Ah, sebenarnya tema buku ini menyenangkan, buku, buku, dan
hanya buku. Segala jenis buku-buku terkenal disebutkan disini, karena ya, ini
memang kisah nyata. Kisah nyata “perang” antara John Gilkey dan Ken Sanders. Dua-duanya
pecinta buku, dua-duanya kolektor buku. Bedanya, Sanders merupakan pemilik toko
buku langka, sementara Gilkey merupakan seseorang yang sangat terobsesi oleh
buku, dan satu-satunya cara dia untuk memenuhi kehausannya akan buku yaitu
dengan cara mencurinya. Sayangnya, entah kenapa buku ini sangat berat untuk
dibaca. Kurang menarik cara si penulis menyampaikan ceritanya, saya merasa
bosan ketika membacanya. Sayang sekali.
Jadi kisahnya seperti disebutkan di atas ialah antara dua
orang yang saling berseteru di dunia buku. Yang satu merupakan pemilik toko
buku langka, dimana tokonya itu menjadi sasaran pencurian oleh Gilkey. Obsesi Gilkey
terhadap buku ini tidak main-main. Sungguh sangat mencengangkan melihat dunia
luar negeri sana (terutama Amerika seperti di buku ini), bahwa buku tidak hanya
untuk dibaca dan dikoleksi secara sembarangan. Namun yang dicari adalah BUKU
LANGKA EDISI PERTAMA. Bayangkan, obsesi itulah yang bersemayam dalam diri
Gilkey. Harga-harga buku langka ini pun tidak main-main, sampai puluhan ribu
dolar! Disinilah masalahnya, Gilkey bukanlah orang kaya, dia hanya pegawai
biasa, sampai suatu saat dia bekerja di bagian aplikasi kartu kredit, dan dia melihat
celah dalam pekerjaan ini, yaitu menggunakan kartu kredit orang lain untuk belanja
buku-buku yang diinginkannya. Oleh sebab itu, gara-gara aksinya ini, Gilkey
disebut sebagai pencuri buku.
Sepanjang buku, yang diceritakan ialah kisah wawancara si
penulis buku dengan orang-orang yang terlibat dalam kasus pencurian yang
dilakukan Gilkey. Bahkan paling banyak sumber dari wawancara dengan Gilkey itu
sendiri. Tentang obsesinya, bahkan cara dia mencuri dan mendapatkan uang pun
diceritakan blak-blakan dalam buku ini. Bagaimana trik-trik yang dilakukan
Gilkey dalam mendapatkan buku yang diinginkannya, semua tertuang disini.
Sangat mencengangkan membaca buku ini. Dimana sangat banyak
kolektor buku yang bercita-cita untuk mendapatkan buku edisi pertama untuk
dikoleksi. Bahkan biasanya, buku-buku edisi pertama ini ditemukan sebagai harta
karun dalam pasar-pasar barang bekas, sungguh sangat tidak terduga. Nah, saya
bertanya-tanya, di Indonesia kira-kira seperti ini gak ya? Ada gak ya kolektor
di Indonesia yang sampai segitunya, rela mengeluarkan uang demi buku terbitan
pertama. Atau bahkan pertanyaan simpel saja, ada gak pedagang buku langka di
Indonesia seperti milik Ken Sanders? Coba googling deh, nanti pasti ketemu link
toko buku langkanya beliau. Namun ya itu, sayangnya saya kurang menikmati buku
ini. Ada sesuatu yang mengganjal yang membuat buku ini tidak enak untuk dibaca,
saya sampai menganggap buku ini overrated, karena dahulu saya sangat ingin
membaca buku ini. Apalagi, footnote di buku ini dikumpulkan di bagian belakang
buku, sehingga menyulitkan untuk mengetahui keterangan dari footnote tersebut.
Well, mohon maaf, saya cuma bisa memberi 2 bintang, walaupun
saya tetap menyarankan kalau buku ini harus dibaca oleh para pecinta buku. Tetapi jangan mengharapkan buku ini seperti
novel pada umumnya, karena anda akan merasakan sama seperti saya, merasa buku
ini overrated apabila dianggap sebagai novel.
Penerbit: Alvabet
Tebal: 300 hal.
Terbit: April 2010
Rate: 2/5
punyaku masih dipinjam
BalasHapusini juga pinjem mas :D
BalasHapusnot my cup of coffee *puasa*
aku juga sempat merasa bosan.. karena sejujurnya ini bukan novel, tapi semacam jurnal atau memoar gitu kan yah.. makanya rada bosen. meskipun demikian, buku ini worth buat dibaca, soalnya jadi tahu macam2 buku langka :)
BalasHapushihihi, sama ternyata.
BalasHapusyup, bukunya memang worth banget buat dibaca, tapi cara berceritanya yang kurang menurut saya :D