Yah, disinilah aku sekarang, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tujuanku
kesini sebenarnya ialah dalam rangka mengampanyekan dan mempromosikan Taman
Nasional Laut Wakatobi sebagai Cagar Biosfer Dunia ke-8 di Indonesia. Sebagai putra
asli Sulawesi Tenggara, nampaknya kurang afdol apabila obyek wisata di kampung
halaman sendiri tidak berusaha kujadikan Cagar Biosfer Dunia. Karena sepengalamanku
waktu kecil, Wakatobi yang mempunyai pemandangan yang indah merupakan tempat
sehari-hari aku bermain, menghabiskan waktu, bahkan bertamasya bersama keluarga.
Apalagi, aku dan rekan-rekan telah berhasil mengampanyekan dan menjadikan Cagar
Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu di Riau sebagai Cagar Biosfer Dunia ke-7 di
Indonesia.
Aku mulai aktif di kegiatan ini di tahun 2008, bukan sekedar
gaya-gayaan, segala daya dan upaya yang aku dan teman-temanku lakukan ini tak
lain adalah untuk menjaga kelestarian alam serta lebih mengharumkan nama
Indonesia di dunia, terutama di mata PBB. Biarlah carut-marut perokonomian dan
perpolitikan kita dipandang sebelah mata oleh dunia, namun mengenai hal
lingkungan, kita tidak boleh abai, karena ini juga merupakan masa depan bagi
kita, terutama bagi anak-anak kita. Aku sangat senang ketika usaha kami
menjadikan Giam Siak Kecil-Bukit Batu akhirnya diakui PBB, di saat kendala asap
akibat pembakaran hutan marak di Riau, kami bisa membuktikan bahwa masih ada
harapan untuk memperbaiki hal itu, terbukti dengan diakuinya Giam Siak
Kecil-Bukit Batu menjadi Cagar Biosfer Dunia di Indonesia.
Perlu kalian tahu, Cagar Biosfer ini merupakan perpaduan
keselarasan antara ekonomi, masyarakat, dan lingkungan. Jadi kasarnya,
perkembangan ekonomi, harus selaras dengan sumber daya masyarakat, dan juga
perlindungan lingkungan. Jadi disini tidak hanya diperlukan alam yang indah
saja untuk menjadi Cagar Biosfer, namun juga diperlukan peran aktifdari
masyarakat dan perkembangan ekonomi yang stabil.
Usaha menjadikan Wakatobi ini akhirnya mengemuka sejak dua
tahun yang lalu, satu tahun setelah Giam Siak Kecil-Bukit Batu menjadi Cagar
Biosfer, kegiatan kami stagnan, tidak ada hal baru yang bisa kami lakukan. Maka
aku pun berinisiatif untuk mengajukan daerahku, tempat kenangan masa kecilku,
sebagai Cagar Biosfer berikutnya. Bukan hal yang mudah, karena kebiasaan
masyarakat Indonesia pada umumnya, serta masyarakat Wakatobi pada umumnya, yang
masih kurang peduli pada alam, padahal unsur masyarakat ini yang menjadi sangat
vital dalam kegiatan ini. Bagaimana bisa lingkungan tetap asri dan terjaga bila
kebiasaan buruk seperti membuang sampah sembarangan ataupun perusakan terumbu karang tetap
berlangsung? Atau apa yang terjadi apabila Wakatobi ini tidak indah dan asri? Pastinya
tidak akan banyak wisatawan yang berkunjung, sehingga tidak akan menimbulkan
perkembangan ekonomi yang meningkat setiap harinya. Maka dari itu aku dan
teman-temanku berupaya memberi contoh dan pemahaman bagi masyarakat tentang
bagaimna cara bersatu dengan alam, menjaganya, bahkan menjadikannya sumber uang
bagi daerah. Untungnya, kegiatan ini didukung penuh oleh pemerintah pusat
maupun daerah, sehingga tugas kami tidak beigitu berat, dan lambat laun
Wakatobi ini menjadi daerah yang bersih, asri, indah, dan yang paling penting
dicintai oleh masyarakatnya.
Akhirnya, perjuangan kami tidak sia-sia, April 2012 ini
UNESCO telah menyepakati bahwa Taman Nasional Laut Wakatobi berhasil menjadi
Cagar Biosfer Dunia kedelapan di Indonesia. Walaupun penyerahan piagam
penetapannya baru akan diberikan September nanti, tak ayal aku yang mendengar
kabar ini begitu gembira. Aku dan teman-temanpun segera berlarian ke tepi
pantai Wakatobi, berteriak-teriak senang, hingga akhirnya berbaring di atas
pasir pantai sambil memandang langit, sekilas, kulihat langit pun tersenyum
melihat keberhasilan kami, keberhasilan warga Wakatobi dan Indonesia untuk
mengharumkan nama bangsa di mata dunia.
ini mah kayak bukan fiksi -_-
BalasHapusmakanya itu, gw juga bingung #hammer
BalasHapus