Laman

Senin, 24 September 2012

Siapa Meniru Siapa?




Setelah Kudo, Hattori dan Kindaichi, Jepang kembali menelurkan seorang detektif muda amatir berbakat. Kiyoshi Mitarai, seorang astrolog dan peramal, adalah nama dari detektif tersebut. Mitarai kali ini bersama his-dr.Watson berusaha mengungkap kasus pembunuhan yang terjadi sekitar 40 tahun lalu, sekitar tahun 1930-an, sebuah kasus pembunuhan yang terkenal dengan nama Pembunuhan Zodiak Tokyo. Berbeda dengan detektif-detektif di atas, Mitarai ini muncul dalam bentuk novel, bukan komik, sehingga dibutuhkan nalar dan imajinasi untuk menggambarkan apa yang sedang diceritakan di buku ini. Untungnya, ada beberapa ilustrasi yang si penulis sertakan di buku ini, sehingga sedikit memberikan gambaran kepada para pembacanya, terutama pembaca dengan otak lemah seperti saya.

Kisah diawali dengan sebuah “surat wasiat” dari Heikichi Umezawa. Surat itu berisi obsesi dan minat Heikichi terhadap ilmu astrologi dan yang paling utama terhadap dunia pembuatan manekin. Celakanya, ia justru terobsesi membuat manekin dari potongan-potongan tubuh manusia asli. Kebetulan persyaratan manusia yang dibutuhkan untuk membuat manekin yang diinginkannya sangat sesuai dengan karakter dan zodiak-zodiak dari keenam putrinya yang masih perawan. Di surat itu pun diceritakan bagaimana cara membunuh, bagian tubuh apa saja yang dibutuhkan dari tiap orang tersebut, sampai petunjuk tatacara penguburannya. Surat wasiat inilah yang menarik perhatian Mitarai untuk memecahkannya. Karena selama lebih dari 40 tahun kasus ini bergulir, belum ada kesimpulan yang pasti, siapakah tersangka sebenarnya, dan apa motifnya.

Pengungkapan kasus ini membawa Mitarai dan “asistennya” dalam penyelidikan yang mendetail. Apalagi muncul Mrs. Iida, beliau membawakan sepucuk surat wasiat juga dari ayahnya, yang isinya masih berkaitan dengan kasus pembunuhan berantai ini, dan menjadi kunci dari kasus ini, karena polisi serta orang-orang yang telah menyelidiki kasus ini sebelumnya sama sekali tidak mengetahui fakta baru yang terdapat dalam surat wasiat ini. Penyelidikan pun berlanjut hingga kota Kyoto, menyelidiki masa lalu Heikichi, menemui patung azoth di sebuah museum, hingga akhirnya kasus ini dapat terungkap oleh sebuah peristiwa tidak sengaja, yaitu gara-gara uang robek yang disambung dengan perekat. Akhirnya, si pembunuh pun diketahui, namun kasus yang sudah kadaluarsa, membuat Mitarai tidak bisa bertindak apa-apa, selain mengagumi tindak tanduk si pelaku yang dapat dengan bebas lepas dari tindakan hukum.

***

Banyak yang bilang kasus ini mirip dengan kasus di komik detektif Kindaichi yang berjudul Mummy’s Curse. Yap, kita sebagai orang Indonesia mungkin saja mengenal duluan kasus ini melalui Kindaichi, namun yang peru diingat adalah terbitnya buku ini yang lebih dahulu dibanding kasus Mummy’s Curse yang muncul tahun 1993. Di wikipedia sendiri disebutkan buku ini pertama terbit sekitar tahun 1979, makanya setting dari buku ini sekitar tahun 1970-an. Jadi siapa meniru siapa harus lebih dipertanyakan lagi.

Cerita buku ini sendiri sangat mendetail, di awal saja suguhan surat wasiat Heikichi Umezawa sangat detail. Mulai dari zodiak, planet yang menyertainya, hingga karakter-karakternya. Jalan ceritanya sendiri mengalir, dengan sudut pandang aku yaitu seorang Ishioka, “asisten”-nya Mitarai. Fakta-fakta dan petunjuk banyak diberikan di awal-awal bagian buku ini. Bahkan menariknya, si penulis, Soji Shimada, sampai menyelak di tengah-tengah buku, menantang para pembaca untuk menebak siapakah pelaku yang sebenarnya berdasarkan petunjuk dan fakta yang diberikan. Well, saya berhasil menebaknya, karena kasus ini seperti telah disinggung di atas, telah begitu familiar karena pernah diceritakan di komik detektif Kindaichi. Namun motif si tersangka sendiri sunggu sangat sulit ditebak apabila kita melewatkan “sesuatu” hal yang penting untuk diperhatikan di awal buku dan di gambar yang diberikan.

Buku ini layak dikoleksi oleh para penggemar buku bergenre detektif, walaupun agaknya para penggemar Kindaichi bisa jadi agak kecewa dengan buku ini. Namun, penggambaran detail yang disuguhkan oleh penulis bisa sedikit menjadi penghibur bagi pembaca yang sudah membaca kasus ini sebelumnya. Jangan lupa juga untuk berimajinasi, jangan bawa tahun-tahun kelahiran dan terjadinya kasus ini serta setting tahun di buku ini. Imajinasikan pikiran kita dengan menganggap kita hidup di masa lampau atau mereka yang hidup di masa kini, agar jangan sampai yang ada di benak kita justru adalah bukan perempuan-perempuan muda yang menjadi korban pembunuhan, melainkan orang-orang jaman dahulu yang hidup di awal abad ke 20. Jadi kesimpulannya, saya berikan bintang 4 untuk buku ini.


Judul: The Tokyo Zodiac Murder
Penulis: Soji Shimada
Tebal: 360 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 28 Juni 2012
Rate: 4/5

2 komentar:

  1. pengen baca reviewnya tapi takut spoiler... soalnya ada rencana baca buku ini :D #komenajadulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa....aku juga ngerasa mirip kasusnya Kindaichi. Cuma di kindaichi, karena ada gambar, jadi lebih seru

      Hapus