Laman

Rabu, 09 Oktober 2013

Lima Sekawan #13: Rawa Rahasia



Petualangan Lima Sekawan kali ini terjadi ketika mereka sedang menginap di sebuah peternakan, tepatnya sebuah “sekolah” dimana anak-anak diajarkan berkuda di tempat itu. Memang mungkin hanya di Inggris atau di luar negeri kita menemukannya, karena di Indonesia rasa-rasanya tidak ada. Jadi, di tempat ini anak-anak membayar untuk biaya penginapan sekaligus kursus berkuda, sebuah kegiatan yang positif dalam mengisi liburan sekolah.

Berawal dari rasa penasaran anak-anak ditambah adanya kaum kelana yang menuju kesana, anak-anak mulai menjelajahi sebuah daerah yang dinamai Rawa Rahasia. Rawa Rahasia alias Mistery Moor ini pula yang menjadi judul buku ketigabelas dari anak-anak keluarga Kirrin ini. Dalam petualangannya kali ini, teman baru anak-anak dari kaum kelana diberi julukan si Ingus, nama sebenarnya dari si ingus sendiri tidak diketahui, maklumlah, kaum kelana, apalagi Ingus sudah tidak memiliki ibu, ia hanya memiliki seorang ayah yang galak dan bengis. Sikap ayahnya itu terbukti dari sikapnya terhadap Clip, kuda mereka. Si kuda yang dalam keadaan sakit terus dipaksa menarik karavan, untung saja ada Kapten Johnson si pemilik peternakan yang mengobati Clip dan mencegah si Ingus atau ayahnya untuk mengambilnya sebelum Clip benar-benar sembuh. Dari peternakan sendiri, anak-anak bertemu dengan Henry dan William, serta beberapa anak kecil lain yang belajar berkuda pula di peternakan itu. Henry dan William sendiri telah digambarkan dalam cover buku Lima Sekawan terjemahan Indonesia cetakan kedua yang saya baca ini. Yang menarik, Henry bukanlah nama sebenarnya. Laiknya George yang memiliki nama asli Georgina, Henry pun memiliki nama asli Henrietta. Selain itu, keduanya bersikap dan bergaya ala laki-laki, serta tak mau dipanggil dengan nama asli mereka. Anehnya lagi, bukannya akur gara-gara memiliki kesamaan gaya, keduanya justru sering cekcok karena ingin membuktikan siapa yang sebenarnya lebih laki. Ketidakakuran ini sungguh membuat bingung anak-anak lainnya. Inilah tokoh-tokoh yang berandil dalam petualangan kali ini, petualangan anak-anak menjelajahi rawa rahasia.

Ketidakberesan pertama kali terjadi ketika anak-anak berkemah di kaki bukit di dekat Rawa Rahasia. Tanpa diduga, kaum kelana berkemah dengan karavan dekat dengan daerah anak-anak Lima Sekawan berkemah. Yang lebih mencengangkan anak-anak ialah adanya suara pesawat terbang yang mendekat ketika tengah malam tiba. Lebih ganjil lagi ketika anak-anak hampir terkena barang berupa paket yang dijatuhkan oleh pesawat itu. Anak-anak yang sudah curiga dengan kaum kelana akhirnya mengambil paket tersebut dan menemukan isinya ialah lembaran uang yang sangat banyak. Ketika bergegas untuk kembali ke perkemahan dan melaporkan ke polisi, tiba-tiba saja kabut turun dan membuat anak-anak tersesat di perjalanan, anak-anak pun mulai mengalami ganasnya Rawa Rahasia yang mitos tentangnya telah tersebar di masyarakat.

Lagi-lagi anak-anak terlibat kasus yang tidak sembarangan dan main-main. Kasus kali ini berhubungan dengan sebuah jaringan internasional antarnegara, yaitu dari Prancis ke Inggris. Memang, nampaknya Enid Blyton ingin mengangkat tema kejahatan-kejahatan yang agak berat guna membuat anak-anak Lima Sekawan ini “berguna”. Walaupun memang terlihat agak memaksakan mengingat umur anak-anak ini masih di awal puluhan tahun. Tapi tetap, kisah anak-anak ini, apalagi ditambah latar belakang cerita yang mengambil suasana pedesaan, ditambah makanan-makanannya, membuat pembaca, siapapun itu, terbius dengan ceritanya. Masih pula, umpatan-umpatan serta kata-kata kasar belum hilang dari kisah Lima Sekawan ini, membuat kisah ini perlu diberi pemahaman lebih kepada anak-anak yang membacanya.


Dari buku ini juga pelajaran-pelajaran baru dapat diperoleh. Kali ini mengenai patrin, yaitu sebuah tanda yang dibuat kaum kelana guna menandai jalan mana yang mereka ambil kepada kawanan kaum kelana lainnya. Sebelumnya saya sangat asing dengan istilah ini, namun setelah membaca kisah ini saya jadi mengerti apa patrin itu. Ada pula pengetahuan tentang sekolah berkuda di Inggris sana. Seperti telah saya singgung di paragraf awal, inilah salah satu keunggulan anak-anak di luar Indonesia, mereka berlibur sekaligus belajar dan memahami kehidupan di pertanian, sebuah hal yang nampaknya masih asing di Indonesia. Akhir kata, tidak sabar menunggu petualangan mereka yang keempatbelas, dan melihat kasus serta pelajaran apalagi yang akan disuguhkan oleh Enid Blyton.


Judul: Lima Sekawan: Rawa Rahasia
Penulis: Enid Blyton
Tebal: 208 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1954 (1st) / 1982 (read)
Rate: 4/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar