Pernah gak sih kalian mengalami rasa frustasi ketika membaca
sebuah buku? Entah itu gara-gara ceritanya yang membosankan, typo gak
ketulungan, atau hal-hal mendasar lainnya? Saya baru saja mengalaminya. Buku
yang saya baca kali ini berjudul Rene Star (Langit Gelap Diatas Ku). Mengapa
frustasi? Coba cek dulu judulnya, saya tulis judul buku itu apa adanya, ada
yang salah? Oke, kita bahas sebagian besarnya ya.
Buku ini sepertinya dipublikasikan tanpa melewati seorang
editor, ya, saya juga pernah baca sebuah buku konyol dan kocak yang tanpa ada
editor, tapi menurut saya buku tersebut lebih bisa dimaafkan karena memang
genre-nya komedi, jadi keterbatasan tanpa editor itu dapat tertutupi dari jalan
ceritanya yang lumayan dapat membuat mesem-mesem. Nah, masalahnya buku Rene
Star ini bukanlah sebuah buku yang bergenre komedi, ini bisa dibilang sejenis
metropop gitu yang diterbitkan secara indie, maka yang ada ialah frustasi
ketika membaca buku ini, jalan cerita yag serius dan lumayan dirusak oleh
hal-hal mendasar yang seharusnya tidak boleh salah.
Pertama, setiap dialog di buku ini (yang menggunakan tanda
kutip), pasti ditulis dengan italic. Oh, ya gak mesti juga kan, soalnya jadi
rancu antara kata-kata bahasa Indonesia asli dengan kata-kata asing yang ada.
Tapi okelah, hal ini tak terlalu mengganggu bagi saya. Kedua, setiap akhiran
-nya, si penulis selalu menuliskannya dengan cara dipisahkan. Geregetan deh
jadinya, contohnya di halaman 5:
Sesaat setelah itu... “Ashhh.. kenapa aku melakukan nya” keluh nya sambil melihat ranjang basah karena tingkah nya semalam.
Terlihat jelas bukan contoh dari si italic dan si -nya yang
dipisahkan? Itu saya tulis sesuai yang tertera di buku. Oh ya, ranjang basah
gara-gara si tokoh hujan-hujanan lho, gak maksud menjurus ke hal yang mesum :p
Kedua, setiap selesai dialog, si penulis selalu menggunakan
tanda titik, sehingga otomatis setelah tanda kutip pasti akan muncul huruf
kapital laiknya di word dan sejenisnya. Kita ambil contoh di halaman 128
berikut ini:
“Hihihi... dengan ini dia tak akan pernah mengacuhkan ku lagi... dia akan sangat berterima kasih.” pikir Eric. “Ericcccc... aku mencari mu kemana-mana. Kenapa selalu lari dari ku. Kamu jahat.” Ujar Lily yang tiba-tiba merengkuh erat tangan Eric itu .
Dan hal tersebut ada terus menerus... selain itu satu
paragraf berisi banyak dialog, seperti di atas, dua orang yang berbeda
berbicara dalam satu paragraf yang sama.
Ketiga, sound effect yang digunakan juga lumayan mengganggu.
Seperti dalam bukunya Mbak Dhia Citrahayi di Para Pengendali Naga, bedanya
sound effect ini ditulis tidak dalam huruf kapital. Contohnya, seperti
“ting...tong...ting...tong...”, itu suara bel kamar Rene, terdengar merdu bukan
sound effectnya? #hammer
Keempat, dan ini yang paling membuat saya FRUSTASI. Kebanyakan
menggunakan kata “celetuk” nih si penulis. Terbayang gak di benak kalian,
bagaimana orang yang menyeletuk? Yang terbayang pasti seseorang yang menyela
pembicaraan atau orang yang memecahkan keheningan, betul? Nah, di buku ini mah
tidak, celetuk ini saking banyaknya dipakai jadi serupa seperti: “kata”,
“ujar”, dan lain-lain. Di halaman 198 saja ada dua kata celetuk digunakan,
padahal konteks si orang yang berbicara, dia tidak sedang menyeletuk, dia hanya
berkata dan berujar biasa-biasa saja.
Cukup.
Cerita buku ini sendiri ialah tentang seorang Rene, seorang
gadis yang hidup sebatang kara, yang tanpa sengaja menjadi incaran empat orang
lelaki guna dijadikan sebagai kekasih! Memang, Rene ini seorang pribadi yang
unik, saya akui cara penulis menjadikan diri Rene unik merupakan salah satu
kekuatan di buku ini. Rene, yang introvert, tetapi sering juga ke klub malam,
dan uniknya lagi di klub tersebut dia hanya diam di pojokan dengan telinga
disumbat kapas. Latar belakang keluarga Rene pula yang membuat Rene ini unik,
ia “dijual” ayahnya kepada seorang saudagar guna melunasi utang-utangnya.
Kejadian inilah yang membuat Rene tertutup dan menjadi seorang yang penyendiri.
Akhir kata, saya bukanlah ahli bahasa, bukan pula sok jago
dalam mengomentari sebuah buku. Saya hanya memberikan sesuai kemampuan dan
pengalaman saya dalam membaca buku. Mohon maaf apabila saya dikatakan
ngelunjak, karena setelah diberi buku gratis namun memberikan respon negatif
terhadap buku ini. Semoga saja kisah Rene selanjutnya bisa dikemas lebih apik,
dan kalau bisa telah melewati seorang editor. Terima kasih.
Judul: Rene Star: Langit Gelap di Atasku
Penulis: Yanne Sumayow
Tebal: 226 hal.
Penerbit: Amare Books
Tahun Terbit: 2013
Rate: 3/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar