Perempuan. Tema baca bareng BBI bulan ini adalah tentang
perempuan, baik itu penulisnya maupun cerita dan isi dari buku tersebut.
Kebetulan, Serapium juga mengadakan baca buku bareng khusus V. Lestari, salah
satu penulis senior Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya, dengan
kebanyakan bergenre “kasus-kasus kejahatan”. Buku yang saya baca kali ini
berjudul: Kekasih. Tema utama buku ini mengenai pemerkosaan, tentunya tema ini
sangat erat kaitannya dengan perempuan, apalagi memang perjuangan perempuan di
buku ini sangat ditonjolkan. Buku ini juga sekaligus dapat diikutkan dalam
tantangan membaca buku-buku misteri dengan host @hobbybuku, karena bisa
dibilang buku ini “mirip-mirip” John Grisham. Oh ya, satu lagi, saya juga
termasuk beruntung karena buku ini termasuk logis, banyak teman-teman saya di
baca bareng buku V. Lestari mendapati buku karya beliau memasukkan unsur gaib,
yaitu hantu, sungguh sangat kurang masuk akal.
Masuk ke dalam isi cerita buku ini. Bagian awal bercerita
tentang kasus pemerkosaan yang menimpa Kumala. Hakim Bijak (ya, namanya Bijak)
secara kontroversial hanya memberikan hukuman enam bulan penjara bagi para
pelakunya. Markum, kakak dari Kumala tentu saja tidak terima, apalagi akhirnya
Kumala terpaksa dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa akibat tekanan dan beban moral
yang begitu berat. Ade, seorang mahasiswi psikologi yang sedang membuat tulisan
dan karya ilmiah tentang kasus-kasus pemerkosaan dan pengaruhnya terhadap
korbannya mencoba masuk ke dalam kasus ini. Tidak hanya untuk bahan, keinginan
Ade murni untuk membantu memulihkan Kumala dalam menghadapi traumanya. Sayang
sekali, Markum sangat protektif terhadap adiknya, tidak ada celah sedikitpun
bagi Ade untuk membantu Kumala.
Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di Bandung, Laksmi
yang notabene adalah anak dari Hakim Bijak telah lama berpacaran dengan Andre.
Kisah cinta dua anak muda ini tidak diketahui oleh orangtua Laksmi, bisa
dibilang mereka backstreet. Andre, yang juga mengikuti kasus Kumala ikut merasa
pula bahwa hukuman hanya enam bulan penjara itu terlalu ringan untuk para
pemerkosa. Bahkan, Andre berseloroh bahwa ia pun bisa saja memperkosa Laksmi
apabila hukumannya hanya seringan itu. Kejadian pemerkosaan itu hampir terjadi,
untung saja kedua insan tersebut sadar tepat pada waktunya, Andre ditampar oleh
Laksmi, dan Andre pergi begitu saja meninggalkan Laksmi sendirian di rumah
kontrakannya. Celakanya, Laksmi lupa mengunci pintu. Sampai beberapa saat
kemudian, datang orang bertopeng, yang akhirnya memperkosa Laksmi.
Sebelumnya, tepatnya setelah kejadian pemberian vonis ringan
tersebut, Hakim Bijak menerima surat kaleng terkait ancaman si pengirim agar
berhati-hati terhadap Laksmi. Ancaman tersebut menyebutkan, bahwa bisa saja
sewaktu-waktu Laksmi dijadikan korban pemerkosaan berikutnya, sebagai
pembalasan atas kasus Kumala. Hakim Bijak pun sangat shock mengetahui ancaman
tersebut benar-benar terjadi, tanpa pikir panjang, Andre dijadikan tertuduh
dalam kasus ini, dan hal tersebut telah diakui oleh Andre. Laksmi merasa janggal
akan hal ini, karena ada satu hal yang sangat meragukan dalam kasus ini, yaitu
bau.
Ade, yang kebetulan mempunyai teman seorang polisi yang ikut
menangani kasus ini, akhirnya terjun pula dalam kejadian ini, membantu
menghilangkan trauma Laksmi, serta menjadi tempat curahan hati Laksmi. Bukan
apa-apa, penerimaan orangtua Laksmi terhadap anaknya sendiri sangat buruk,
Laksmi tidak diberi kesempatan untuk membela diri. Tudingan orangtuanya telah
sangat jelas, Laksmi turut bersalah karena telah menyembunyikan hubungannya
dengan Andre sehingga kasus memalukan
ini dapat terjadi.
Buku ini penuh dengan perjuangan Ade –sebagai seseorang yang
sangat tidak berkaitan dengan kasus-kasus yang terjadi – untuk “membela” dan
menyemangati orang-orang yang menjadi korban pemerkosaan untuk hilang dan lepas
dari trauma mereka. Mungkin memang Ade “gagal” terhadap Kumala, tetapi terhadap
Laksmi inilah Ade seakan diberi kebebasan dan kesempatan untuk membuat Laksmi
kembali pulih serta untuk mencari pula kebenaran yang sesungguhnya akan kasus
yang terjadi.
Kasus perkosaan yang terjadi di buku ini, yang notabene
terjadi ketika buku ini ditulis dan terbit pertama kali pada tahun 1991
menyiratkan bahwa permasalahan negeri ini tentang kekerasan terhadap perempuan
sebenarnya telah terjadi sejak dahulu kala, namun sayangnya kasus-kasus ini
makin kesini bukannya makin sedikit namun malah semakin bertambah. Semakin canggihnya
teknologi, serta pergaulan bebas yang semakin parah memicu kasus-kasus serupa
di buku ini bukan lagi menjadi hal yang aneh, bahkan cenderung sudah biasa,
sungguh sangat ironis. Begitu pula dengan vonisnya, apabila tahun 1991 saja
hukuman “hanya” 6 bulan, dengan kondisi saat ini, apalagi makin banyaknya main
belakang dan kasus yang di-peti-es-kan, bukan tidak mungkin hukuman yang ada
akan lebih ringan atau bahkan pelakunya bisa bebas (akibat damai ataupun
keluarga tak mau kasus diperpanjang mengingat ini merupakan harga diri
keluarga).
Just my opinion. Yang jelas, saya tidak terjebak dengan buku
V. Lestari yang “katanya” ada hantunya, dan buku ini cukup ringan dan worth
untuk dibaca. Apalagi perjuangan perempuannya bisa dibilang sangat “ada”. Empat
bintang untuk buku ini.
Judul: Kekasih
Penulis: V. Lestari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 310 hal.
1st Published: Nov. 1991
Rate: 4/5
Penulis: V. Lestari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 310 hal.
1st Published: Nov. 1991
Rate: 4/5
wah bukunya termasuk 'senior' nih, he3
BalasHapusIya nih kak, baca bareng serapium bulan kemaren, he2
BalasHapuswaaah belom pernah baca v lestari...untung banget dapet yang "bebas hantu" ya hihihi..
BalasHapusHehe.. sy juga ga nyangka bukunya v. lestari ada yang ada hantunya --''
Hapus