Seorang Spanyol bernama Santiago, seorang penggembala domba
yang suka membaca buku. Kebebasan yang ia cari di dalam kehidupan ini. Tekad
ayahnya untuk menjadikannya seorang pastor ditampiknya secara halus, ia ingin
hidup bebas, menjadi gembala. Siklus tahunan penggembala domba selalu berulang
pada dirinya, ia berjalan kemana dombanya melangkah, melangkah untuk mencari
makanan dan air. Namun ia yakin, siklus tahunan ini akan berulang tahun ini,
dan dia akan menemui lagi wanita pujaan hatinya di tempat ia biasa menjual
bulu-bulu dombanya.
Semuanya berubah, akibat pertemuan dengan seorang gipsi
peramal dan seorang raja tua, mulailah Santiago bertualang ke dunia Afrika.
Seluruh hartanya ia jual, dombanya ia serahkan ke tangan gembala lain yang
bersedia membelinya, karena ia akan lebih mencari jati dirinya seperti yang
telah si peramal katakan: ada harta karun menanti Santiago di Mesir, di sekitar
piramid-piramid yang berada disana. Dimana letak pastinya piramid tersebut
tentunya Santiago tidak tahu. Tetapi seorang raja tua yang tak sengaja
ditemuinya memberitahu tentang pertanda-pertanda alam, bagaimana pertanda alam
itu akan secara otomatis membawa Santiago ke tujuan utamanya.
Malang menimpa Santiago ketika sampai di benua Afrika.
Hartanya raib gara-gara ia tertipu orang. Alhasil, Santiago harus mencari
pekerjaan untuk menyambung hidupnya, dan yang paling penting, untuk kembali ke
Spanyol. Perjalanan berlanjut, Santiago bekerja di sebuah toko kristal. Masih
tentang pertanda-pertanda itulah yang membuatnya sukses menjadi anak buah si
pemilik toko. Namun hidup harus tetap berjalan. Santiago yang hartanya
sebenarnya telah cukup untuk kembali ke Spanyol dan membeli kembali
domba-dombanya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mencari
piramid-piramid tempat harta karun berada. Santiago bertemu dengan pemimpin
karavan, seorang Inggris yang berprofesi sebagai alkemis, seorang Fatima yang
dia yakin adalah cinta sejatinya dan akhirnya bertemu sesorang yang dicari si
orang Inggris: Si Alkemis yang sebenarnya. Dengan si Alkemis inilah akhirnya
Santiago berkelana melewati padang pasir guna mencapai piramid-piramid
tujuannya. Sampai akhirnya Santiago menemukan harta yang ia cari.
***
Well, ini buku pertama Paulo Coelho yang saya baca. Ada sih
di rumah The Zahir, tapi masih ragu bacanya, takutnya ini buku BN. Baca The
alchemist ini aja diberaniin, bukunya gak terlalu tebal soalnya. Buku ini
banyak yang bilang sangat inspiratif, indah, banyak kutipan-kutipan yang indah.
Hm, sampai saat ini belum dapat kesan mengapa dikatakan ini
sangat inspiratif. Mungkin gara-gara pencarian jatidirinya si Santiago ini kali
ya. Tapi emang sih, kutipan-kutipan dari bukuu ini sangat indah. Contohnya ada
di halaman 23 dan 200:
Orang tampaknya selalu merasa lebih tahu, bagaimana orang
lain seharusnya menjalani hidup, tapi mereka tidak tahu bagaimana seharusnya
menjalani hidup sendiri.
Apa yang terjadi satu kali tidak bakal terjadi lagi. Tapi
apa yang terjadi dua kali, pasti akan terjadi untuk ketiga kali.
Baca buku ini juga bikin surprise, bagaimana Coelho bisa
membahas dunia muslim juga disini. Sebenarnya saya tidak bakal mengira tentang
Islam bakal disebut-sebut, tapi itulah yang terjadi. Mungkin gara-gara kejadian ini mengambil
setting di Mesir kali ya. Oya, satu lagi kesan saya tentang buku ini. Sebaiknya
untuk pembaca, dilihat dulu tahun dibuatnya buku ini. Entah mengapa, saya
menganggap buku ini buku yang sangat klasik, padahal terbitnya tahun 1980-an,
tidak terlalu klasik lah. Tapi juga, disini tidak dijelaskan pada zaman apa Santiago
hidup, sebab tak ada kesan bangunan-bangunan modern dalam kehidupannya. Jadi
cukup aneh juga tentang perjalanan dengan karavan melintasi padang pasir,
apakah tidak ada sarana lainnya? Atau apakah saya yang kurang literatur? Ya,
setidaknya buku ini mengajarkan manusia untuk terus berusaha dan menangkap
tanda-tanda dari alam, apapun itu.
Satu hal terakhir yang patut dicermati ialah ending buku
ini. Layak deh ending buku ini disebut WOW. Bayangkan saja, takdir yang terjadi
kepada Santiago sungguh sangat indah, walaupun sebenarnya saya sempat mengira
bahwa harta itu tidak benar-benar ada, pendapat awal saya harta itu terletak
pada kehidupan Santiago itu sendiri, tetapi ternyata saya salah, harta itu
benar-benar ada. Oh ya, tentang si alkemis yang mengubah timah menjadi emas,
itu mungkin salah satu bagian fiksi yang benar-benar wajib dipahami, jangan
sampai setelah membaca buku ini, iseng-iseng kita ikut-ikutan percobaan
mengubah timah menjadi emas. Overall, buku ini kurang begitu istimewa bagi
saya, cukup bintang 3 saja. Dan saya semakin ragu untuk membaca The Zahir.
Judul: The Alchemist
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Nov. 2005
Tebal: 216 hal.
Rate: 3/5
nice review mbak... endingnya emang ngagetin yah.. :)
BalasHapusyang paling berkesan sama aku sih mimpi2 Santioago yang datang berulang2 dan dia berani mengambil keputusan untuk mewujudkannya.
jadi ingat sama diri sendiri yang memiliki sebuah mimpi yang sangat diinginkan tapi sampai sekarang masih takut melangkah untuk menjadikannya sebuah kenyataan :(
makanya waktu baca buku ini jadi merasa kesindir banget! hiks...
Nah itu! Aku gak ngerasa kesindir, apa hatiku udah mati ya? #eaaa :O
BalasHapushahaha... mimpinya udah terwujud kali... :)
Hapus