Serabi Solo... Apa itu? Walaupun asli Solo, aku sekarang bekerja
dan tinggal di Bekasi, dan otomatis Serabi Solo yang asli aku sangat jarang
sekali menikmatinya. Oh ya, bukannya tidak mencintai kuliner daerah sendiri,
tapi jujur saja, aku lebih familiar, dan bahkan menganggap bahwa serabi hijau
Rengasdengklok Karawang ialah makanan paling enak sedunia. Lalu apa
hubungannya? Aku kan di Bekasi, bukan Karawang? Bersyukurlah Chairil Anwar
diciptakan, karena berkat beliau, semua orang jadi tahu bahwa Bekasi – Karawang
itu dekat. Berkaitan dengan serabi Dengklok itu, sebenarnya makanan ini pertama
kali disajikan oleh sang pujaan hatiku yang asli Rengasdengklok, Karawang,
sehingga wajar saja kalau aku menganggap serabi hijau Rengasdengklok adalah
makanan paling enak sedunia. Kalau kalian pria, kawan, kalian pasti mengerti
apa yang terjadi apabila kita blak-blakan menyebutkan makanan khas daerah
wanita pujaan kita TIDAK ENAK. Tolong jangan dibayangkan.
Sudah beberapa hari ini aku pulang kampung ke Solo, menemui
orangtuaku yang telah lama tidak bertemu. Mungkin sudah sekitar 25 tahun
semenjak kecelakaan yang menimpa kedua orangtuaku, dan merenggut nyawa mereka. Sehingga
aku yang waktu itu masih berusia 3 tahun, terpaksa pindah ke Bekasi, tinggal di
tempat pamanku, satu-satunya keluarga yang kumiliki. Maka dari itu kawan,
kalian harus mengerti mengapa aku jarang, bahkan bisa dikatakan belum pernah
makan serabi Solo. Mungkin sudah, tapi kau mengertilah, anak berusia 3 tahun,
dan kini berusia 28 tahun, pasti lupa apa-apa saja yang pernah dimakannya
sewaktu kecil.
Sekarang, saat ini, aku berdiri di wilayah Pasar Klewer. Niatku
cuma satu, bertekad menikmati dan mengobati rasa penasaranku terhadap makanan
yang satu ini, Serabi Solo. Masuk sedikit ke dalam area pasar, aku langsung
menemukan satu kedai serabi yang tertera di spanduknya: Serabi Solo No.1. Aku
langsung masuk dan menikmati kuliner khas Solo ini. Yang mengagetkan, ternyata
tampilannya tidak beda dengan serabi Dengklok, serabi hijau, dengan “sambal”
gula merah. Aku tak ambil pusing, aku pun menikmati makanan ini. Aku excited,
makanan ini sama enaknya dengan Serabi Dengklok. Setelah beres makan, aku
sambil senyum-senyum keluar dari kedai dan melanjutkan perjalanan, karena
rencanaku memang hari ini adalah hari terakhirku di Solo.
***
Aku sekarang berada di bus antarkota Solo-Bekasi, tiba-tiba
di sebelahku duduk sosok yang aku rasa sudah familiar denganku, aku mengambil
inisiatif untuk menyapanya.
“Maaf Mas, mau kemana ya?”
Dia menjawab, “Oh, saya mau pulang kampung Mas.”
“Memangnya asli mana Mas?”
“Saya asli Karawang, tepatnya di Rengasdengklok. Mas tahu
dong Rengasdengklok?” sahut dia sambil tersenyum.
Aku terperanjat, “jadi, Mas asli Karawang? Tahu cara membuat
serabi Dengklok?”
“Ya jelas tahu lah Mas, serabi Dengklok kan tidak ada
bandingannya, bahkan Serabi Solo pun kalah. Satu-satunya resep serabi yang saya
tahu ya serabi Dengklok itu, gak ada lawannya deh.”
Aku pun termenung, berpikir keras, apakah butuh 25 tahun
lagi aku menikmati Serabi Solo yang sebenarnya? Asal kau tahu kawan, orang yang
kuajak ngobrol di bus itu ialah penjaga kedai Serabi Solo No.1 yang tadi
kunikmati!
hooo
BalasHapusgitu thooo
iya begituuuuu #apasih
Hapushahaha... ini ceritanya mentok ya dan?
BalasHapusmentok bagaimana maksudnya?:bingung:
Hapusga ada hubungannya ama judulnya #nohope
BalasHapusrempong deh #nohope
HapusKirimin dong serabi dengkloknya..
BalasHapus#jadi sebenernya cerita serabi dengklok atau serabi solo? :bingung
saya juga menunggu orang yang berkenan untuk mengirimnya :O
Hapus#ceritatentangserabisoloyanggakkesampaian :P