Laman

Kamis, 21 Juni 2012

Aku kembali




Lelaki tua itu sedang termenung sendiri di rumah tua-nya. Dia memang hidup sebatang kara setelah ia bercerai dengan istrinya. Anak satu-satunya, Rini, ikut dengan sang istri, dan mereka menetap di Bandung, sementara sang lelaki tua yang bernama Jun memutuskan untuk hijrah ke Surabaya demi menghilangkan segala jenis kenangan tentang keluarganya. Sampai beberapa saat lalu, ada pria penelepon gelap yang meminta untuk bertemu di Kota Tua Surabaya, itu jelas bukan telepon salah sambung, karena si penelepon tahu nama asli si lelaki tua, dan dia mengatakan bahwa dia memiliki satu kejutan untuk Pak Jun. “Topi kuning,” begitulah ciri-ciri si penelepon gelap tanpa memerinci lebih jelas posisinya, pokoknya Kota Tua Surabaya, titik.

Keadaan Pak Jun kala itu bimbang, ingin rasanya dia mengabaikan telepon gelap itu, mengingat maraknya kejahatan yang sering terjadi akhir-akhir ini. Di sisi lain, dia juga penasaran dengan si penelepon misterius, karena ciri-ciri “Topi Kuning” itu telah mengingatkannya pada suatu hal, yang ia sendiri celakanya lupa apa itu. Namu, walaupun lupa, firasat dan hatinya mengatakan bahwa ini merupakan suatu kejutan yang benar-benar kejutan untuknya, dan ia sendiri tak yakin apakah “Topi Kuning” itu berhubungan dengan masa lalunya atau tidak.

***

Sore hari, akhirnya dia putuskan untuk berangkat, si penelepon memintanya datang pukul 18.00, sehingga Pak Jun harus berangkat dari rumah sekitar pukul 17.00 kalau tidak mau terlambat. Syukurlah, dia datang tepat pukul 18.00, lalu dia pun mulai mencari si Topi Kuning tersebut.

Pak Jun mulai menyusuri Kota Tua Surabaya dengan berjalan kaki, mulai dari masjid tua Sunan Ampel, masjid merah Cheng Hoo, Tugu Pahlawan, hingga Jembatan Merah, ia tetap tidak menemukan seseorang ataupun sesuatu yang berhubungan dengan topi kuning itu. Setelah agak lelah berjalan, dia beristirahat di depan gedung tua di dekat Polrestabes Surabaya. Ingin rasanya ia melapor ke polisi untuk meminta bantuan mereka, tapi batinnya tetap memaksa dirinya untuk tidak menyerah. Akhirnya, dia memutuskan untuk masuk ke dalam sebuah warung nasi di dekat situ untuk sekedar beristirahat.

Baru sedikit Pak Jun melewati pintu, terlihat sesosok wanita berciri-ciri seperti yang dicarinya sedari tadi, yaitu “Topi Kuning”, bergegas dia menemui sosok perempuan muda itu.

“Permisi mbak.”

Perempuan itu terlonjak kaget, “oh iya, ada apa Pak?”

“Benar ini yang menelepon saya tadi pagi?”

Perempuan itu menerawang jauh, hening, dia lalu berkata, “anda tidak mengenali saya?” tanyanya. “Atau anda tidak ingat tentang topi kuning ini?” tanyanya lagi.

“Saya...,” belum sempat Pak Jun menyelesaikan kalimatnya, perempuan itu langsung memeluknya. “Saya Rini Paaak,” si perempuan berkata lirih sambil menangis. Sementara Pak Jun hanya tertegun dan mulai menyadari sesuatu. Dua puluh tahun lalu, ketika meninggalkan mantan istri dan anaknya untuk hijrah ke Surabaya, Rini yang waktu itu masih berusia 7 tahun sempat berujar, “Ayah, aku pasti kembali padamu, dengan mengenakan topi kuning.” Pak Jun pun tak bisa menahan air matanya, dan mulai menangis.

“Benar kamu Rini nak?”

“Benar Pak, topi kuning ini buktinya, tidakkah Bapak mengingatnya?” Sahutnya sambil melepaskan pelukannya.

“Bapak sudah ingat sekarang nak, maafkan Bapak telah melupakanmu. Lalu tadi yang menelepon siapa? Bukankah laki-laki?”

“Perkenalkan Pak, nama saya Ali, saya yang menelepon tadi,” kata sebuah suara pria tiba-tiba.

“Iya Pak, ini Ali. Inilah kejutan yang Rini ingin berikan kepada Bapak. Ali ini calon suami Rini, dan Rini kesini ingin meminta doa restu dari Bapak. Sengaja Rini meminta Bapak kesini, karena Rini tidak tahu alamat Bapak di Surabaya.”

Tidak terdengar suara lagi dari Pak Jun, hanya ada tangisan bahagia yang terdengar, setalah dia mendapat kejutan dari anaknya Rini yang sudah dua puluh tahun tidak bertemu.

9 komentar:

  1. Tega banget tuh si Rini (apa dani? :p ) masa bapaknya di suruh muter-muterin kota tua,.. janjian kek di tempat yg lebih spesifik, masjid tua Sunan Ampel misalnya,.. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. #nohope

      dibilang gaktau rumahnya, kan mau buat surpres juga :P

      Hapus
    2. Oh gitu.. Baik lah puh.. Namanya juga fiksi ya,.. wkwkwk,.. #hammer
      :D

      Hapus
  2. temanya mirip sama Luna, anak yg terpisah dari orang tuanya :D

    yg nangis baca cerita ini ngacung

    BalasHapus