Yang Sulit Dimengerti Adalah Perempuan. Saya rasa semua
lelaki akan berpendapat seperti itu, dan kebetulan Fitrawan Umar mengangkat
judul ini sebagai judul buku pertamanya, untuk memberi pencerahan bagi para
laki-laki mungkin? :D
Dari segi judul dan cover buku, jujur saja pikiran saya
menilai buku ini merupakan sebuah buku sastra berat semacam Eka Kurniawan atau
SDD, namun setelah mulai dibuka, perkiraan saya salah total. Buku ini malah
merupakan buku romantis, yang agak menye-menye, dan mempunyai tokoh sepasang
Ymahasiswa yang masih beradadalam tahap Young-Adult.
Adalah Renja, seorang mahasiswa yang CLBK pada seorang
mahasiswi bernama Adelia. Kejutannya, Adel ini merupakan teman SD dari Renja,
yang hanya sempat berteman secara singkat saja dengan Renja. Kasus tipu-menipu
yang dilakukan oleh ayah Adel-lah yang membuat Adel harus keluar dari SD tersebut,
dan pindah, guna menghindari amuk massa. Dalam CLBK-nya, Renja tak semudah itu
mendapat apa yang diinginkannya, rupanya Adel sudah kepincut dengan seorang
mahasiswa senior yang jabatannya di kampus tak main-main, Ketua BEM! Dengan dibantu
sahabat karibnya di kampus, Rustang, Renja berusaha mendapatkan cinta Adel, tak
peduli apapun rintangannya. Tak itu saja, sikap Adel yang susah ditebak itulah
yang membuat Renja semakin sadar, bahwa wanita itu merupakan makhluk yang
sangat sulit untuk dimengerti.
Walaupun termasuk buku yang bisa dibilang bergenre romance,
banyak hal positif dan hal baru yang ditawarkan di dalam buku ini. Setting buku
yang berada di wilayah Sulawesi Selatan (sesuai dengan asal si penulis) menjadi
daya tarik tersendiri buku ini. Bukan hanya dikenalkan dengan Makassar, pembaca
pun disuguhi kota lainnya, yaitu Pinrang dan Sidrap, sebuah setting yang bisa
dibilang sekarang ini sangat jarang ditemui. Penulis mampu membawa pembaca
menelusuri kawasan Sulawesi bagian Selatan secara apik, sekaligus merupakan media
promosi yang baik untuk pariwisata di wilayah terebut. Memang, penulis tak secara
gamblang menjelaskan alam Sulawesi Selatan, namun tetap hal ini menjadi
kekuatan yang beda yang bisa ditawarkan oleh buku ini.
Dunia perkampusan pun tak luput dibawa oleh penulis di dalam
buku ini. Seluk-beluk dunia organisasi kampus dibeberkan di sini, mulai dari
keaktifan Renja, Adel, dan Rustang di BEM kampus, suasana perploncoan mahasiswa
teknik baru, sampai unjuk rasa-unjuk rasa yang diikuti mahasiswa mengenai iklim
perpolitikan nusantara yang sedang menghangat. Bagi kalian yang ngampus hanya
sekedar datang-belajar-pulang, mungkin hal ini dapat menjadi sebuah magnet guna
lebih mengerti tentang dunia politik yang ada di kampus.
Sejujurnya, saya sangat menikmati membaca buku ini. Ada rasa
hangat yang terbayang ketika mengenang dan mengingat teman-teman masa lalu di
SD atau SMP, sambil membayangkan, bagaimana jadinya bila suatu saat dapat
bertemu lagi dengan teman-teman lama di saat sekarang. Saya juga menikmati rasa
jatuh cinta Renja kepada Adel, menikmati rasa kesal dan gemas yang Renja
rasakan, menikmati juga rasa nostalgia dengan aktivitas-aktivitas organisasi di
kampus ketika saya kuliah dahulu.
Terima kasih penulis, penerbit Exchange, dan BBI atas buku
ini, semoga penulis makin banyak menelurkan karya yang bermutu dan bermakna,
penerbit makin banyak menerbitkan buku berkualitas dan tetap eksis di dunia
perbukuan, serta BBI makin concern terhadap dunia perbukuan di Indonesia.