Laman

Minggu, 17 Februari 2013

Berhenti Bersikap Egois, Please!




Apabila lukisan pertama dan kedua di dalam hidupmu tidak begitu indah, segeralah beranjak dan mulai melukis kembali lukisan ketiga, keempat dan seterusnya, hingga lukisan itu menjadi bermakna, indah, dan penuh dengan kebahagiaan.

Ini tentunya merupakan sebuah kiasan. Lukisan disini merujuk kepada kehidupan dan lembaran yang diwarnai cinta pada diri Natasya, si tokoh utama dalam buku karya Rina Suryakusuma ini. Dua lukisan pertama Natasya hancur berkeping-keping, lukisan pertamanya memang bukan cinta antar sepasang kekasih, tetapi cinta terhadap ayah terhadap anaknya. Ya, Natasya sejak berusia sepuluh tahun telah menjadi anak yang broken home. Ayahnya pergi begitu saja dengan wanita lain, meninggalkan Natasya dengan adik dan ibunya. Tanpa belas kasihan, si ayah melupakan begitu saja keluarga lamanya, terkekang oleh cinta barunya dengan seorang wanita lain. Lukisan kedua Natasya berupa cinta sepasang kekasih. Cinta ini pun berujung kekecewaan bagi dirinya, Edward, sang kekasih hati berpaling dan memutuskan Natasya hanya untuk berhubungan dan berpacaran dengan Dwina, sahabat dari Natasya sendiri. Di buku inilah Natasya harus move on, dan memulai lukisan barunya...

Cerita berawal dari kenekatan Natasya dan sahabatnya untuk melamar menjadi Corissa Girl, yaitu seorang pramugari di maskapai penerbangan Corissa Airlines. Langkah ini diambil Natasya sebagai pelariannya dari Edward, untuk melupakan Edward yang telah mengkhianatinya. Tanpa diduga, kenekatan dan keisengan Natasya berujung manis, dirinya diterima bekerja menjadi seorang pramugari dan harus tinggal di Colorado, Amerika Serikat, demi profesi barunya ini.

Sangat menarik membaca cerita dengan sudut pandang dan latar belakang baru yaitu di dalam dunia kepramugarian. Bagaimana tes yang harus dilakukan Natasya, kepribadian yang harus selalu ceria ketika menjadi pramugari, serta syarat-syarat ketat lainnya untuk dapat menjadi pramugari yang memenuhi kualifikasi, yang diantaranya ialah harus melakukan simulasi ketika pesawat akan mengalami kecelakaan, dimana pramugari harus menjadi orang terakhir ketika aksi evakuasi dilakukan dan harus semaksimal mungkin menekan rasa takutnya demi menjadi seorang pramugari yang baik. Di dalam cerita ini juga seolah pembaca diingatkan, bahwa pramugari merupakan manusia biasa yang mempunyai emosi tersendiri dan seolah hanya menjalani tugasnya yang penuh senyuman demi tuntutan profesinya. Bayangkan saja, dalam situasi apapun pramugari yang baik harus tetap tersenyum dan profesional, tak peduli apa yang sedang dirasakannya di dalam hati kecilnya.

Sambil mejalani profesinya ini, perlahan lukisan ketiga dan keempat Natasya mulai digoreskan. Dengan pilot Corissa dan dengan seorang penumpang tengil yang sama-sama berasal dari Amerika Serikat. Tentunya tidak mudah menjalani kisah cinta sementara kehidupan Natasya sebagai pramugari kebanyakan dihabiskan di udara. Disinilah tantangan dan ujian Natasya sebenarnya dalam pencarian cinta sejati dan pembuatan lukisan yang sempurna.

Cerita cinta yang ditulis di buku ini mungkin terkesan agak picisan dan penuh dengan kepahitan yang bertubi-tubi menimpa Natasya. Namun begitu, lumayan banyak filosofi dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah cinta pahit yang terjadi disini. Salah satu pelajaran yang cukup dalam dan dapat diambil hikmahnya yaitu tentang lukisan pertama Natasya dengan ayahnya. Bagaimana langkah yang diambil ketika sang ibu mengetahui bahwa ayah Natasya selingkuh merupakan hal menarik yang dapat dipetik sebagai pelajaran. Di dalam buku, diceritakan bagaimana si ibu langsung menutup pintu hati ketika si ayah ketahuan selingkuh. Si ibu seakan tidak memikirkan hal lainnya dan hanya mengambil langkah yang sesuai egonya, yaitu tidak memaafkan suaminya. Si ibu tidak berpikiran jauh ke depan, bahwa akan ada yang dikorbankan gara-gara sifat egoisnya itu, yaitu anak-anak mereka, alias Natasya dan adiknya. Untungnya, si ibu akhirnya sadar walaupun terlambat untuk mendapatkan suaminya kembali. Setidaknya, si ibu tidak membiarkan Natasya dan adiknya menyimpan dendam yang lebih dalam terhadap ayahnya, karena bagaimanapun, ayah tetaplah ayah bagi mereka.

Dari segi cerita, tema dan topik yang diangkat penulis sungguh sangat menarik dan ringan  untuk dibaca. Hanya sayangnya, terlalu bebasnya pergaulan yang terjadi menjadikan buku ini saya rasa terlalu terbuka. Atau apa ini yang menjadi khas dari genre Amore ini ya? Kehidupan modern dan metropolitan yang sebelumnya kita kenal di dalam genre metropop berubah haluan menjadi Amore ketika ditambahkan adegan-adegan seks di luar nikah serta hubungan cinta antara orang Indonesia dengan orang bule. Inilah yang saya tangkap dari dua buku Amore yang telah saya baca. Pada akhirnya, alasan terakhir inilah yang membuat saya tidak memberikan rate sempurna terhadap buku ini.


Judul: Lukisan Keempat
Penulis: Rina Suryakusuma
Tebal: 224 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rate: 4/5

2 komentar: