Kamis, 17 Juli 2014

Keberuntungan Seseorang yang Berusia Satu Abad



508 p, Bentang Pustaka, Mei 2014


Mungkin banyak yang belum mengenal Allan Karlsson. Allan, hanya dikenal sebagai seorang tua yang sebentar lagi akan berusia 100 tahun, ia juga seorang penghuni rumah lansia. Malam itu, Allan akan tepat berusia 100 tahun, tapi ia tak ingin merayakannya, maka ia Climbed Out of the Window, and Dissapeared...

Mulai terkuaklah siapa Allan, dan mengapa Allan dapat menembus usia satu abad. Hanya satu kata yang dapat menjawab pertanyaan itu: Keberuntungan. Mengapa beruntung? Lihat saja, Allan yang kabur dari rumah lansia secara tak sengaja dititipi koper oleh seorang anggota geng “Never Again”, sebuah geng yang terkenal karena kebrutalannya. Tak tanggung-tanggung, koper tersebut ternyata berjumlah puluhan juta Krona! Belum selesai sampai di situ, Allan bertemu Julius yang akhirnya menjadi partner in crime-nya, yang juga menyebabkan si anggota geng yang mengejar Allan untuk mengambil koper tersebut mati konyol. iya, mati, meninggal secara konyol, secara tidak sengaja. Mengenai hal kematian ini, orang-orang yang berurusan dengan Allan, entah itu berada di pihaknya atau di pihak yang menjadi pengejarnya, selalu tewas dengan cara yang kocak, satir banget.

Oke, tak sampai di situ, keberuntungan Allan ternyata memang banyak stoknya. Allan, yang dikira hilang kemudian menjadi Most Wanted-nya Swedia. Semua orang dan polisi mencarinya. Tentu saja tak ada yang berhasil menemukan dia, satu lagi anggota geng “Never Again” mati konyol pula, diduduki gajah! Iya, gajah yang secara tidak sengaja dipelihara si Jelita (bukan nama sebenarnya), partner in crime lain dari Allan yang ditemuinya di tengah pelarian dengan Julius dan Benny. Nah, Benny ini menjadi satu lagi partner in crime Allan yang ditemuinya secara tak sengaja di sebuah kios hotdog.

Polisi yang sedang disibukkan oleh hilangnya Allan, makin dipusingkan dengan hilangnya dua anggota geng “Never Again”, belum lagi kasus hilangnya koper berisi uang yang dicuri si “Never Again”. Melalui bermacam-macam keterangan saksi, polisi menyimpulkan bahwa hilangnya Allan, hilangnya uang puluhan juta Krona di dalam koper, hingga hilangnya dua anggota geng “Never Again” saling berkaitan, maka makin menjadi-jadilah status Most Wanted-nya Allan.

Satu lagi pihak yang ikut mencari Allan, ia adalah bos dari “Never Again”. Hampir tewas karena kecelakaan ketika mengejar Allan dan geng, ia akhirnya turut bergabung dengan Allan hanya gara-gara kakak Benny merupakan teman lamanya. Sayangnya, ketika si bos mulai bergabung, polisi mulai mencium jejak mereka dan akhirnya menemukan Allan dan komplotannya di rumah kakak Benny. Keberuntungan belum berakhir, Allan yang dituduh membunuh dua anggota geng “Never Again”, selamat berkat ditemukannya dua mayat geng tersebut jauh di luar negeri, pokoknya jauh dari Swedia. Bagaimana bisa begitu? Itulah hebatnya keberuntungan.


Tadi ialah kisah ketika Allan berusia 100 tahun, dan keberuntungan Allan tak hanya ketika ia berusia 100 tahun. Siapa yang sangka bahwa ia pernah menjadi ce-es-nya Churchill, Franco, Stalin, bahkan Mao Zedong? Itu semua akibat keberuntungan. Oya, kalau cerita tentang bagaimana budaya Indonesia yang diceritakan di kisah Allan ini sebagai bangsa yang mudah disuap, tentunya itu bukan suatu keberuntungan dong? Itu aib, dan ternyata aib itu terdengar sampai Swedia. Indonesia? Mau begini terus?