Musim panas lagi, liburan lagi! Ya, Lima Sekawan kali ini
mengajak kita berkemah! Untungnya, orangtua yang menyertai mereka untuk
berkemah kali ini ialah seorang guru (guru Julian dan Dick tepatnya) yang
sangat tergila-gila dengan serangga. Pak Luffy ini sangat pengertian terhadap
anak-anak. Dia mengerti bahwa anak-anak ingin mengalami petualangannya sendiri,
maka ia sengaja mendirikan kemah agak jauh dari anak-anak ini. Anak-anak tentu
sangat senang, apalagi Pak Luffy yang tergila pada serangga sangat terkenal
akan hobinya ini, dan dia akan sangat teralihkan apabila telah berurusan dengan
serangga.
Kali ini, selain berkemah, anak-anak pun berurusan dengan
hal yang agak mistis. Kereta api hantu. Ya, kereta api yang muncul setiap
malam, tetapi entah mengapa kereta ini hanya muncul di satu sisi terowongan
tanpa menembus sisi satunya lagi. Memang, terowongan itu bercabang dua, namun
satu cabang terowongan itu telah mati, ada halangan berupa beton dan batu bata
pada terowongan yang menyebabkan tidak mungkin sebuah kereta bisa menembusnya. Nah,
disinilah anehnya, karena di satu cabang yang tidak “mati” pun, kereta ini
tidak muncul, sungguh sangat mengejutkan.
Lima Sekawan pada petualangan kali ini ditemani oleh Jock. Ia
adalah seorang anak dari sebuah pertanian yang menjadi langganan anak-anak
untuk membeli berbagai macam keperluan selagi anak-anak berkemah. Jock termasuk
anak yang asyik dan mudah bergaul, tetapi sayangnya ayah tirinya, Pak Andrews
tidak suka terhadapnya, apalagi terhadap anak-anak Lima Sekawan, sehingga
hasrat anak-anak untuk menyelidiki kereta api hantu ini agak terhambat. Tetapi bukan
Lima Sekawan apabila menyerah begitu saja, dengan penyelidikan dan sedikit
keberuntungan, misteri dan teka-teki kereta api hantu ini dapat mereka
pecahkan. Sebenarnya, penyelidikan hanya dilakukan oleh Julian, Dick, dan Jock.
George tidak diajak, dan hal inilah yang menyebabkan ia merajuk seperti
biasanya. Tetapi hei.., ada untungnya juga George agak merajuk, karena
keberuntungan yang sebelumnya dibahaslah yang menyertai George. Lalu bagaimana
dengan Anne? Well, seperti biasa, Anne-lah yang berperan sebagai penyelamat di
saat-saat terakhir, bisa dibilang, ketakutan ada gunanya pula walau sedikit. Pada
akhirnya, kisah ini benar-benar bukan sebuah kisah yang mistis, kisah ini masih
dapat dicerna dan dilihat secara logis.
Buku yang saya baca terbitan tahun 1980. Masih termasuk “seri
Kancil” dan penerbitnya pun masih bernama Gramedia saja. Tetapi penerjemah buku
ini masih sama, yaitu Agus Setiadi. Seperti buku-buku sebelumnya, kata tolol
masih dapat ditemui disini, sekarang, ditambah lagi kata “geblek”, yang tentu
saja sangat WOW untuk anak-anak. Belum lagi ada adegan pula ketika Julian
membelikan sebungkus rokok bagi seseorang di buku ini. Hal-hal tersebut masih
terasa sangat tidak mendidik bagi anak-anak Indonesia. Jadi, sama seperti
buku-buku sebelumnya, buku ini tetap saya rekomendasikan untuk anak-anak di
atas 10 tahun, karena usia ini yang “agaknya” lumayan cocok untuk mencerna dan
memilah hal baik dan buruk dari buku ini.
Dan tetap, lima bintang...
Judul: Lima Sekawan: Memburu Kereta Api Hantu
Penulis: Enid Blyton
Tebal: 232 hal.
Penerbit: Gramedia
Terbit: 1980
Rate: 5/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun
Rekomendasi Usia: >10 tahun
Nostalgia masa kecil, serial ini salah 1 favorit ku
BalasHapusWow.. tapi mestinya buku ini dilengkapi peta terowongan keretanya yak...
BalasHapus