Rabu, 05 September 2012

Ini Bukan Cerita Anak-anak




Seorang gadis cilik yang tidak menyukai buku (yang hanya berisikan tulisan, tanpa gambar), melihat hal ganjil ketika sedang menemani kakaknya di bank. Hal ganjil tersebut ialah seekor kelinci yang tidak biasa. Kelinci ini bisa berbicara dan memegang arloji! Rasa ingin tahu gadis cilik ini membawanya ke dalam dunia yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Wonderland, sebuah negeri ajaib. Sudah bisa menebak siapa gadis cilik ini? Ya, dia adalah Alice.

Hari itu Alice sungguh mengalami hari yang sangat tidak biasa. Awal mula saja ia sudah terjebak dengan sebuah botol yang bertuliskan “drink me”. Naasnya, cairan di dalam botol itu malah membuatnya mengecil. Untung saja, ada sebuah kue kecil yang bertuliskan “eat me”. Kue ini membuatnya membesar kembali, tetapi tidak menjadi ukuran normal seperti sedia kala. Ya, Alice sudah berada di dalam Wonderland, gara-gara ia mengikuti kelinci aneh tadi masuk ke dalam lubang di dalam tanah.

Petualangan Alice di dunia ajaib pun dimulai. Dunia ini benar-benar ajaib. Dia bertemu dengan berbagai macam hewan-hewan aneh dan unik yang bisa beraktivitas layaknya manusia. Mulai dari seekor tikus yang bisa berbicara, burung dodo, seekor ulat yang sedang menghisap shisha, hingga prajurit-prajurit yang mempunyai tubuh selembar kartu remi. Belom lagi kejadian-kejadian yang tidak terduga yang ia alami, seperti dijamu minum teh dalam perjamuan yang sedikit gila, sampai berbalap lari dengan hewan-hewan tadi. Ada juga ikan dan katak yang berkaki manusia, hingga seekor kucing yang gemar nyengir.

***

Siapa yang tidak mengenal Alice? Tokoh ini populer berkat serial kartun adaptasi yang dibuat oleh disney. Namun sayangnya, saya merasa dibuatnya buku ini menjadi tokoh kartun untuk menjadi konsumsi anak-anak terkesan salah kaprah. Sebabnya, buku ini bukan untuk anak-anak, banyak hal-hal negatif yang anak-anak dapat tiru dari buku ini, yang tentunya bisa berakibat kurang baik terhadap mereka. Alice ini dikenal luas sebagai gadis cilik dengan baju dan rok terusan berwarna biru muda, dan memang di bukunya sendiri terdapat bermacam-macam ilustrasi yang menyenangkan, sehingga kenapa buku ini bisa dianggap buku anak-anak dapat dipahami alasannya.

Cerita Alice ini dibuat pada tahun 1865 oleh Lewis Carroll. Imajinasi Carroll tentang dunia ajaib sungguh sangat luar biasa menurut saya. Bayangkan saja, tahun segitu sudah terbayangkan binatang-binatang berkaki manusia, bahkan imajinasi tentang binatang-binatang yang berkelakuan seperti manusia saja sudah saya anggap gila. Mungkin di alam sana Carroll bisa tersenyum melihat sosok-sosok imajinasinya berhasil dituangkan ke dalam dunia layar kaca dengan begitu indah oleh Disney.

Buku ini terbagi menjadi 12 bab utama. Dimana tiap bab-nya berkaitan satu sama lain, tetapi dengan tema-tema utama pada masing-masing bab-nya. Seperti bab 5, “Advice from Caterpillar”. Bab ini berisi cerita tentang Alice yang berhadapan dengan seekor ulat yang merokok menghisap shisha. Si ulat ini merupakan seekor ulat yang bisa dikatakan bijak. Dia memberi Alice nasihat tentang bagaimana caranya untuk berubah wujud jadi kecil atau besar. Tentang hal-hal yang besar-kecil ini dibahas pula di wikipedia, dimana disana dikatakan bahwa Carroll menulis bab ini dalam keadaan sedang migrain dan epilepsi, sehingga disebutkan bahwa dalam imajinasinya, benda-benda seolah membesar dan mengecil. Kejadian ini bahkan dijadikan nama penyakit, yaitu sindrom Alice in Wonderland, dimana sindrom ini terjadi pada anak kecil yang mengalami gangguan saraf, sehingga seolah-olah benda-benda yang dilihat oleh seorang anak kecil cenderung membesar dan mengecil. Hal di bab ini pula yang membuat buku ini tidak layak dikategorikan buku anak-anak. Bayangkan saja, seekor ulat yang sedang menghisap shisha (atau merokok), tentunya hal ini bukanlah hal yang patut dicontoh.

