Petualangan Lima Sekawan kali ini terjadi ketika mereka
sedang menginap di sebuah peternakan, tepatnya sebuah “sekolah” dimana
anak-anak diajarkan berkuda di tempat itu. Memang mungkin hanya di Inggris atau
di luar negeri kita menemukannya, karena di Indonesia rasa-rasanya tidak ada.
Jadi, di tempat ini anak-anak membayar untuk biaya penginapan sekaligus kursus
berkuda, sebuah kegiatan yang positif dalam mengisi liburan sekolah.
Berawal dari rasa penasaran anak-anak ditambah adanya kaum
kelana yang menuju kesana, anak-anak mulai menjelajahi sebuah daerah yang
dinamai Rawa Rahasia. Rawa Rahasia alias Mistery Moor ini pula yang menjadi
judul buku ketigabelas dari anak-anak keluarga Kirrin ini. Dalam petualangannya
kali ini, teman baru anak-anak dari kaum kelana diberi julukan si Ingus, nama
sebenarnya dari si ingus sendiri tidak diketahui, maklumlah, kaum kelana,
apalagi Ingus sudah tidak memiliki ibu, ia hanya memiliki seorang ayah yang
galak dan bengis. Sikap ayahnya itu terbukti dari sikapnya terhadap Clip, kuda
mereka. Si kuda yang dalam keadaan sakit terus dipaksa menarik karavan, untung
saja ada Kapten Johnson si pemilik peternakan yang mengobati Clip dan mencegah
si Ingus atau ayahnya untuk mengambilnya sebelum Clip benar-benar sembuh. Dari
peternakan sendiri, anak-anak bertemu dengan Henry dan William, serta beberapa
anak kecil lain yang belajar berkuda pula di peternakan itu. Henry dan William
sendiri telah digambarkan dalam cover buku Lima Sekawan terjemahan Indonesia
cetakan kedua yang saya baca ini. Yang menarik, Henry bukanlah nama sebenarnya.
Laiknya George yang memiliki nama asli Georgina, Henry pun memiliki nama asli
Henrietta. Selain itu, keduanya bersikap dan bergaya ala laki-laki, serta tak
mau dipanggil dengan nama asli mereka. Anehnya lagi, bukannya akur gara-gara
memiliki kesamaan gaya, keduanya justru sering cekcok karena ingin membuktikan
siapa yang sebenarnya lebih laki. Ketidakakuran ini sungguh membuat bingung
anak-anak lainnya. Inilah tokoh-tokoh yang berandil dalam petualangan kali ini,
petualangan anak-anak menjelajahi rawa rahasia.
Ketidakberesan pertama kali terjadi ketika anak-anak
berkemah di kaki bukit di dekat Rawa Rahasia. Tanpa diduga, kaum kelana
berkemah dengan karavan dekat dengan daerah anak-anak Lima Sekawan berkemah.
Yang lebih mencengangkan anak-anak ialah adanya suara pesawat terbang yang
mendekat ketika tengah malam tiba. Lebih ganjil lagi ketika anak-anak hampir
terkena barang berupa paket yang dijatuhkan oleh pesawat itu. Anak-anak yang
sudah curiga dengan kaum kelana akhirnya mengambil paket tersebut dan menemukan
isinya ialah lembaran uang yang sangat banyak. Ketika bergegas untuk kembali ke
perkemahan dan melaporkan ke polisi, tiba-tiba saja kabut turun dan membuat
anak-anak tersesat di perjalanan, anak-anak pun mulai mengalami ganasnya Rawa
Rahasia yang mitos tentangnya telah tersebar di masyarakat.
Lagi-lagi anak-anak terlibat kasus yang tidak sembarangan
dan main-main. Kasus kali ini berhubungan dengan sebuah jaringan internasional
antarnegara, yaitu dari Prancis ke Inggris. Memang, nampaknya Enid Blyton ingin
mengangkat tema kejahatan-kejahatan yang agak berat guna membuat anak-anak Lima
Sekawan ini “berguna”. Walaupun memang terlihat agak memaksakan mengingat umur
anak-anak ini masih di awal puluhan tahun. Tapi tetap, kisah anak-anak ini,
apalagi ditambah latar belakang cerita yang mengambil suasana pedesaan,
ditambah makanan-makanannya, membuat pembaca, siapapun itu, terbius dengan
ceritanya. Masih pula, umpatan-umpatan serta kata-kata kasar belum hilang dari
kisah Lima Sekawan ini, membuat kisah ini perlu diberi pemahaman lebih kepada
anak-anak yang membacanya.
Dari buku ini juga pelajaran-pelajaran baru dapat diperoleh.
Kali ini mengenai patrin, yaitu sebuah tanda yang dibuat kaum kelana guna
menandai jalan mana yang mereka ambil kepada kawanan kaum kelana lainnya.
Sebelumnya saya sangat asing dengan istilah ini, namun setelah membaca kisah
ini saya jadi mengerti apa patrin itu. Ada pula pengetahuan tentang sekolah
berkuda di Inggris sana. Seperti telah saya singgung di paragraf awal, inilah
salah satu keunggulan anak-anak di luar Indonesia, mereka berlibur sekaligus
belajar dan memahami kehidupan di pertanian, sebuah hal yang nampaknya masih
asing di Indonesia. Akhir kata, tidak sabar menunggu petualangan mereka yang
keempatbelas, dan melihat kasus serta pelajaran apalagi yang akan disuguhkan
oleh Enid Blyton.
Judul: Lima Sekawan: Rawa Rahasia
Penulis: Enid Blyton
Tebal: 208 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1954 (1st) / 1982 (read)
Rate: 4/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar