Siapa tak kenal dia, Roy anak orang kaya...
Ups salah, itu sih Boy, bukan Roy. Roy justru bukan seorang
yang kaya raya, untuk bekal sehari-hari saja ia bekerja sebagai penulis lepas
di sebuah majalah. Hebatnya, dari pekerjaan menulisnya tersebut Roy bisa
traveling keliling Indonesia bahkan dunia! Di buku yang saya baca ini, Balada
Si Roy: Epilog, Roy bahkan sedang berada di India. Dengan gaya backpackernya,
pembaca seolah dibawa Gola Gong untuk ikut menyelami dunia backpacker, sambil
berkelana berkeliling dunia guna melihat hal-hal apa sajakah yang terjadi di
sekeliling Roy, baik itu mengenai dunia backpackernya, hingga adat istiadat
serta tradisi yang ada di daerah yang disinggahi Roy.
Kali ini, Roy bertemu dengan tradisi Holy di India sana.
Tradisi ini pada awalnya ialah tradisi dimana pada hari itu Dewa Wisnu diagung-agungkan. Hari itu
pula menjadi holy karena menurut legenda, Shinta mengadakan persembahan
nyawanya bagi Rama (yang telah dititis oleh Dewa Wisnu) dengan menceburkan diri
pada nyala kobaran api. Hari itu juga hari dimana Shinta membuktikan dirinya
masih utuh dan suci kepada Rama. Modern ini, tradisi tersebut mulai berubah,
dimana orang-orang kini membawa-bawa Holy Water, yaitu air yang sudah diberi
pewarna untuk dicoret-coretkan ke orang lain, selain itu, ujung-ujungnya
tradisi ini seolah menjadi celah untuk para kaum homo merayakan pesta mereka
secara diam-diam.
Dunia backpacker pun tak luput dari kisah cinta. Roy, yang
sebenarnya sudah memiliki kekasih bernama Suci di Indonesia, mulai tertarik
kepada lawan jenis yang berasal dari Jerman yang bernama Ina. Entah karena
memang kesepian atau memang gara-gara benar-benar cinta, Roy mulai dekat dengan
Ina bahkan bercita-cita untuk ikut Ina ke Berlin, Jerman. Penulis menceritakan,
bahwa kisah cinta sesaat di dunia backpacker ini lazim terjadi, apalagi bagi
backpacker tunggal yang lama bertraveling kemana-mana, pasti butuh tambatan
hati guna mengisi kekosongan dan kesepian hidupnya. Roy sendiri merasa bahwa ia
telah mengkhianati Suci gara-gara hal ini, namun Roy yang dasarnya memang
bandel mencoba untuk memaklumi jalan hidupnya ini.
Ada pula cerita ringan lain tentang keseharian Roy di India,
dimana Roy memiliki seorang teman anak kecil bernama Kay. Seorang anak yang
malang yang mempunyai ayah tukang mabuk, sehingga ia dan ibunya otomatis
menjadi tulang punggung keluarga. Belum berakhir sampai situ, tak jarang
penghasilan Kay dan ibunya dirampas paksa oleh ayahnya, sebuah kenyataan pahit
yang mungkin saja masih terjadi hingga saat ini. Ada pula cerita tentang tukang
obat yang ujungnya memoroti orang-orang para penontonnya guna membeli produknya
akibat jebakan-jebakan yang mereka buat
dengan sengaja. Sekilas, kehidupan di India dan Indonesia memang tak jauh berbeda.
Epilog, sebuah akhir. Ini adalah petualangan akhir Roy
sebagai traveler dan backpacker. Sebuah keputusan sulit terpaksa Roy ambil
akibat sebuah peristiwa yang terjadi pada ibunya di Indonesia ketika Roy masih
di India. Sebuah peristiwa yang membuat Roy sadar dan mulai menata kembali kehidupannya.
Roy ini sebuah masterpiece karya Gola Gong yang banyak
menginspirasi anak-anak muda awal 90-an. Sosok Roy yang “laki banget” banyak
membuat orang terkesan dan bahkan menunggu-nunggu sebuah buku yang bertemakan
serupa, petualangan seorang lelaki laiknya Ali Topan. Karena memang patut
dicermati bahwa jarang sekali ada sebuah buku yang seperti Roy ini. Isi cerita
yang ringan dan enak dibaca apalagi ditambah kutipan-kutipan di setiap awal bab
membuat buku ini cocok bagi siapa saja terutama yang mempunyai jiwa petualang.
Ada satu hal menarik mengenai kutipan-kutipan ini. Saya sempat bingung
gara-gara banyaknya kutipan yang berasal dari Heri H. Harris, hingga akhirnya
saya menyadari bahwa Heri H. Harris ini merupakan nama asli dari Gola Gong,
cukup narsis juga pembaca yang satu ini.
Bisa dibilang, Roy, Boy dan Lupus merupakan teman satu
“angkatan”, walaupun mereka berdiri di dunia yang berbeda. Roy di dunia buku
dan laki-laki petualang, Boy di dunia film dan laki-laki idola, sedangkan Lupus
agak berbeda karena ia seorang yang mempunyai kisah-kisah kocak. Mengenai Roy
ini sendiri ada sebuah hal di buku Balada Si Roy ini yang membuat saya agak
deja vu, seolah cerita ini pernah saya baca di masa lalu, entahlah, saya merasa
buku ini familiar bagi saya. Lima bintang untuk Balada Si Roy, jadi penasaran
dengan kisah Roy lainnya.
Judul: Balada Si Roy: Epilog
Penulis: Gola Gong
Tebal: 176 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 1995
Rate: 5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar