Laman

Selasa, 12 November 2013

Lisbeth Salander is The Girl Who Played With Fire



Ada beberapa hal yang membuat saya menunda untuk membaca buku di tumpukan timbunan saya, salah satunya adalah jumlah halaman dan ketebalan buku. Nah, buku yang saya baca kali ini mempunyai ketebalan 904 halaman! Gadis yang bermain api, alias The Girl Who Played with Fire, seri kedua dari Millennium Trilogy karangan Stieg Larsson yang menceritakan tentang dua orang yang berlatar belakang berbeda, Mikael Blomkvist sebagai jurnalis serta pimred majalah Millennium, sedangkan Lisbeth Salander merupakan seorang free-lancer yang merangkap hacker ahli, hacker paling luar biasa menurut saya. Tapi benar kata seorang teman, walaupun tebal buku ini tak terasa saat membacanya, itu dikarenakan kisah dari buku ini yang sensasional dan tak membosankan.

Berbeda dengan buku pertama dimana dikisahkan Lisbeth dan Mikael begitu dekat guna mengungkap kasus keluarga Vanger, kali ini Lisbeth menghindar dari Mikael yang terus berusaha menghubunginya setelah kasus Vanger selesai. Mikael yang sudah putus asa gara-gara Lisbeth tidak meresponsnya, secara tak sengaja akhirnya dapat kembali berkomunikasi dengan Lisbeth melalui data komputernya yang dihack oleh Lisbeth. Namun peristiwa yang mempertemukan mereka kembali kali ini tak main-main, Lisbeth dikenai tuduhan serius bahkan dijadikan tersangka atas kematian dua orang kawan Mikael yang juga narasumber tulisan yang akan diterbitkan oleh majalah Millennium. Ternyata, peristiwa pembunuhan kali ini bukanlah pembunuhan biasa, pembunuhan ini berkaitan dengan tema tulisan yang akan diangkat oleh Millennium ini yaitu tentang perdagangan perempuan di Swedia. Mikael pun harus berjuang guna membuktikan bahwa bukan Lisbeth-lah pelaku dari semua kejadian ini.

Kali ini, seperti review-review lain tentang buku ini, jalan cerita lebih condong menceritakan tentang Lisbeth Salander. Tak hanya kehidupannya yang bebas dan agak liar, sedikit demi sedikit latar belakang keluarganya mulai terungkap dan tersibak. Banyak peristiwa kelam yang dialami Lisbeth di masa lalunya, dan peristiwa-peristiwa ini pula yang akhirnya menjadi kunci dari kejadian-kejadian pembunuhan yang terjadi yang mengarahkan Lisbeth sebagai pelakunya. Jalan cerita buku ini sendiri terbagi menjadi beberapa sudut pandang, ada yang melalui Mikael, ada juga yang melalui Lisbeth. Ada kalanya Mikael seolah berjuang sendirian sedangkan Lisbeth seolah bersembunyi, namun akhirnya peristiwa-peristiwa ini diceritakan melalui sudut pandang Lisbeth, kemana ia ketika Mikael sedang berusaha memecahkan kasus ini, semuanya dijelaskan secara gamblang.

Satu hal paling menarik dari buku ini ialah bagaimana penulis membawa pembaca ke dunia matematika. Tiap judul bagian buku (yang terdiri dari beberapa bab) diberi judul dengan istilah-istilah matematika, tentu saja dengan penjelasannya. Hal ini tentu berhubungan dengan kegemaran Lisbeth terhadap ilmu matematika. Lihat saja bagaimana buku bacaan yang dibawa dan dibaca Lisbeth ialah mengenai prinsip-prinsip matematika. Belum lagi rasa penasarannya terhadap Teorema Fermat yang merupakan pengembangan dari Teorema Phytagoras. Perbedaannya ialah apabila Teorema Phytagoras berpangkat dua, maka Teorema Fermat ini berpangkat tiga. Hal ini juga membuat saya penasaran terhadap pemecahan dari Teorema Fermat ini, karena sampai akhir buku jawaban yang telah Lisbeth temukan secara tidak sengaja belum sempat sampai ke penjelasan yang dapat dicerna oleh pembaca  buku ini.


Overall, buku ini sangat direkomendasikan terhadap para pecinta kisah thriller. Kasus yang berkaitan satu sama lain, pemecahan kasus yang bisa dibilang brilian, dunia hacker yang tak diduga-duga, sampai intermezzo matematika yang diberikan oleh Stieg Larsson mampu membuat ketebalan 900-an halaman buku ini tak terasa, bahkan sayang untuk dihabiskan. Lima bintang untuk buku ini, sambil menunggu pula “keberanian” untuk memulai buku ketiganya yang tebalnya hampir 1000 halaman.


Judul: The Girl Who Played With Fire
Penulis: Stieg Larsson
Penerbit: Qanita
Tebal: 904 hal.
Tahun Terbit: 2006 (1st) / 2009 (terjemahan)
Rate: 5/5

2 komentar:

  1. wah udah lama punya buku ini tapi belum mulai baca juga karena tebel...:|

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibaca atuh, seperti pengalaman saya, kalau udah baca pasti ketagihan :D

      Hapus