Sebelum masuk ke dalam sebuah review tentang buku Kedai 100
Mimpi karya dari Valiant Budi, ada baiknya sejenak kita bersantai melepas lelah
dan penat dengan permainan tebak kalimat. Mudah saja, tebak, mana bahasa Sunda
mana bahasa Tagalog, pertanyaan-pertanyaan ini saya ambil dari halaman 82 buku
ini.
1. Noong nakarang ay ipinagdiwang ang karawan
2. Noong parawan aya dina lawang keur nahan papang
3. Idinagdag niya na ito ay likas na pangailangan ng isang lalaki
4. Huntu sim kuring meuni galing kitu kawas kapiting dahar beling
5. Patepang nepi kayang katinggang si engkang anu paling galing
6. Ang una kong pinagukulan ng pangsin
7. Har ari sia lamun heuay siga munding jeding
8. Tong noong aing lamun embung ditampiling
Saya haqqul yakin, yang mengerti bahasa Sunda pasti ngakak
abis baca kalimat-kalimat ini. Seperti pengalaman saya, hampir saja tak bisa
menahan tawa ketika membaca ini di angkot. Sudah tertebak mana yang bahasa
Sunda mana yang bahasa Tagalog? Saya yakin mayoritas pasti bisa menjawabnya.
Oke, kalian mungkin berpikir bahwa buku ini bercerita
tentang perjalanan atau traveling ke Filipina dengan melihat paragraf di atas,
tetapi sayang sekali, kisah buku ini bukanlah di Filipina, tetapi di Arab
Saudi. Bisa dibilang ini adalah sebuah memoar dan kisah nyata dari Valiant Budi
alias @vabyo, kisah hidupnya ketika menjadi TKI di sana, tepatnya ketika
menjadi barista merangkap tukang bersih-bersih di sebuah coffee shop bertaraf
internasional dengan “daleman” dan “kelakuan” yang sangat tidak mencerminkan
kualitas dan pelayanan internasional. Dari cover buku ini sih ketebak ya dimana
Valiant bekerja, tapi entah tebakan saya ini benar atau salah, soalnya seperti
telah saya bilang, kualitas dan pelayanannya seperti yang telah dibuka oleh
Valiant sama sekali tidak mencerminkan hal itu. Hubungan buku ini dengan
Tagalog dan Filipina ialah gara-gara banyaknya orang-orang Filipina yang
bekerja di sana. Bahkan, penulis seringkali salah mengira orang-orang Filipina
itu sebagai orang Indonesia karena kesamaan fisik dan tampang, inilah alasan
penulis membuat tebak-tebakan kalimat seperti di atas. Di samping itu,
kemiripan bahasa Sunda dan Tagalog juga menginspirasinya untuk menulis hal itu.
Bercerita dengan sudut padang orang pertama, Valiant seolah
berbicara kepada pembacanya mengenai kisahnya yang bisa dibilang tidak sesuai
harapan. Seperti judul dari buku ini, kedai yang tadinya berisikan 1001 mimpi
bagi penulis perlahan berubah menjadi neraka baginya. Angan-angannya untuk
hidup enak dan mewah di Timur Tengah berbalik 180 derajat, entah itu dari segi
pekerjaannya, lingkungannya, maupun dari faktor cuacanya. Pekerjaan yang
diperoleh Vabyo ini bermula dari impian penulis untuk traveling ke
negeri-negeri Timur Tengah yang salah satunya ialah Arab Saudi. Sambil bekerja,
Vabyo mungkin berangan-angan untuk sekalian menulis tentang dunia Timur Tengah
yang sebenarnya, bahkan mungkin juga berangan-angan untuk sekalian mendekatkan
diri kepada Tuhannya. Angan-angan tinggal angan-angan, dari segi pekerjaan
banyak hal yang tidak sesuai dengan ekspektasinya,
mulai dari atasan yang seenaknya, hingga pekerjaan yang tidak sesuai tertera
dengan kontrak. Tak pernah sebelumnya bahwa Vabyo akan berhadapan dengan sapu,
pel dan tetek bengek alat kebersihan lainnya. Di pikiran penulis, hanya membuat
kopilah tugas dan pekerjaan dari barista ini, namun ia salah. Dari segi
lingkungan, sulitnya mencari teman sebangsa dan seperjuangan membuat masa
adaptasi penulis menjadi masa-masa paling menyedihkan bagi dirinya. Untungnya,
perlahan-lahan Valiant menemukan teman-teman sebangsanya, yang setidaknya
berbahasa sama dengannya, juga senasib sepenanggungan, sehingga masa-masa
bekerja Valiant menjadi agak lebih menyenangkan dibanding sebelumnya. Apalagi,
banyak pengalaman-pengalaman seru dari teman-teman Indonesia lainnya,
pengalaman yang mencengangkan, yang tak pernah diduga akan terjadi di dunia
Arab.
Buku ini bukan untuk yang berpikiran sempit dan mainstream – Djaycoholyc, Moderator Kaskus, Rate 3 bintang
Pemuja bangsa Arab (saya pernah punya pengalaman -___- ) lebih
baik tak usah membaca buku ini, bukan apa-apa, kalau pikiran sempit dan
mainstream, pasti bakal mengira dan langsung menuding bahwa buku ini memang
sengaja untuk menjelek-jelekkan bangsa Arab (baca: Islam). Penulis pun sempat
menceritakan pengalamannya diteror pengunjung blognya ketika menulis kisahnya
ini di blognya. Bukan hanya itu, teror menjelang buku ini terbit pun banyak
terjadi. Entah, apakah itu yang dinamakan fanatisme sempit, sehingga sampai
sebegitunya menghalang-halangi kenyataan yang ingin dibeberkan secara
sebenar-benarnya.
Buku yang membawa pembaca ke alam Arab Saudi yang sesungguhnya – Agustinus Wibowo, Penulis, Rate 5 bintang
Arab Saudi bukan hanya Mekkah, Madinah, dan Jeddah. Masih
ada kota-kota lain yang tak kalah pesonanya dengan ketiga kota tersebut. Selain
pesona, kenali pula alam Arab Saudi yang bisa disebut ganas karena cuacanya
yang sangat panas ketika musim panas, dan sangat dingin ketika musim dingin. Kenali pula masyarakat Arab
Saudi yang begitu mengagungkan warga lokal dan memandang rendah bangsa asing.
Yang paling penting, kenali pula apa yang berada di balik cadar dan sorban para
penduduknya, karena seperti pepatah terkenal yang mengatakan: Don’t Judge The
Book By Its Cover. Inilah Arab Saudi yang sesungguhnya.
Bekal untuk para calon TKI yang ingin bekerja di Arab Saudi – e.c.h.a., Moderator Goodreads Indonesia, Rate 3 bintang
Yup, mungkin banyak yang seperti Vabyo yang mempunyai
angan-angan untuk bekerja di luar negeri, termasuk di Arab Saudi. Selain
banyaknya kabar-kabar miring tentang nasib para TKI yang bekerja di sana di
berita-berita sehari-hari, ada baiknya pula membaca kisah dan pengalaman para
TKI ini dari sudut pandang si TKI sendiri, salah satunya di buku ini. Karena
media, seperti kita ketahui adalah sudut pandang ketiga, dimana mereka hanya
mengabarkan berita yang ada tanpa mengetahui sebab jelas apa latar belakang
kejadian-kejadiann tersebut.
Arab undercover, bahwa sebenarnya ras pilihan itu tidak ada – Alluna, Kaskus Books Enthusiast, Rate 4 bintang
Inilah, mungkin gara-gara bangsa Arab menganggap bangsanya
adalah ras pilihan. Ras yang di sana diturunkan agama Islam, sehingga membuat
mereka menjadi terlena dan keblinger sendiri. Padahal seperti kita ketahui
bersama, bahwa derajat manusia di sisi-Nya dilihat dari iman, dan amal
perbuatannya,apa yang mau dibanggakan dari sebuah ras yang katanya pilihan
namun tidak tercerminkan dari perbuatannya sehari-hari? Semoga saja mereka
menyadari hal ini sehingga tak ada lagi kabar berita buruk mengenai nasib TKI
di Arab Saudi sana.
Salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini (2013) – Ren, Aktivis Blogger Buku Indonesia, Rate 4 bintang
Tak bisa lebih setuju daripada ini, walaupun agak telat
membaca. Sedikit typo yang ada menjadi tidak masalah ketika membaca kisah yang
menarik yang mengalir, yang diceritakan secara enak oleh Vabyo. Lima bintang
untuk buku ini.
Judul: Kedai 1001 Mimpi
Penulis: Valiant Budi
Tebal: 444 hal.
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2011
Rate: 5/5
Aku agak syok ya ada orang saudi nanya :
BalasHapus"Kamu muslim yang sholat?"
betul... gak nyangka sebegitu tingginya mereka...
Hapussebelum gw komen lebih jauh,gue mau nanya,si valiant budi sendiri dia muslim bukan?dari namanya kynya bukan
BalasHapusbukanny gue bicara SARA,dilihat dr namanya, apakah testimoni di buku diatas adalah jg non muslim?