Gaya bercerita di buku ini ditulis dengan cara nostalgia, yaitu si tokoh utama (Gre Kinayan) mengingat-ingat hal yang terjadi selama dirinya memandu perjalanan tersebut. Namun bukan hanya dari sudut pandang dia, tetapi juga dari sudut pandang si polkadot yang kebetulan bertemu dan sering berbincang dengan Gre baik itu melalui e-mail, telepon maupun bertemu langsung.
Setting dari buku ini juga keren, Oxford, Belanda, hingga Amerika Serikat. Maklum, namanya juga orang-orang kaya, jadinya tidak masalah untuk mereka apabila misalnya, tiba-tiba janjian di negara Inggris, atau misalanya tiba-tiba cancel tiket pesawat, semuanya bisa terjadi di opera ini. Bukan hanya tentang kekayaan, tentang gaya hidup anak-anak orang kaya ini pun sudah sangat barat, ada yang hidup serumah tanpa menikah, shopping everyday bahkan pesta-pesta hingga mabuk pun bukan suatu hal yang mustahil.
Buku ini bisa digolongkan sebagai buku travelling, karena settingnya yang memang di luar negeri, dipadu dengan tempat-tempat wisata, terutama di Oxford, Inggris, yang anak-anak orang kaya ini kunjungi. Buku ini pun penuh dengan percakapan melalui e-mail dan chatting, sehingga tidk jarang dalam satu bab kita hanya disajikan dialog semacam itu.
Yang disayangkan, buku terbitan Gagas ini seolah benar-benar kebaratan. Kurang ada pengeditan yang sesuai. Bayangkan saja, ada penyebutan alat kelamin pria yang tanpa sensor, apa adanya ditulis begitu saja, dan ini agak mengecewakan buat saya.
Overall, buku ini saya beri rate 3 dari 5 bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar