Jumat, 16 Januari 2015

#19 Karang Setan - #20 Di Pulau Seram (Lima Sekawan; Enid Blyton)


#19 & #20 dari Lima Sekawan ciptaan eyang Enid Blyton.




Karang Setan, si # 19. Episode ini memberikan sebuah hiburan baru bagi para pecinta Lima Sekawan, MercuSuar! Yup, di buku yang ini anak-anak membawa para pembacanya berpetualang di sebuah mercusuar sebagai tempat tinggal atau tepatnya tempat anak-anak menghabiskan liburan. Mercusuar ini kepunyaan si Utik, anak dari seorang profesor kawan dari ayah George yang mendadak menginap di Pondok Kirrin. Karena keadaan rumah yang sempit dan gaduh, sedangkan kedua profesor tadi tak mau diganggu oleh kebisingan, akhirnya anak-anak mengungsi ke sebuah mercusuar.

Senang rasanya sebagai pembaca dibawa melihat-lihat keadaan dan cara kerja dari sebuah mercusuar. Meskipun anak-anak menempati sebuah mercusuar bekas, namun tetap saja fungsi-fungsi dari tiap bagian mercusuar masih dapat diketahui dan digunakan. Apalagi, sepertinya jaman sekarang ini jarang sekali mercusuar disebut-sebut dalam perbincangan sehari-hari.

Khas Blyton, lorong-lorong serta gua bawah tanah tak ketinggalan dalam #19 ini. Begitu pula dengan perburuan harta karun dari masa lampau. Trademark.

Oya, si Utik ini pecinta binatang, ia memiliki seekor monyet yang dinamakan si Iseng, yang akhirnya berkawan akrab dengan Timmy.




#20, Di Pulau Seram. Lagi-lagi anak-anak bertemu pecinta binatang. Kali ini Wilfried namanya. Lebih sakti, karena ia seperti magnet bagi hewan-hewan tersebut. Kelinci, landak, burung, ular, bahkan Timmy! Takluk semua olehnya.

Petualangan anak-anak kali ini sebenarnya tidak sengaja. Kapal yang mereka sewa tanpa sengaja terbawa arus sehingga mendarat di Pulau Seram. Sebuah pulau yang terkenal angker karena dijaga oleh dua orang bersenjata, yang tak segan menembak siapa saja yang mendarat di pulau tersebut.

Masih mengusung trademark yang sama, gua bawah tanah, serta harta karun, kali ini harta karun curian, yang ternyata ditimbun di pulau tersebut, alih-alih margasatwa yang dilindungi di pulau Seram itu.

Kedua buku ini keadaan mencekamnya bisa dibilang "dapet", anak-anak bersinggungan langsung dengan penjahatnya, Sebuah kondisi yang tak didapat di #18.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dua buku terakhir Lima Sekawan (#21 belum punya, begitu juga #16), saya bisa mengambil kesimpulan kalau anak-anak ini merupakan anak-anak yang tajir. Cobain baca deh, terus rasakan makanan-makanan yang anak-anak ini makan. BANYAK BANGET! Gak mungkin kayanya kalau keadaan ekonomi mereka kurang mampu. Ditambah, si George punya sebuah pulau! Tajir bingit kan, hii...

Keadaan lain yang ingin saya soroti, selama petualangan mereka di 21 buku (diandaikan saja dalam 1 tahun ada 4 musim liburan), maka selama 5 tahun berturut-turut, anak-anak ini jarang sekali berlibur bareng orangtua mereka. Kalau bibi Fanny (ibu George), mungkin agak banyak disebut, tetapi orangtua dari Julian, Dick, dan Anne jarang sekali muncul, bahkan identitas mereka hanya disebut sebagai ibu & ayah saja, tanpa embel-embel nama. Di #20 sempet sih si ibu muncul, tapi ya itu, kesannya cuma cameo doang, sebentar banget munculnya, seolah-olah pelengkap saja. Agak aneh juga sih sebenarnya, kesannya anak-anak lebih sayang pada orang-orang lain yang kebetulan mereka tumpangi rumah / pertaniannya.

Ah, apapun, petualangan Lima Sekawan ini pantas sekali untuk dibaca, dikoleksi, dan dilungsurkan. Yakin, kisah ini bisa membuat yang tadinya tidak suka membaca jadi agak suka membaca.

Salam Limun Jahe!!!


1 komentar: