Laman

Jumat, 03 Agustus 2012

Gak Serem-serem Amat Sih...


Syereeeemmm...

Saya baca versi ebook  nih, guna memenuhi tantangan pribadi. Ya, namanya juga Lupus, lumayan bisa bikin ngakak, minimal senyum-senyum lah, tapi tetep aja lucu. Judul buku ini terinspirasi dari cerita tentang Drakuli, teman Lulu yang jago kimia. Drakuli ini tinggal di tanah pekuburan, sebabnya, sang ayah adalah pemilik tanah yang disewakan untuk dijadikan makam. Nah, unsur seramnya ini yaitu ketika Lupus diminta Lulu untuk mengantarkan ke rumah Drakuli guna memberikan surat dari sekolah. Lupus yang mau gara-gara disogok uang jajan pun akhirnya terpaksa menuruti keinginan Lulu, walaupun gosip tentang tangan buntung yang mengetuk pintu masih hangat-hangatnya beredar di kompleks Lupus.

Cerita di buku ini tidak hanya seputar Drakuli. Maka dari itu saya berpendapat bahwa ini merupakan cerpen dari Lupus. Dan memang tipikal Hilman (yang saya tangkap dari buku-buku Lupus yang telah saya baca), tidak menyajikan suatu buku dengan jalan cerita dengan hanya satu tema, tapi berbeda-beda tema dan cerita di setiap judulnya. Ada cerita tentang kelas Lupus yang sangat indah (katanya), yang tidak bisa dipertahankan lebih lanjut gara-gara kepsek keukeuh mengadakan penggusuran demi pengadaan dan pembesaran lahan parkir sekolah. Ada juga cerita tentang perjalanan Lupus cs ke Yogya dalam rangka mengisi liburan sekolah, rencana untuk menginap di rumah kawannya Anto akhirnya harus buyar secara sia-sia.

Yang istimewa dari buku ini, Lupus bertemu dengan salah satu karakter ciptaan Hilman juga yang akhirnya dibuat buku sendiri. Mungkin mudah ditebak ya, clue-nya adalah: dia seorang penyiar radio. Namun sayang, kebersamaan dan pertemuan Lupus dengan tokoh ini hanya sebentar dan terkesan mengambang. Bisa dibayangkan kocak dan gilanya kalau dua tokoh ini benar-benar dikolaborasikan di dalam sebuah cerita.

Akhirnya, bagi para pecinta Lupus.  Buku ini mungkin bisa menjadi hiburan di kala bulan puasa seperti ini. Dengan lawakan jaman dulu yang walaupun agak garing dan maksa, tapi tetap bisa membuat senyum. Juga mengingatkan ke jaman dahulu kala, dimana teknologi belum seperti sekarang, sehingga menulis pun harus menggunakan mesin tik, serta kenalan pun harus dengan surat-suratan. Satu hal lagi, mungkin agak bingung dengan nilai tukar di buku ini, dimana limapuluh perak masih laku disini, sehingga butuh penyesuaian apabila nantinya akan diterbitkan ulang.

So, saya beri rate 4 dari 5 bintang untuk buku ini, saya rekomendasikan untuk kalian yang mencari bacaan yang amat sangat ringan dan ingin bernostalgia.


Judul: Lupus: Ih, Syereeem!
Penulis: Hilman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Juli 1990
Tebal: 123 hal.
Rate: 4/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar