Rabu, 01 Agustus 2012

Sanders vs. Gilkey


Ah, sebenarnya tema buku ini menyenangkan, buku, buku, dan hanya buku. Segala jenis buku-buku terkenal disebutkan disini, karena ya, ini memang kisah nyata. Kisah nyata “perang” antara John Gilkey dan Ken Sanders. Dua-duanya pecinta buku, dua-duanya kolektor buku. Bedanya, Sanders merupakan pemilik toko buku langka, sementara Gilkey merupakan seseorang yang sangat terobsesi oleh buku, dan satu-satunya cara dia untuk memenuhi kehausannya akan buku yaitu dengan cara mencurinya. Sayangnya, entah kenapa buku ini sangat berat untuk dibaca. Kurang menarik cara si penulis menyampaikan ceritanya, saya merasa bosan ketika membacanya. Sayang sekali.

Jadi kisahnya seperti disebutkan di atas ialah antara dua orang yang saling berseteru di dunia buku. Yang satu merupakan pemilik toko buku langka, dimana tokonya itu menjadi sasaran pencurian oleh Gilkey. Obsesi Gilkey terhadap buku ini tidak main-main. Sungguh sangat mencengangkan melihat dunia luar negeri sana (terutama Amerika seperti di buku ini), bahwa buku tidak hanya untuk dibaca dan dikoleksi secara sembarangan. Namun yang dicari adalah BUKU LANGKA EDISI PERTAMA. Bayangkan, obsesi itulah yang bersemayam dalam diri Gilkey. Harga-harga buku langka ini pun tidak main-main, sampai puluhan ribu dolar! Disinilah masalahnya, Gilkey bukanlah orang kaya, dia hanya pegawai biasa, sampai suatu saat dia bekerja di bagian aplikasi kartu kredit, dan dia melihat celah dalam pekerjaan ini, yaitu menggunakan kartu kredit orang lain untuk belanja buku-buku yang diinginkannya. Oleh sebab itu, gara-gara aksinya ini, Gilkey disebut sebagai pencuri buku.

Sepanjang buku, yang diceritakan ialah kisah wawancara si penulis buku dengan orang-orang yang terlibat dalam kasus pencurian yang dilakukan Gilkey. Bahkan paling banyak sumber dari wawancara dengan Gilkey itu sendiri. Tentang obsesinya, bahkan cara dia mencuri dan mendapatkan uang pun diceritakan blak-blakan dalam buku ini. Bagaimana trik-trik yang dilakukan Gilkey dalam mendapatkan buku yang diinginkannya, semua tertuang disini.

Sangat mencengangkan membaca buku ini. Dimana sangat banyak kolektor buku yang bercita-cita untuk mendapatkan buku edisi pertama untuk dikoleksi. Bahkan biasanya, buku-buku edisi pertama ini ditemukan sebagai harta karun dalam pasar-pasar barang bekas, sungguh sangat tidak terduga. Nah, saya bertanya-tanya, di Indonesia kira-kira seperti ini gak ya? Ada gak ya kolektor di Indonesia yang sampai segitunya, rela mengeluarkan uang demi buku terbitan pertama. Atau bahkan pertanyaan simpel saja, ada gak pedagang buku langka di Indonesia seperti milik Ken Sanders? Coba googling deh, nanti pasti ketemu link toko buku langkanya beliau. Namun ya itu, sayangnya saya kurang menikmati buku ini. Ada sesuatu yang mengganjal yang membuat buku ini tidak enak untuk dibaca, saya sampai menganggap buku ini overrated, karena dahulu saya sangat ingin membaca buku ini. Apalagi, footnote di buku ini dikumpulkan di bagian belakang buku, sehingga menyulitkan untuk mengetahui keterangan dari footnote tersebut.

Well, mohon maaf, saya cuma bisa memberi 2 bintang, walaupun saya tetap menyarankan kalau buku ini harus dibaca oleh para pecinta buku.  Tetapi jangan mengharapkan buku ini seperti novel pada umumnya, karena anda akan merasakan sama seperti saya, merasa buku ini overrated apabila dianggap sebagai novel.


Judul: The Man Who Loved Books Too Much
Penulis: Allison Hoover Bartlett
Penerbit: Alvabet
Tebal: 300 hal.
Terbit: April 2010
Rate: 2/5

4 komentar:

  1. ini juga pinjem mas :D
    not my cup of coffee *puasa*

    BalasHapus
  2. aku juga sempat merasa bosan.. karena sejujurnya ini bukan novel, tapi semacam jurnal atau memoar gitu kan yah.. makanya rada bosen. meskipun demikian, buku ini worth buat dibaca, soalnya jadi tahu macam2 buku langka :)

    BalasHapus
  3. hihihi, sama ternyata.
    yup, bukunya memang worth banget buat dibaca, tapi cara berceritanya yang kurang menurut saya :D

    BalasHapus