The Secret Adversary, atau Musuh Dalam Selimut, merupakan
buku kedua yang ditulis oleh Agatha Christie. Buku ini bukan bercerita tentang
Hercule Poirot, melainkan memperkenalkan dua orang muda yang akhirnya
berpasangan, yaitu Thomas “Tommy” Beresford dan Prudence “Tuppence” Cowley.
Pasangan yang kelak dikenal sebagai Tommy & Tuppence Beresford ini bisa
dibilang tak punya basic apa-apa dalam dunia perdetektifan, malah menurut saya
mereka bergerak hanya berdasar intuisi dan kenekatan saja, namun hal itulah yang
membuat pasangan ini begitu unik dan menarik. Pasangan ini mendirikan sebuah
“perusahaan” yang dinamakan PT Petualang Muda. Memang, ini bukan perusahaan
sungguhan, mereka hanya mengkhusukan diri untuk memecahkan kasus-kasus yang
klien mereka bawa ke perusahaan tersebut.
Sebelum mengenal pasangan ini, imajinasi saya mengenai
mereka yaitu bahwa mereka berdua merupakan orang yang serius, dan sebagai
pasangan yang sudah cukup berumur. Namun saya salah, mereka masih cukup muda,
berusia sekitar dua puluh tahunan, dan juga agak konyol. Selain itu, mereka pun
bisa dibilang beruntung, karena selalu mendapat bantuan dalam memecahkan kasus.
Saya agak sangsi apabila tak ada bantuan mereka akan dapat menyelesaikan sebuah
kasus, entah di buku-buku berikutnya.
Dalam buku ini, Petualang Muda terlibat dalam sebuah kasus
yang lumayan pelik. Kasus ini bersetting di tahun 20-an, dimana waktu itu
suasana politik sedang panas-panasnya. Di sebuah kapal yang bernama Lusitania,
seorang pembawa dokumen rahasia asal Amerika terjebak dalam situasi sulit,
dimana kapal Lusitania ini ditembak torpedo. Dalam situasi hanya wanita dan
anak-anak yang lebih dulu diselamatkan dengan sekoci, si lelaki pembawa dokumen
ini memercayakan dokumen tersebut kepada Jane Finn, karena ia yakin Jane merupakan
orang yang tepat dan nasionalis. Sayangnya, Jane Finn kemudian hilang dan
dokumen-dokumen tersebut juga ikut hilang. Dokumen-dokumen penting itu lima
tahun kemudian harus segera ditemukan, mengingat apabila jatuh ke tangan musuh,
maka dikhawatirkan akan terjadi revolusi besar-besaran di Inggris.
Mr. Brown. Inilah tokoh sentral yang menjadi musuh
Tommy-Tuppence dan juga pemburu dokumen-dokumen rahasia tersebut. Sepanjang isi
buku, Agatha Christie dengan sangat lihai menyembunyikan si Mr. Brown ini.
Sebenarnya, siapa Mr. Brown ini dapat mudah tertebak apabila membaca judul buku
ini, Musuh Dalam Selimut. Ya, penjahatnya sudah terlihat jelas dari situ.
Pintarnya, Agatha Christie terus membawa pembaca berputar-putar untuk menebak
siapa Mr. Brown sebenarnya, sehingga pembaca pun terkecoh dengan cara ini.
Walaupun tidak sedetektif Poirot, tokoh Tommy-Tuppence ini
mampu membuat saya terlarut dalam ceritanya. Memang, tak ada pemecahan kasus
yang benar-benar brilian, tetapi penceritaan yang melalui dua sudut pandang,
yaitu Tommy dan Tuppence membuat cerita ini enak dibaca dan membuat penasaran.
Ada kalanya, Tommy yang sedang disekap maka jalan cerita melalui sudut pandang
Tuppence, juga sebaliknya, ketika Tuppence menghilang, giliran Tommy yang
bercerita dan berpetualang. Terjemahannya pun enak dibaca, penerjemah tidak
segan-segan menggunakan bahasa slang seperti monyong, bokek, dll. Penggunaan
kata-kata ini menurut saya sangat tepat apalagi mengingat karakter Tommy dan
Tuppence yang agak tengil dan konyol. buku ini pun seolah menjadi ajang
perkenalan bagi Tommy dan Tuppence untuk buku-buku selanjutnya, mengingat
ending buku ini yang berakhir membahagiakan bagi mereka berdua. Lima bintang
untuk buku ini, sebuah awal pengenalan yang menarik.
Judul: The Secret Adversary - Musuh Dalam Selimut
Penulis: Agatha Christie
Tebal: 376 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1922 (1st) / 2012 (read)
Rate: 5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar