajar sejarah pula karena seperti kita tahu bahwa Ende adalah salah satu tempat pengasingan Bung Karno. Tidak hanya itu, penulis pun coba mengangkat salah satu pahlawan asli Ende yang “terlupakan” yaitu Mari Longa. Mari Longa ini tokoh nyata, pejuang Ende guna menggulingkan kekuasaan Belanda di Ende. Kaitan dengan buku ini, disebutkan bahwa Mari Longa adalah leluhur dari Mari Nusa. Mari Nusa sendiri ialah salah satu pemuda yang disebut-sebut pahlawan bagi rakyat Ende, karena ia dengan lantang menyerukan perlawanan terhadap Belanda, sama seperti Mari Longa. Satu hal, Mari Nusa merupakan tokoh fiksi, sama seperti Rangga Puruhita.

Mari Longa

Jalan cerita dari novel ini sendiri penuh dengan nilai-nilai perjuangan serta nilai keagamaan. Tidak aneh apabila melihat latar belakang si penulis. Salutnya, penulis mampu membuat nilai-nilai keagamaan ini sendiri menjadi sebuah hal yang tidak menggurui dan terlihat netral serta tidak membuat buku ini terlalu condong kepada salah satu agama. Sedangkan ditilik dari pemberian judul yang kali ini menggunakan bahasa Portugis, tidak menggunakan bahasa Belanda seperti dua buku sebelumnya (hal ini sejujurnya sempat menimbulkan pertanyaan dari saya, mengapa penulis tidak konsisten dalam pemberian judul), hal ini berkaitan dengan sebuah konspirasi besar, yang kali ini tidak melibatkan Belanda, tetapi Portugis. Ya, perlu diingat bahwa daerah Nusa Tenggara mayoritas merupakan daerah jajahan dari bangsa Portugis (seperti Timor Timur dahulu), dan pada sekitar tahun 1900-an awal pengaruh Portugis di daerah tersebut sudah mengakar, ini dapat terlihat dari banyaknya tokoh-tokoh Indo campuran Portugis. Akhirnya saya bisa memahami dan mengacungkan jempol atas pemilihan judul yang menurut saya brilian ini.


Pada akhirnya, saya rekomendasikan buku ini bagi para pecinta buku his-fic, terutama yang mencari buku-buku his-fic mengenai sejarah Indonesia. Saya rekomendasikan buku setebal 632 halaman ini karena percampuran antara fiksi dan nonfiksi disini begitu halus sehingga terkadang agak saru apakah bagian fiksi dari buku ini benar-benar terjadi pada dahulu kala. Disamping kekurangan-kekurangan yang masih terdapat di buku ini, saya kira buku ini layak mendapat lima bintang, sebuah buku yang dapat membuka cakrawala baru bagi pembacanya.



Judul: Da Conspiracao
Penulis: Afifah Afra
Tebal: 632 hal.
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit: 2012
Rate: 5/5

5 komentar:

  1. Tentang Mari Longa dapat dibaca di http://sejarah.kompasiana.com/2012/08/29/mari-longa-pahlawan-nasional-yang-terlupakan-482782.html

    BalasHapus
  2. Kayaknya menarik nih, trims ya info buku dan resensinya. semoga blognya semakin rame.

    BalasHapus
  3. bukunya sangat menarik sebagai referensi... ini buku masi ada persediaan xxxx.....???

    BalasHapus