Ini bukan novel remaja biasa.
Pernah membayangkan Prof. Yohanes Surya membuat sebuah kisah fiksi? Dengan mengusung
nama TOFI, yang sebenatnya kepanjangan dari Tim Olimpiade Fisika Indonesia,
suguhan utama penulis tetap seputar dunia sains dengan si tokoh utama yang bernama
sama dengan judul buku, yaitu Tofi. Tofi ialah seorang anak berbakat yang mempunyai
saingan dan rival utama di sekolah yang bernama Jupirer. Apalagi dengan
kehadiran murid baru yang bernama Miranda, makin kentallah permusuhan mereka.
Perseteruan Tofi dan Jupiter ini tak jauh-jauh dari bidang fisika, jadi memang
membaca buku ini bisa sekaligus belajar fisika secara menyenangkan.
Persaingan yang terjadi tidak
hanya seputar Tofi dan Jupiter. Di pertengahan buku, bahkan hampir sebagian
besar buku, adegan yang disajikan lebih kepada perlombaan yang menyerupai
Hunger Games. Bedanya, even STG (Science To Generaton) yang dilombakan adalah
mengenai dunia pendidikan, tentunya dengan teknologi yang bisa dibilang sudah
sangat modern. Tofi dan kawan-kawan mewakili sekolah mereka bersaing dengan
tim-tim lain dari berbagai provinsi di Indonesia.
Jadi hanya itu isi buku ini?
Tidak, ternyata misteri di
buku pertama ini hanya baru sekedar kulitnya saja. Terdapat konspirasi yang
lebih besar yang ternyata sedang dihadapi Tofi dan keluarganya. Tidak
main-main, konspirasi yang terjadi ini ternyata berhubungan dengan masa lalu
ayah Tofi, Prof. Yomosi, seorang peraih nobel pertama dari Indonesia.
Buku bertema sains dengan
campuran kisah cinta remaja serta konspirasi tingkat tinggi ini merupakan jenis
cerita baru yang saya baca. Kejelian penulis memperkenalkan dunia sains melalui
kisah fiksi ini patut dipuji. Tanpa terasa, banyak pengetahuan baru yang muncul
yang bisa kita dapat dari sini. Bayangkan saja, tokoh-tokoh di buku ini saja
namanya berkaitan dengan sains, nama planet lah, nama satelitnya lah, bahkan
hingga nama zat kimia, pokoknya lengkap semua disini.
Tak ada gading yang tak retak.
Begitu pula dengan buku ini. Kisah yang terjadi terkadang melewati detail yang
sebenarnya diperlukan. Untuk diketahui, mungkin penulis ingin memberikan faktor
kejutan di buku ini. Seperti saat tragedi di Tangkuban Perahu, tanpa tahu hal
yang dilakukan, ternyata tiba-tiba terjadi hal yang mencengangkan. Setidaknya penulis
memberi petunjuk secara kasar, apa yang tokoh utama sedang lakukan, sehingga
tidak membuat pembaca bertanya-tanya, kapan hal ini terjadi. Belum lagi,
nampaknya penulis mengalami sindrom narsisme. Ya, siapa yang tak tahu film dan
buku Mestakung karangan beliau. Tetapi terlalu banyaknya kata mestakung yang
digunakan cukup menganggu bagi saya secara pribadi.
Secara overall, buku ini patut
diapresiasi lebih tinggi. Penulis mencoba mendobrak pasaran buku yang ada saat
ini dengan genre science seperti ini. Di tengah serbuan genre-genre buku komedi
tak jelas, semoga saja buku ini dapat menjadi angin segar dalam dunia perbukuan
di Indonesia. Gaya bercerita yang lebih fresh dan mendidik semoga juga dapat menjadi
pilihan lain sebagai bahan bacaan. Apalagi dengan konsep membaca sambil
belajar, para pelajar SMU ke atas bisa menjadikan buku ini sebagai hiburan di
tengah kepenatan belajar. Bintang 4,5 untuk buku ini. Buku pertama setebal
800an halaman yang sangat menimbulkan rasa penasaran bagi para pembacanya.
Judul: Tofi: Perburuan Bintang Sirius
Penulis: Yohanes Surya, Ellen Conny, Sylvia Lim
Penerbit: Kandel
Tebal: 831 hal.
Rate: 4,5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar