Liburan lagi, petualangan lagi! Walaupun hanya menghabiskan
waktu sekitar dua minggu untuk bersama-sama, petualangan seakan tidak mau
menjauh dari kelompok Lima Sekawan ini.
Berlokasi kembali di Pondok Kirrin, kali ini Bibi Fanny dan Paman
Quentin sengaja ingin berlibur ke Spanyol. Kedua orangtua George ini
meninggalkan Lima Sekawan dengan pembantu mereka, Joanna. Memang, sejak semula
anak-anak tidak yakin mereka akan mengalami petualangan kali ini, namun
penemuan yang dilakukan oleh Paman Quentin membawa anak-anak dalam petualangan,
bahkan bahaya!
Berawal dari pertemuan anak-anak dengan Jo, seorang anak
yang di Inggris sana lazim disebut sebagai gelandangan. Jo ini seorang anak
perempuan, namun ia mirip sekali dengan George, berperawakan sama, berambut
ikal, dan juga senang memakai pakaian anak laki-laki. Jo ini memberi kesan
buruk kepada anak-anak ketika pertama mereka bertemu, bukan apa-apa, pergaulan
Jo dan anak-anak Lima Sekawan memang berbeda, jadi bisa dikatakan bahwa Jo
sedikit liar, dan anak-anak kurang menyukai hal itu.
Petualangan kali ini melibatkan penculikan, pembiusan,
penyamaran, bahkan penyekapan, bukan cerita yang enteng memang bagi anak-anak.
Bisa dibilang pula yang berpetualang disini ialah Julian dan Dick, sebabnya adalah
George dan Timmy diculik oleh para penjahat. George menjadi sasaran penculikan
gara-gara para penjahat ini mengincar buku catatan penemuan-penemuan penting
yang dilakukan oleh Paman Quentin. Sedangkan Anne, seperti biasa masih terlalu
muda untuk berpetualang yang terlalu berbahaya, maka ia hanya menemani Joanna
di rumah ketika ick dan Julian berusaha membebaskan George dan Timmy.
Tentunya ada alasan khusus mengapa Jo menjadi judul dalam buku
Lima Sekawan ini, dari 21 judul Lima Sekawan karya Enid Blyton, hanya Jo
seorang yang menjadi sebuah nama anak yang menjadi judul. Jo inilah yang
menjadi kunci dalam petualangan kali ini, entah itu dalam proses penangkapan
George, sampai pada proses penyelamatan George. Jo ini pulalah yang menyertai
serta memandu Julian dan Dick dalam mengetahui tempat penyekapan George.
Seperti biasa, bahaya, bahkan kematian sangat dekat dengan
anak-anak Lima Sekawan ini seiring dengan pertambahan umur dan pertambahan
judul serial ini. Apa yang ada di pikiran Enid Blyton ketika menulis cerita
yang katanya untuk anak-anak ini hanya ia dan Tuhan yang tahu, yang jelas
diskusi antara anak dan orangtua sangat diperlukan ketika membaca buku ini.
Petualangan yang terjadi di tahun 1950 ini (pertama buku ini
terbit) masih melibatkan telegram, hal yang sudah sangta langka di zaman modern
ini. Ini pulalah yang menghambat anak-anak dalam menghubungi Bibi Fanny dan
Paman Quentin yang berada di Spanyol. Coba saja kisah ini terjadi di zaman
smartphone seperti sekarang ini, mungkin tidak akan ada yang namanya penculikan
George. Ya, tinggal sms atau telepon saja maka tindakan penculikan ini dapat
dicegah ketika awal mula ada pencuri masuk ke Pondok Kirrin.Tetapi tak akan ada
petualangan seru apabila hal tersebut terjadi, sms/telepon, Bibi serta Paman
pulang, hubungi polisi, maka habis perkara, dan buku ini tak akan menjadi
sebuah buku. Itu sudah.
Ada hal menarik yang ditambahkan penerjemah di dalam buku
ini, tepatnya di halaman 139: “Memang, hutan di Inggris lain dengan di
Indonesia. Di sana, jika ada tempat yang agak lebat ditumbuhi pepohonan, tempat
itu sudah disebut hutan. Karenananya tidaklah mengherankan, jika bagi Anne
tempat yang pepohonannya tumbuh rapat sudah dianggap sebagai rimba. Coba kalau
anak itu bisa datang sebentar ke Kalimantan atau Irian, saat itu baru ia akan
tahu bagaimana wujud rimba yang sebenarnya.” Saya yakin tak ada bagian ini di
dalam edisi aslinya, namun penerjemah secara jeli ingin memperkenalkan kekayaan
Indonesia kepada para pembaca yang notabene adalah anak-anak Indonesia.
Dewasa ini, sudah jarang ditemukan anak-anak membaca
buku-buku Lima Sekawan ini. Padahal buku ini sudah sangat sering dicetak ulang.
Tapi patut dipertanyakan pula, apakah anak-anak zaman sekarang ini memahami
hal-hal yang ada pada zaman itu seperti telegram yang saya sebut di atas. Mungkin
pula anak-anak ini akan mempertanyakan, mengapa anak-anak Lima Sekawan ini
tidak berbekal telepon genggam dalam berpetualang? Ah, apa mungkin pemikiran
saya yang terlalu cetek sehingga tak tahu bahwa zaman sekarang ini Lima Sekawan
tetap banyak dibaca oleh anak-anak modern.
Kembali lagi ke perdebatan apakah Lima Sekawan ini cocok
untuk anak-anak. Saya tetap berpikir bahwa Lima Sekawan ini merupakan buku awal
bagi anak-anak guna mereka mendalami hobi membaca mereka. Saya sendiri masih
ingat, bagaimana ketika SMP buku ii sangat berbekas di hati saya. Jujur saja,
pada saat itu saya belum mencapai pemikiran bagaimana munculnya kata-kata kasar
pada serial ini, pokoknya yang terpikirkan hanya bagaimana serunya buku ini. Sempat
pula saya berbalas twit dengan Clara Ng dimana saya mengatakan buku ini harus
dibaca dengan pengawasan orangtua apabila anak-anak yang membacanya, namun
beliau membalas bahwa diskusi lebih diperlukan daripada pengawasan. Akhirnya saya
pun menyadari bahwa saya keliru, dan bahwasanya diskusi dua arah lebih penting
untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak dibandingkan pengawasan satu arah
dari orangtua kepada anaknya. Jadi, apakah cocok untuk anak-anak? Tetap, dari
awal saya sudah berpendapat bahwa buku ini hanya cocok untuk anak Indonesia
berusia 10 tahun ke atas.
Selamat hari anak Indonesia, tetaplah membaca karya untuk
anak guna membuka diskusi dua arah antara anak dan orangtua. Juga walaupun buku
anak, buku tetaplah buku, dan pastilah akan ada pengetahuan dibalik semua buku
yang ada.
Judul: Lima Sekawan: Jo Anak Gelandangan
Penulis: Enid Blyton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 254 hal.
Tahun Terbit: 1950 (1st) / 1997 (read)
Rekomendasi Usia: > 10 tahun
Rate: 4/5
Kata2 kasarnya ga dijelasin nih..
BalasHapusAku dulu pas sekolah sd ada pelajaran disuruh kirim kartupos, telegram sama surat.. sayang banget kayaknya sekarang udah ga ada model pelajaran kayak gitu..
Udah dijelasin di review2 lima sekawan sebelumnya, hehe...
BalasHapusnah, makanya itu kayanya jarang yg baca buku ini lagi..