Seorang gadis cilik yang tidak menyukai buku (yang hanya
berisikan tulisan, tanpa gambar), melihat hal ganjil ketika sedang menemani
kakaknya di bank. Hal ganjil tersebut ialah seekor kelinci yang tidak biasa. Kelinci
ini bisa berbicara dan memegang arloji! Rasa ingin tahu gadis cilik ini
membawanya ke dalam dunia yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Wonderland,
sebuah negeri ajaib. Sudah bisa menebak siapa gadis cilik ini? Ya, dia adalah
Alice.
Hari itu Alice sungguh mengalami hari yang sangat tidak
biasa. Awal mula saja ia sudah terjebak dengan sebuah botol yang bertuliskan “drink
me”. Naasnya, cairan di dalam botol itu malah membuatnya mengecil. Untung saja,
ada sebuah kue kecil yang bertuliskan “eat me”. Kue ini membuatnya membesar
kembali, tetapi tidak menjadi ukuran normal seperti sedia kala. Ya, Alice sudah
berada di dalam Wonderland, gara-gara ia mengikuti kelinci aneh tadi masuk ke
dalam lubang di dalam tanah.
Petualangan Alice di dunia ajaib pun dimulai. Dunia ini
benar-benar ajaib. Dia bertemu dengan berbagai macam hewan-hewan aneh dan unik
yang bisa beraktivitas layaknya manusia. Mulai dari seekor tikus yang bisa
berbicara, burung dodo, seekor ulat yang sedang menghisap shisha, hingga
prajurit-prajurit yang mempunyai tubuh selembar kartu remi. Belom lagi
kejadian-kejadian yang tidak terduga yang ia alami, seperti dijamu minum teh
dalam perjamuan yang sedikit gila, sampai berbalap lari dengan hewan-hewan
tadi. Ada juga ikan dan katak yang berkaki manusia, hingga seekor kucing yang
gemar nyengir.
***
Siapa yang tidak mengenal Alice? Tokoh ini populer berkat
serial kartun adaptasi yang dibuat oleh disney. Namun sayangnya, saya merasa
dibuatnya buku ini menjadi tokoh kartun untuk menjadi konsumsi anak-anak
terkesan salah kaprah. Sebabnya, buku ini bukan untuk anak-anak, banyak hal-hal
negatif yang anak-anak dapat tiru dari buku ini, yang tentunya bisa berakibat
kurang baik terhadap mereka. Alice ini dikenal luas sebagai gadis cilik dengan
baju dan rok terusan berwarna biru muda, dan memang di bukunya sendiri terdapat
bermacam-macam ilustrasi yang menyenangkan, sehingga kenapa buku ini bisa
dianggap buku anak-anak dapat dipahami alasannya.
Cerita Alice ini dibuat pada tahun 1865 oleh Lewis Carroll. Imajinasi
Carroll tentang dunia ajaib sungguh sangat luar biasa menurut saya. Bayangkan saja,
tahun segitu sudah terbayangkan binatang-binatang berkaki manusia, bahkan
imajinasi tentang binatang-binatang yang berkelakuan seperti manusia saja sudah
saya anggap gila. Mungkin di alam sana Carroll bisa tersenyum melihat
sosok-sosok imajinasinya berhasil dituangkan ke dalam dunia layar kaca dengan
begitu indah oleh Disney.
Buku ini terbagi menjadi 12 bab utama. Dimana tiap bab-nya
berkaitan satu sama lain, tetapi dengan tema-tema utama pada masing-masing
bab-nya. Seperti bab 5, “Advice from Caterpillar”. Bab ini berisi cerita
tentang Alice yang berhadapan dengan seekor ulat yang merokok menghisap shisha.
Si ulat ini merupakan seekor ulat yang bisa dikatakan bijak. Dia memberi Alice
nasihat tentang bagaimana caranya untuk berubah wujud jadi kecil atau besar. Tentang
hal-hal yang besar-kecil ini dibahas pula di wikipedia, dimana disana dikatakan
bahwa Carroll menulis bab ini dalam keadaan sedang migrain dan epilepsi, sehingga
disebutkan bahwa dalam imajinasinya, benda-benda seolah membesar dan mengecil. Kejadian
ini bahkan dijadikan nama penyakit, yaitu sindrom Alice in Wonderland, dimana
sindrom ini terjadi pada anak kecil yang mengalami gangguan saraf, sehingga
seolah-olah benda-benda yang dilihat oleh seorang anak kecil cenderung membesar
dan mengecil. Hal di bab ini pula yang membuat buku ini tidak layak
dikategorikan buku anak-anak. Bayangkan saja, seekor ulat yang sedang menghisap
shisha (atau merokok), tentunya hal ini bukanlah hal yang patut dicontoh.
Ada satu hal lagi yang sangat utama mengapa buku ini bukan
buat anak-anak. Hal itu merupakan rasa ingin tahu Alice yang begitu besar. Kalau
istilah zaman sekarangnya, Alice itu terlalu kepo. Tidak mungkin Alice masuk ke
dunia ajaib kalau dia tidak kepo terhadap si kelinci ajaib. Juga kebiasaan
kepo-nya ini berdampak pada mulut Alice yang tidak bisa diam ketika orang (atau
hewan?) lain sedang berbicara, bawaannya si Alice ini ingin menyela terus
pembicaraan yang sedang dilakukan orang lain. Ada satu kejadian lucu yang
membuat saya terpingkal membaca buku ini, masih tentang sifat kepo si Alice
ini. Pada halaman 65, ketika Alice sedang mendengarkan cerita dari seekor
kura-kura jadi-jadian (mock turtle), si kura-kura ini sangat lama mengambil
jeda antar kalimatnya, dan ini sangat membuat Alice tidak tahan untuk tidak
kepo, kutipannya adalah:
“Once,” said the Mock Turtle at last, with a deep sigh, “I was a real
Turtle.”
These
words were followed by a very long silence, broken only by an occasional
exclamation of “Hjckrrh!” from the Gryphon, and the constant heavy sobbing of
the Mock Turtle. Alice was very nearly getting up and saying “Thank you, Sir,
for your interisting story,” but she couldn’t help thinking there must be more
to come, so she sat still and said nothing.
Untung saja disini Alice berhasil menahan kepo-nya, kalau
tidak, mungkin bakal terjadi hal yang tidak menyenangkan terhadap Alice. Nah,
sifat kepo ini juga yang membuat buku ini tidak direkomendasikan untuk
anak-anak. Bayangkan jika ada anak kecil yang menyela perbincangan orang lain.
Buku ini sangat tipis. Saya membaca edisi yang berjumlah 86
halaman, namun itu pun tidak full tulisan (hal ini mungkin mengikuti keinginan
si Alice yang tidak suka buku yang full tulisan), tetapi ada
ilustrasi-ilustrasi asli yang dibuat oleh Sir John Tenniel, puisi-puisi, dan
(yang paling unik) ada kata-kata di buku ini yang membentuk ekor tikus ketika
Alice sedang mendengarkan kisah yang panjang dan sedih dari si tikus (the mouse’s
long and sad tale). Hal ini menurut saya merupakan hal yang menjadikan buku ini
nyaman untuk dibaca. Apalagi, kisah di buku yang masuk list 1001 Buku yang
Wajib Dibaca Sebelum Wafat ini cenderung membingungkan, dan membuat otak
sedikit berkerut dalam menangkap maksud dari tulisan yang dibuat oleh Lewis
Carroll ini. Hal yang paling mengecewakan di buku ini hanya satu, ending dari
buku ini yang ternyata hanya begitu saja. Seakan ending buku ini menjadi
antiklimaks dari kisah-kisah Alice di negeri ajaib ini. Satu hal, buku ini
sangat layak untuk dibaca dan masuk list 1001, mengingat sudah sebegitu
terkenalnya tokoh Alice, dan untuk menghilangkan salah kaprah selama ini. Yah,
setidaknya di rak toko buku, jangan sampai buku ini ada di bagian buku anak. Maka
dari itu, baca dulu, dan simpulkan, apakah ini buku untuk anak apa bukan.
The Mouse's Tale
Last, saya memberi bintang 3 untuk buku ini. Walaupun hanya
tiga, tetapi wajib untuk dibaca.
Judul: Alice's Adventure in Wonderland
Penulis: Lewis Carroll
Ilustrator: Sir John Tenniel
Penerbit: Dover
Tahun Terbit: 1993
Teabl: 86 hal.
Rate: 3/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar