Apabila lukisan pertama dan kedua di dalam hidupmu tidak
begitu indah, segeralah beranjak dan mulai melukis kembali lukisan ketiga,
keempat dan seterusnya, hingga lukisan itu menjadi bermakna, indah, dan penuh
dengan kebahagiaan.
Ini tentunya merupakan sebuah kiasan. Lukisan disini merujuk
kepada kehidupan dan lembaran yang diwarnai cinta pada diri Natasya, si tokoh
utama dalam buku karya Rina Suryakusuma ini. Dua lukisan pertama Natasya hancur
berkeping-keping, lukisan pertamanya memang bukan cinta antar sepasang kekasih,
tetapi cinta terhadap ayah terhadap anaknya. Ya, Natasya sejak berusia sepuluh
tahun telah menjadi anak yang broken home. Ayahnya pergi begitu saja dengan
wanita lain, meninggalkan Natasya dengan adik dan ibunya. Tanpa belas kasihan, si
ayah melupakan begitu saja keluarga lamanya, terkekang oleh cinta barunya
dengan seorang wanita lain. Lukisan kedua Natasya berupa cinta sepasang
kekasih. Cinta ini pun berujung kekecewaan bagi dirinya, Edward, sang kekasih
hati berpaling dan memutuskan Natasya hanya untuk berhubungan dan berpacaran
dengan Dwina, sahabat dari Natasya sendiri. Di buku inilah Natasya harus move
on, dan memulai lukisan barunya...
Cerita berawal dari kenekatan Natasya dan sahabatnya untuk
melamar menjadi Corissa Girl, yaitu seorang pramugari di maskapai penerbangan
Corissa Airlines. Langkah ini diambil Natasya sebagai pelariannya dari Edward,
untuk melupakan Edward yang telah mengkhianatinya. Tanpa diduga, kenekatan dan
keisengan Natasya berujung manis, dirinya diterima bekerja menjadi seorang
pramugari dan harus tinggal di Colorado, Amerika Serikat, demi profesi barunya
ini.
Sangat menarik membaca cerita dengan sudut pandang dan latar
belakang baru yaitu di dalam dunia kepramugarian. Bagaimana tes yang harus
dilakukan Natasya, kepribadian yang harus selalu ceria ketika menjadi
pramugari, serta syarat-syarat ketat lainnya untuk dapat menjadi pramugari yang
memenuhi kualifikasi, yang diantaranya ialah harus melakukan simulasi ketika
pesawat akan mengalami kecelakaan, dimana pramugari harus menjadi orang
terakhir ketika aksi evakuasi dilakukan dan harus semaksimal mungkin menekan
rasa takutnya demi menjadi seorang pramugari yang baik. Di dalam cerita ini
juga seolah pembaca diingatkan, bahwa pramugari merupakan manusia biasa yang mempunyai
emosi tersendiri dan seolah hanya menjalani tugasnya yang penuh senyuman demi
tuntutan profesinya. Bayangkan saja, dalam situasi apapun pramugari yang baik
harus tetap tersenyum dan profesional, tak peduli apa yang sedang dirasakannya
di dalam hati kecilnya.
Sambil mejalani profesinya ini, perlahan lukisan ketiga dan
keempat Natasya mulai digoreskan. Dengan pilot Corissa dan dengan seorang
penumpang tengil yang sama-sama berasal dari Amerika Serikat. Tentunya tidak
mudah menjalani kisah cinta sementara kehidupan Natasya sebagai pramugari
kebanyakan dihabiskan di udara. Disinilah tantangan dan ujian Natasya
sebenarnya dalam pencarian cinta sejati dan pembuatan lukisan yang sempurna.
Cerita cinta yang ditulis di buku ini mungkin terkesan agak
picisan dan penuh dengan kepahitan yang bertubi-tubi menimpa Natasya. Namun
begitu, lumayan banyak filosofi dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah
cinta pahit yang terjadi disini. Salah satu pelajaran yang cukup dalam dan
dapat diambil hikmahnya yaitu tentang lukisan pertama Natasya dengan ayahnya.
Bagaimana langkah yang diambil ketika sang ibu mengetahui bahwa ayah Natasya
selingkuh merupakan hal menarik yang dapat dipetik sebagai pelajaran. Di dalam
buku, diceritakan bagaimana si ibu langsung menutup pintu hati ketika si ayah
ketahuan selingkuh. Si ibu seakan tidak memikirkan hal lainnya dan hanya
mengambil langkah yang sesuai egonya, yaitu tidak memaafkan suaminya. Si ibu
tidak berpikiran jauh ke depan, bahwa akan ada yang dikorbankan gara-gara sifat
egoisnya itu, yaitu anak-anak mereka, alias Natasya dan adiknya. Untungnya, si
ibu akhirnya sadar walaupun terlambat untuk mendapatkan suaminya kembali.
Setidaknya, si ibu tidak membiarkan Natasya dan adiknya menyimpan dendam yang
lebih dalam terhadap ayahnya, karena bagaimanapun, ayah tetaplah ayah bagi
mereka.
Dari segi cerita, tema dan topik yang diangkat penulis
sungguh sangat menarik dan ringan untuk
dibaca. Hanya sayangnya, terlalu bebasnya pergaulan yang terjadi menjadikan
buku ini saya rasa terlalu terbuka. Atau apa ini yang menjadi khas dari genre
Amore ini ya? Kehidupan modern dan metropolitan yang sebelumnya kita kenal di
dalam genre metropop berubah haluan menjadi Amore ketika ditambahkan
adegan-adegan seks di luar nikah serta hubungan cinta antara orang Indonesia
dengan orang bule. Inilah yang saya tangkap dari dua buku Amore yang telah saya
baca. Pada akhirnya, alasan terakhir inilah yang membuat saya tidak memberikan
rate sempurna terhadap buku ini.
Judul: Lukisan Keempat
Penulis: Rina Suryakusuma
Tebal: 224 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rate: 4/5
puh dani...
BalasHapusIya puh?
Hapus