Kongo adalah negara Zaire saat ini. Di negara inilah tim
ERTS mempunyai sebuah misi guna mendapatkan suatu jenis intan baru, intan yang
berlapiskan boron, intan yang bisa merubah dunia. Tim pertama ERTS yang
dikirimkan kesana sedikit lagi mendapatkan hasil positif. Sedikit lagi. Hingga
suatu pagi, ketika mereka sedang akan melakukan hubungan telekomunikasi dengan
tim ERTS yang berada di Houston, tragedi itu datang. Kamera telah terpasang,
tim Houston telah siap berkomunikasi, ketika kejadian itu berlangsung. Tim ERTS
di Kongo mengalami musibah, mereka diserang oleh makhluk misterius, hanya
sekelebatan bayangan saja yang berhasil terekam dan terlihat oleh tim Houston.
Yang sebenarnya terjadi di Kongo ialah, terjadi pembunuhan besar-besaran,
manusia yang ada dibunuh dengan cara dipukul kedua sisi pipinya dengan suatu
benda keras hingga manusia-manusia tersebut bola matanya mencelat keluar.
Tim kedua kemudian segera diutus untuk melihat apa yang
sebenarnya terjadi. Selain itu, tetap intan-intan ini yang menjadi tujuan
utama. Dengan disaingi oleh tim dari negara-negara lain yang juga mengincar hal
yang serupa, tim kedua yang dipimpin oleh Karen Ross mesti berpacu dengan
waktu. Karen tidak sendirian, ia juga mengajak serta Peter Elliott, seorang
ahli primata. Tak hanya Peter, Amy pun diajak. Siapa Amy? Amy ialah seekor
gorila, bukan gorila biasa, karena Amy ini telah dapat berbicara dengan
menggunakan isyarat dengan manusia, terutama dengan Peter. Bukan tanpa alasan
Karen mengajak serta Peter dan Amy guna menemaninya ke Kongo, karena dari
sekelebat bayangan yang tertangkap kamera pada penyerangan pertama di Kongo,
Karen berhasil mendapatkan kesimpulan bahwa yang membunuh rombongan pertama
adalah sekawanan gorila.
Tim pun berangkat ke Kongo, dengan terus dipacu waktu,
mereka ditemani oleh Munro, seorang pemandu yang telah begitu mengenal Afrika.
Berbagai kejadian menegangkan mereka alami selama perjalanan, mulai dari
penyerangan oleh negara kompetitor, penculikan Amy, hingga kaum kanibal yang
masih eksis di Afrika sana. Dengan segala rintangan tersebut, tim ini
mendapatkan kekompakan yang cukup solid
untuk menghadapi hal-hal berbahaya lain yang ada di depan mereka, dan
terutama kawanan gorila pembunuh misterius yang membantai tim ERTS pertama.
Masih dengan keahliannya dalam bidang sci-fi, kali ini
Crichton ingin menyoroti teknologi komputer serta aplikasinya terhadap
komunikasi antara manusia dengan hewan, terutama gorila. Setting novel ini yang
berada di tahun 1979, juga penulisan buku ini yang tahun 1980 tidak menghalangi
Crichton dalam “membayangkan” tekonologi yang ada di masa kini, komputer
canggih, hubungan video antara dua tempat yang berjauhan, hingga segala hal
yang di buku ini telah dapat dilakukan dengan teknik komputerisasi. Bayangkan,
tahun 80-an awal, dimana mungkin internet saja menjadi sebuah hal yang masih
jauh untuk sekedar dibayangkan. Satu hal lagi yang menarik di buku ini ialah
bagaimana “perbincangan” antara Amy dan Peter, menakjubkan melihat bagaimana
seekor gorila yang dapat memahami bahasa manusia dan berkomunikasi walaupun
hanya dengan isyarat saja. Hal ini pun telah dapat dibayangkan oleh Crichton,
luar biasa.
Masih banyak pembelajaran baru yang didapatkan dari Congo ini.
Perbedaan para primata, terutama simpanse dan gorila, seolah membuka mata para
pembacanya. Gorila, yang lebih besar dan menyeramkan memberi kesan bahwa
primata ini merupakan makhluk yang kejam, tetapi Crichton melalui penjelasannya
dapat membuktikan bahwa simpanse lebih ganas, karena ia menyebutkan bahwa simpanse
sampai mengambil tindakan untuk menculik anak manusia apabila ia sedang
benar-benar marah, sedangkan gorila tidak, mereka tidak seganas itu, jadi
jangan menilai dari covernya saja.
Memang, salah satu ciri buku menarik yaitu adalah buku
tersebut enak dibaca, dan pembaca tidak ingin berhenti pembacanya. Ini yang
saya rasakan dari Congo, sebuah buku yang menarik, penuh penjelasan sains dan
memberikan cakrawala baru bagi pembacanya. Lima bintang untuk buku ini.
Judul: Congo
Penulis: Michael Crichton
Tebal: 544 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 1980 (1st) / 1995 (read)
Rate: 5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar