Berkelana. Itulah judul buku Lima Sekawan nomer lima ini.
Sebenarnya judul asli buku ini ialah Go Off In A Caravan. Entah mengapa unsur
“karavan” di judul aslinya dihilangkan dan diganti dengan judul Berkelana, yang
sama sekali kurang mencerminkan apa dan bagaimana Lima Sekawan kita ini
berpetualang.
Ada yang baru di buku ini, Lima Sekawan kali ini berlibur
musim panas di kediaman Julian, Dick dan Anne. Ini adalah liburan musim panas
ketiga anak-anak tersebut setelah pertama kalinya mereka dipertemukan. Ini pula
saat dimana tokoh ayah dan ibu ketiga bersaudara (Julian, Dick dan Anne)
muncul, meskipun hanya sekilas dan tidak diperkenalkan secara detail nama
mereka.
Seperti biasa, awal-awal liburan mereka agak membosankan,
tidak ada petualangan seru, hanya diisi dengan bermalas-malasan. Sampai suatu
saat, lewatlah sebuah rombongan sirkus di depan rumah mereka. Selain membawa
banyak binatang, ada satu hal yang sangat menarik perhatian anak-anak, yaitu
karavan! Anak-anak pun berinisiatif untuk membujuk ibu menyewa karavan untuk
mereka gunakan berkelana. Apalagi, diantara rombongan sirkus tersebut ada anak
sebaya mereka, yaitu Nobby. Rencananya, mereka akan berkaravan dengan ditarik
oleh kuda menuju tempat rombongan sirkus berkemah, sekaligus meminta Nobby untuk
mengantar mereka melihat-lihat sirkus tersebut.
Rombongan sirkus itu ternyata tidak sepenuhnya diisi oleh
orang-orang baik. Ada Lou dan Paman Dan, yang sebenarnya merupakan seorang
akrobat dan pelawak, namun mempunyai sifat yang buruk, masam, dan mudah marah.
Apalagi ketika mereka mengetahui anak-anak “mengikuti” rombongan sirkus
tersebut, sekonyong-konyong anak-anak diusir secara kasar oleh mereka, sebab
mereka ternyata mempunyai udang di balik batu.
Sama seperti buku sebelumnya, kali ini Lima Sekawan tetap
move on dari Pondok Kirrin. Mereka mencari tempat berkemah dengan karavan di
sebuah bukit dengan pemandangan danau yang begitu indah. Seperti biasa pula,
apabila mereka liburan dan berkelana seperti ini pasti banyak makanan yang
sangat menggiurkan. Suasana pertanian yang juga menjual kue-kue dan bahan
makanan pun seolah ingin terwujudkan di negeri Indonesia sini. Belum lagi,
karavan yang membuat iri para pembaca. Tak terbayangkan, anak-anak seumuran
mereka disewakan karavan di Indonesia sini, sungguh sangat tak masuk akal. Oleh
karena itu, sedikitnya kita patut memberi jempol kepada Lima Sekawan ini, yang
dalam usia masih begitu muda telah berani untuk berkaravan sendiri, tanpa
ditemani orang tua mereka.
Masih tak jauh berbeda pula, unsur lorong-lorong bawah tanah
masih ada di dalam seri ke lima ini. Entah, apakah memang pada tahun 1946
ketika buku ini pertama kali terbit di Inggris memang masih banyak
lorong-lorong bawah tanah di Inggris sana, sehingga kebanyakan anak-anak ini
selalu berurusan dengan dunia bawah tanah yang gelap dan pengap. Kali ini
lorong bawah tanah tersebut digunakan untuk menyembunyikan harta curian. Harta
yang telah lama dicari oleh polisi di Inggris sana. Anak-anak pun yang tak
sengaja menemukan lorong ini terjebak di dalam tanah dan terancam jiwanya
akibat penjahat-penjahat yang ada yang membawa senjata.
Dari segi bahasa dan isi cerita, tetap, buku ini tak akan
saya rekomendasikan kepada anak di bawah usia 10 tahun. Masih banyak adegan
yang kejam yang diceritakan disini. Seperti tampar-menampar, bahkan sampai
adegan meracuni. Sungguh sebuah kejadian yang belum patut untuk dibaca dan
dipahami oleh anak-anak sekecil itu. Namun bagaimanapun, cerita di buku ini
seru dan mendebarkan untuk dibaca, sehingga bintang lima cocok untuk buku ini.
Judul: Lima Sekawan: Berkelana
Penulis: Enid Blyton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 271 hal.
Rate: 5/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun
Aku baca ini waktu masih SD dan ngerasa cocok sama ceritanya :O
BalasHapusYup, sy juga cocok. mungkin dulu belum ngeh ada kata2 kasarnya :)
BalasHapusBacaan SD dan buku-bukunya entah sudah ada dimana u.u Sedang berusaha mengumpulkannya lagi >.< Gramedia sedang menerbitkan ulang si serial ini sayangnya gak gitu suka dengan cover barunya >.< *curcol
BalasHapus