Ada satu hal lagi yang sangat utama mengapa buku ini bukan buat anak-anak. Hal itu merupakan rasa ingin tahu Alice yang begitu besar. Kalau istilah zaman sekarangnya, Alice itu terlalu kepo. Tidak mungkin Alice masuk ke dunia ajaib kalau dia tidak kepo terhadap si kelinci ajaib. Juga kebiasaan kepo-nya ini berdampak pada mulut Alice yang tidak bisa diam ketika orang (atau hewan?) lain sedang berbicara, bawaannya si Alice ini ingin menyela terus pembicaraan yang sedang dilakukan orang lain. Ada satu kejadian lucu yang membuat saya terpingkal membaca buku ini, masih tentang sifat kepo si Alice ini. Pada halaman 65, ketika Alice sedang mendengarkan cerita dari seekor kura-kura jadi-jadian (mock turtle), si kura-kura ini sangat lama mengambil jeda antar kalimatnya, dan ini sangat membuat Alice tidak tahan untuk tidak kepo, kutipannya adalah:

                “Once,” said the Mock Turtle at last, with a deep sigh, “I was a real Turtle.”
                These words were followed by a very long silence, broken only by an occasional exclamation of “Hjckrrh!” from the Gryphon, and the constant heavy sobbing of the Mock Turtle. Alice was very nearly getting up and saying “Thank you, Sir, for your interisting story,” but she couldn’t help thinking there must be more to come, so she sat still and said nothing.


Untung saja disini Alice berhasil menahan kepo-nya, kalau tidak, mungkin bakal terjadi hal yang tidak menyenangkan terhadap Alice. Nah, sifat kepo ini juga yang membuat buku ini tidak direkomendasikan untuk anak-anak. Bayangkan jika ada anak kecil yang menyela perbincangan orang lain.

Buku ini sangat tipis. Saya membaca edisi yang berjumlah 86 halaman, namun itu pun tidak full tulisan (hal ini mungkin mengikuti keinginan si Alice yang tidak suka buku yang full tulisan), tetapi ada ilustrasi-ilustrasi asli yang dibuat oleh Sir John Tenniel, puisi-puisi, dan (yang paling unik) ada kata-kata di buku ini yang membentuk ekor tikus ketika Alice sedang mendengarkan kisah yang panjang dan sedih dari si tikus (the mouse’s long and sad tale). Hal ini menurut saya merupakan hal yang menjadikan buku ini nyaman untuk dibaca. Apalagi, kisah di buku yang masuk list 1001 Buku yang Wajib Dibaca Sebelum Wafat ini cenderung membingungkan, dan membuat otak sedikit berkerut dalam menangkap maksud dari tulisan yang dibuat oleh Lewis Carroll ini. Hal yang paling mengecewakan di buku ini hanya satu, ending dari buku ini yang ternyata hanya begitu saja. Seakan ending buku ini menjadi antiklimaks dari kisah-kisah Alice di negeri ajaib ini. Satu hal, buku ini sangat layak untuk dibaca dan masuk list 1001, mengingat sudah sebegitu terkenalnya tokoh Alice, dan untuk menghilangkan salah kaprah selama ini. Yah, setidaknya di rak toko buku, jangan sampai buku ini ada di bagian buku anak. Maka dari itu, baca dulu, dan simpulkan, apakah ini buku untuk anak apa bukan.

The Mouse's Tale

Last, saya memberi bintang 3 untuk buku ini. Walaupun hanya tiga, tetapi wajib untuk dibaca.


Judul: Alice's Adventure in Wonderland
Penulis: Lewis Carroll
Ilustrator: Sir John Tenniel
Penerbit: Dover
Tahun Terbit: 1993
Teabl: 86 hal.
Rate: 3/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar