30 Desember 2011, Pulau Belitung, Bangka Belitung, pukul
23.00 WIB.
Tiga orang sahabat asal Jakarta yang sedang berlibur ke
tanah Laskar Pelangi di Pulau Belitung, sedang merencanakan liburan lanjutan di
sebuah pulau eksotis bernama Pulau Lengkuas.
“Nah, jadi kita berangkat kesana besok pagi pukul 04.00,
tenang saja, aku telah berhasil menyewa kapal dari seorang penduduk,” Winky
sang pemimpin tak resmi kelompok itu mencanangkan rencana mereka untuk esok
hari.
“Tapi Win, bukankah akhir tahun ini biasanya ombaknya tidak
bersahabat dan sering hujan, kamu yakin aman?” Sammy yang paling penakut
diantara ketiga orang tersebut mulai khawatir.
“Alah, pengecut amat kamu Sam, sedari dua hari yang lalu
kita mendarat disini, tidak aja hujan bukan? Sudah, kamu ikut saja, tidak bakal
ada apa-apa kok.” Orang ketiga, Derry, turut mendukung rencana Winky.
“Aku setuju dengan Derry, dan aku yakin semua bakal aman,
jadi kamu tenang saja Sam.” Winky meyakinkan lagi.
“Tapi...” Sammy membantah.
“Tidak ada tapi-tapian!” Sahut Derry dan Winky berbarengan.
31 Desember 2011,
Pulau Lengkuas, Bangka Belitung, pukul 06.00 WIB.
“Akhirnya sampai juga, benar kan Sam, tidak ada apa-apa,
bahkan langit pun tidak menunjukkan tanda-tanda akan menurunkan hujan.” Winky
berkata pada Sammy.
“Mudah-mudahan kamu benar Win, tapi perasaanku tetap tidak
enak nih.”
Derry langsung memotong Sammy, “Sudah, tak ada gunanya kamu
khawatir, ayo lebih baik kita jalan-jalan, kapan lagi kita “punya” pulau
sendiri. Lihat, mercusuar itu telah memanggil kita tuh.”
Pulau Lengkuas memang sedang “kosong” saat itu, tiga orang petugas
penjaga mercusuar yang biasanya bertugas sedang tidak ada di tempat, biasanya
mereka datang menjelang sore hari ke pulau itu.
Kemudian terjadilah peristiwa itu, kira-kira pukul 13.00,
langit tiba-tiba gelap gulita, suara petir dan gemuruh ombak mulai terdengar
bersahutan, khas suasana pulau Lengkuas di bulan Desember-Januari yang
memang berombak lebih besar dari biasanya, dan kadangkala hujan sepanjang hari.
Ketiga sahabat itu belum lagi mencapai mercusuar ketika hujan besar yang biasa
disebut badai menghujani mereka.
“Ayo, cepat berlindung di mercusuar!” Winky memimpin
teman-temannya.
Mereka sampai di mercusuar dalam keadaan basah kuyup, dan untung
saja pintu mercusuar tidak terkunci, jadi mereka tidak kesulitan untuk masuk ke
dalamnya.
“Benar kan kataku, memangnya kalian tidak melihat di situs
internet kemarin kalau Desember tuh situasinya seperti ini, kalian sih sok
jagoan segala. Sekarang gimana nih, mana gak bawa baju ganti pula, kamu gagal
jadi pemimpin Win!” Sammy mulai putus asa.
“Berisik kamu Sam, yang penting kan kita sekarang bisa berteduh
dulu,” Winky pun mulai terpancing emosinya.
“Sudah diam kalian berdua, lebih baik kita cari sesuatu yang bisa
menghangatkan kita di dalam mercusuar ini,” Derry coba menenangkan mereka
berdua.
Masih dalam keadaan basah kuyup, mereka mulai mencari sesuatu yang
bisa digunakan untuk menghangatkan tubuh, entah itu sumber api ataupun pakaian
yang mungkin bisa mereka pakai untuk mengganti pakaian mereka yang basah kuyup.
Sementara di luar mercusuar, hujan dan badai masih terus terjadi, tanpa ada
tanda-tanda akan berhenti. Sayangnya, pencarian mereka nihil, mereka tidak
menemukan apa-apa, mercusuar itu kosong melompong.
“Lihat, tidak ada apa-apa disini. Bagaimana pertanggungjawabanmu
wahai Winky sang pemimpin?” ujar Sammy sinis. Winky yang sudah sangat tidak
tahan dengan ocehan Sammy mulai terpancing emosinya, dan celakanya dia tidak
membalas dengan ucapan, tetapi dengan suatu pukulan yang telak mengenai ulu
hati dari Sammy.
Bugh...
Sammy seketika tersungkur, diam tak bergerak, tak terdengar helaan
nafasnya.
“Gila kamu Win, emosi sih emosi, tapi gak sampai ngebunuh orang
juga kali,” Derry dengan panik memeriksa denyut nadi Sammy, dan dia tidak
merasakan apa-apa, tidak ada tanda kehidupan lagi dalam diri Sammy. Winky masih
terdiam, dia masih shock dengan situasi yang tengah berlangsung. “Win!” Derry
berteriak kembali ke arah Sammy, “Sekarang bagaimana ini? Jangan diam saja
kamu! Lihat akibat perbuatanmu!” Tiba-tiba saja Winky berlari ke arah jendela
dari mercusuar yang kebetulan terbuka, dia berniat untuk menyusul jejak Sammy
dengan cara melompat dari jendela itu. “Win!” Derry menyadari apa yang bakal
terjadi, sambil mengejar Sammy ke arah jendela, Derry mencoba untuk terus
memanggil Winky, “Winky, jangan gila! Semua gak bisa diakhiri dengan cara itu!”
Winky telah mencapai sisi jendela, bersiap-siap untuk melompat, ketika tanpa
sengaja Derry yang tengah berlari kencang mengejarnya, terpeleset akibat
keadaan sekitar yang licin, dan malah mendorong Winky keluar jendela! Mereka
berdua jatuh dari jendela mercusuar yang letaknya lumayan tinggi tanpa bisa
dicegah. Sementara hujan dan badai di luar tetap bergemuruh, masih belum
berhenti.
01 Januari 2012, menara mercusuar Pulau Lengkuas, Bangka Belitung,
06.00 WIB.
Cahaya matahari pagi yang berwarna kuning keemasan masuk melalui
jendela yang terbuka akibat kejadian semalam. Tidak ada tanda-tanda bahwa
kemarin telah terjadi hujan badai, tidak ada tanda pula bahwa telah terjadi
tragedi yang menimpa tiga sekawan.
Sammy yang sedang terbaring ikut tersiram cahaya kuning keemasan. Dia
tiba-tiba membuka mata karena merasa silau, dia telah siuman, tanpa tahu
kejadian yang menimpa kedua temannya...
dance curang... klo pingsan mah masih ada nafasnya #ngakak
BalasHapusitu si Derry-nya aja yang gak ngerti dunia medis :P
Hapuskurang dramatis puh..harusnya ada kata kata "Lepaskan aku. Tidak ada lagi gunanya aku hidup. Aku..Aku..Lepaskaannn!!" *korban sinetron
BalasHapusyah, iya juga ya, gak kepikiran kesitu, keburu mandeg, hahaha
Hapusom, komen di about me ya :D
Jadinya tarik-tarikan nanti :D
Hapusaiiiihhh mangstap deh enthu...
BalasHapusmakasih mbak selvi :malu:
Hapus