Pernah terpikirkan mengapa tentara harus menjalani latihan
yang berat, dengan beban yang berat pula? Sebelumnya saya juga tak pernah
berpikir jauh kesana, sampai kemudian saya membaca salah satu buku yang masuk
list 1001 Books You Must Read Before You Die, sebuah buku dengan tema
peperangan, tema yang juga sesuai dengan tantangan SRC bulan Agustus 2013 dan
baca bareng buku bersama komunitas BBI. Jadi, apa jawaban pertanyaan di atas?
Sebentar, sebelumnya saya akan memperkenalkan buku yang saya baca, judul buku
tersebut adalah The Things They Carried, penulisnya ialah Tim O’Brien, beliau
merupakan alumni prajurit Amerika Serikat yang berperang di Vietnam. Perang
Vietnam, sebuah perang yang terkenal dan legendaris antara Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan, dengan ditunggangi oleh masing-masing pihak yang sok punya
kepentingan, salah satunya Amerika Serikat ini. Dari judul buku ini seolah yang
dibahas di buku dengan ketebalan 338 halaman ini hanya seputar barang-barang
yang para tentara bawa ketika berperang, tetapi sebenarnya buku ini berisi
kumpulan cerita pendek tentang perang Vietnam, tepatnya tentang hal-hal di
belakang layar yang terjadi ketika perang Vietnam, jadi buku ini tak membahas
perangnya secara membosankan, tetapi membahas hal-hal yang berada di balik
perang tersebut. Kembali ke pertanyaan di atas, jawaban dari pertanyaan ini
dapat diketahui di bab pertama buku ini. Tahu dong apa saja bawaan utama
tentara? Ya, senjata, perlengkapan perang sampai hal-hal remeh-temeh yang tak
pernah terpikirkan sebelumnya. Nah, jangan pikir senjata-senjata dan
perlengkapan perang yang dibawa itu ringan, maka disinilah perlunya latihan
berat dilakukan oleh para tentara tersebut. Jangan salah, bahkan di antara
perlengkapan-perlengkapan perang tersebut ada yang dibawa secara bergantian
oleh para tentara saking beratnya bawaan mereka tersebut. Setelah pertanyaan
tersebut terjawab, ternyata masih ada hal-hal yang dibawa oleh para tentara
tersebut, seperti disebut sebelumnya, barang-barang itu merupakan hal-hal yang
remeh-temeh bahkan konyol! Ternyata, tak hanya orang Indonesia yang memercayai
klenik, tentara Amerika pun demikian, bayangkan saja seorang tentara ada yang
membawa foto pacarnya sampai stoking kekasihnya! Bahkan, mereka menggunakan
barang-barang tersebut sebagai jimat, terdengar menarik bukan? Apabila
jimat-jimat tersebut belum cukup mencengangkan, lihat bawaan lain mereka: alkitab, makanan ringan (seperti M n M’s),
bahkan komik! Ternyata, tentara juga manusia, di balik kesangaran mereka masih
terselip kasih sayang dan kebutuhan akan hiburan.
Tidak hanya tentang seputar perang Vietnam, penulis pun
menceritakan kehidupan tentara-tentara tersebut sebelum dan pasca perang
Vietnam. Contohnya saja si penulis sendiri, ia adalah lulusan SMU yang pintar,
namun wajib militer yang diadakan oleh pemerintah mengharuskannya mengikuti
perang Vietnam ini. Padahal, di hati kecilnya, si penulis tidak mendukung
langkah Amerika ini dalam mencampuri urusan dalam negeri Vietnam. Bahkan, ia
mempunyai pemikiran yang memang masuk akal, mengapa tidak orang-orang yang
mendukung ikutcampurnya Amerika saja yang berangkat berperang, mengapa mesti
melibatkan orang-orang yang hanya ingin hidup damai guna ikut berperang,
sungguh sangat tidak masuk akal. Itu adalah salah satu contoh tulisan tentang
sebelum perang, ada pula kisah tentang hal pasca perang, bagaimana para
prajurit yang telah terbiasa hidup bergerilya dan dekat dengan maut mengalami
kebosanan ketika perang berakhir, ya, karena para prajurit ini bukan tentara
“beneran”, tak sedikit alumni perang Vietnam yang justru stres dan hidup
menggelandang setelah perang selesai, mereka tak tahu harus berbuat apa,
mengingat lapangan pekerjaan yang ada pun hanya untuk pekerjaan yang serabutan.
Di bagian ini saya melihat cermin dari atlit-atlit yang di masa mudanya membela
Indonesia namun terlunta-lunta ketika telah pensiun. Sama-sama kurang
kepedulain dari pemerintah.
Hal lain yang dibahas di buku terbitan Serambi ini ialah
bagaimana para prajurit mengusir kebosanan ketika sedang tidak berperang. Ada
sebagian tentara yang bermain lempar-lemparan bom berkekuatan rendah, ada pula
tentara yang “gila” yaitu tentara-tentara yang ber-halloween ria dengan cara
mengetuk rumah penduduk sedangkan ia bertelanjang bulat dan tak segan menjarah
isi dari rumah penduduk tersebut, sungguh absurd. Kisah-kisah tragis pun tak
luput untuk diceritakan di buku yang terbit pada tahun 1990 ini. Memang, yang
namanya perang pastinya memakan korban, tetapi tidak semua korban perang
meninggal gara-gara peperangan, contohnya saja, ada salah seorang rekan penulis
yang bernama Kiowa, ia tewas dalam lumpur yang berisikan tinja! Ceritanya
begini, pasukan Amerika memutuskan untuk berkemah di sebuah lapang yang luas,
tanpa mereka ketahui, sebenarnya lapangan itu merupakan ladang tinja bagi
penduduk Vietnam kala itu. Mungkin kalia bertanya-tanya, kok ada sih ladang
tinja? Jangan lupa, setting di buku ini yaitu pada sekitar tahun 1970-an ketika
terjadi perang Vietnam. Sebab dahulu masyarakat belum terlalu peduli pula pada
kesehatan, maka seenaknyalah lapangan tersebut dijadikan toilet umum raksasa.
Nah, lapangan yang tadinya kering kerontang, berubah menjadi lautan lumpur
(yang tentunya berisi tinja campur lumpur) ketika sialnya pada malam itu
terjadi hujan badai. Lebih sial lagi, Kiowa tertembak oleh tentara Viet Cong
tanpa bisa diselamatkan rekan-rekannya. Makin sial ketika ia malah terhisap
lumpur yang berisikan tinja tersebut dengan sukses, tanpa mampu tertolong lagi
nyawanya. Masih banyak kisah-kisah yang di luar nalar kita terutama yang awam
dengan medan peperangan di dalam buku ini, ada pula kisah tentang seorang
tentara yang berhasil mendatangkan kekasihnya ke medan perang di Vietnam ini,
luar biasa bukan? Sayangnya kisah tentara ini berakhir agak tragis karena si
wanita akhirnya ikut terjerumus dalam dunia peperangan dan menjadi wanita yang
sama sekali berbeda dari sebelumnya.
Kumpulan cerita dari Tim O’Brien ini sangat layakk masuk
list 1001 Books You Must Read Before You Die, selain membuka wawasan baru
tentang dunia peperangan, terselip juga beberapa kutipan atau petuah dari
penulis, yang intinya bahwa perang itu tidak menguntungkan siapa-siapa, hanya
akan muncul penderitaan dari sebuah peperangan. Membaca buku ini pun membuat
pembacanya seolah merasakan seperti apa medan perang sesungguhnya, dan juga
seakan ingin menerangkan kepada masyarakat banyak bahwa tentara juga manusia,
punya rasa punya hati walaupun senjata mereka pisau belati. Oh ya, satu hal
lagi, tak seperti buku-buku 1001 pada umumnya yang berat untuk dicerna, buku
ini mudah dimengerti, bahkan terjemahannya pun enak dibaca, apalagi banyak
hal-hal baru yang dapat dieksplorasi dan diketahui dari buku ini. Saya sangat
merekomendasikan buku ini untuk dibaca, baik itu pecinta militer ataupun bukan,
karena menurut saya buku ini sangat layak mendapatkan bintang lima.
NB: kisah ini merupakan kisah fiksi yang terinspirasi dari
kejadian-kejadian non fiksi yang terjadi pada perang Vietnam di tahun 1957
sampai tahun 1975.
Judul: The Things They Carried
Penulis: Tim O'Brien
Penerbit: Serambi
Tebal: 338 hal.
Tahun Terbit: 1990 (1st) / 2008 (terjemahan)
Rate: 5/5
terjemahannya bagus nggak puh?
BalasHapusBagus puh, ga ada kata2 yg ganjel kok menurut saya mah
BalasHapus