Selasa, 30 April 2013

Bukan Mistis, tapi Logis



Musim panas lagi, liburan lagi! Ya, Lima Sekawan kali ini mengajak kita berkemah! Untungnya, orangtua yang menyertai mereka untuk berkemah kali ini ialah seorang guru (guru Julian dan Dick tepatnya) yang sangat tergila-gila dengan serangga. Pak Luffy ini sangat pengertian terhadap anak-anak. Dia mengerti bahwa anak-anak ingin mengalami petualangannya sendiri, maka ia sengaja mendirikan kemah agak jauh dari anak-anak ini. Anak-anak tentu sangat senang, apalagi Pak Luffy yang tergila pada serangga sangat terkenal akan hobinya ini, dan dia akan sangat teralihkan apabila telah berurusan dengan serangga.

Kali ini, selain berkemah, anak-anak pun berurusan dengan hal yang agak mistis. Kereta api hantu. Ya, kereta api yang muncul setiap malam, tetapi entah mengapa kereta ini hanya muncul di satu sisi terowongan tanpa menembus sisi satunya lagi. Memang, terowongan itu bercabang dua, namun satu cabang terowongan itu telah mati, ada halangan berupa beton dan batu bata pada terowongan yang menyebabkan tidak mungkin sebuah kereta bisa menembusnya. Nah, disinilah anehnya, karena di satu cabang yang tidak “mati” pun, kereta ini tidak muncul, sungguh sangat mengejutkan.

Lima Sekawan pada petualangan kali ini ditemani oleh Jock. Ia adalah seorang anak dari sebuah pertanian yang menjadi langganan anak-anak untuk membeli berbagai macam keperluan selagi anak-anak berkemah. Jock termasuk anak yang asyik dan mudah bergaul, tetapi sayangnya ayah tirinya, Pak Andrews tidak suka terhadapnya, apalagi terhadap anak-anak Lima Sekawan, sehingga hasrat anak-anak untuk menyelidiki kereta api hantu ini agak terhambat. Tetapi bukan Lima Sekawan apabila menyerah begitu saja, dengan penyelidikan dan sedikit keberuntungan, misteri dan teka-teki kereta api hantu ini dapat mereka pecahkan. Sebenarnya, penyelidikan hanya dilakukan oleh Julian, Dick, dan Jock. George tidak diajak, dan hal inilah yang menyebabkan ia merajuk seperti biasanya. Tetapi hei.., ada untungnya juga George agak merajuk, karena keberuntungan yang sebelumnya dibahaslah yang menyertai George. Lalu bagaimana dengan Anne? Well, seperti biasa, Anne-lah yang berperan sebagai penyelamat di saat-saat terakhir, bisa dibilang, ketakutan ada gunanya pula walau sedikit. Pada akhirnya, kisah ini benar-benar bukan sebuah kisah yang mistis, kisah ini masih dapat dicerna dan dilihat secara logis.

Buku yang saya baca terbitan tahun 1980. Masih termasuk “seri Kancil” dan penerbitnya pun masih bernama Gramedia saja. Tetapi penerjemah buku ini masih sama, yaitu Agus Setiadi. Seperti buku-buku sebelumnya, kata tolol masih dapat ditemui disini, sekarang, ditambah lagi kata “geblek”, yang tentu saja sangat WOW untuk anak-anak. Belum lagi ada adegan pula ketika Julian membelikan sebungkus rokok bagi seseorang di buku ini. Hal-hal tersebut masih terasa sangat tidak mendidik bagi anak-anak Indonesia. Jadi, sama seperti buku-buku sebelumnya, buku ini tetap saya rekomendasikan untuk anak-anak di atas 10 tahun, karena usia ini yang “agaknya” lumayan cocok untuk mencerna dan memilah hal baik dan buruk dari buku ini.

Dan tetap, lima bintang...


Judul: Lima Sekawan: Memburu Kereta Api Hantu
Penulis: Enid Blyton
Tebal: 232 hal.
Penerbit: Gramedia
Terbit: 1980
Rate: 5/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun

Perjuangan Seorang Ade




Perempuan. Tema baca bareng BBI bulan ini adalah tentang perempuan, baik itu penulisnya maupun cerita dan isi dari buku tersebut. Kebetulan, Serapium juga mengadakan baca buku bareng khusus V. Lestari, salah satu penulis senior Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya, dengan kebanyakan bergenre “kasus-kasus kejahatan”. Buku yang saya baca kali ini berjudul: Kekasih. Tema utama buku ini mengenai pemerkosaan, tentunya tema ini sangat erat kaitannya dengan perempuan, apalagi memang perjuangan perempuan di buku ini sangat ditonjolkan. Buku ini juga sekaligus dapat diikutkan dalam tantangan membaca buku-buku misteri dengan host @hobbybuku, karena bisa dibilang buku ini “mirip-mirip” John Grisham. Oh ya, satu lagi, saya juga termasuk beruntung karena buku ini termasuk logis, banyak teman-teman saya di baca bareng buku V. Lestari mendapati buku karya beliau memasukkan unsur gaib, yaitu hantu, sungguh sangat kurang masuk akal.

Masuk ke dalam isi cerita buku ini. Bagian awal bercerita tentang kasus pemerkosaan yang menimpa Kumala. Hakim Bijak (ya, namanya Bijak) secara kontroversial hanya memberikan hukuman enam bulan penjara bagi para pelakunya. Markum, kakak dari Kumala tentu saja tidak terima, apalagi akhirnya Kumala terpaksa dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa akibat tekanan dan beban moral yang begitu berat. Ade, seorang mahasiswi psikologi yang sedang membuat tulisan dan karya ilmiah tentang kasus-kasus pemerkosaan dan pengaruhnya terhadap korbannya mencoba masuk ke dalam kasus ini. Tidak hanya untuk bahan, keinginan Ade murni untuk membantu memulihkan Kumala dalam menghadapi traumanya. Sayang sekali, Markum sangat protektif terhadap adiknya, tidak ada celah sedikitpun bagi Ade untuk membantu Kumala.

Sementara itu, di tempat lain, tepatnya di Bandung, Laksmi yang notabene adalah anak dari Hakim Bijak telah lama berpacaran dengan Andre. Kisah cinta dua anak muda ini tidak diketahui oleh orangtua Laksmi, bisa dibilang mereka backstreet. Andre, yang juga mengikuti kasus Kumala ikut merasa pula bahwa hukuman hanya enam bulan penjara itu terlalu ringan untuk para pemerkosa. Bahkan, Andre berseloroh bahwa ia pun bisa saja memperkosa Laksmi apabila hukumannya hanya seringan itu. Kejadian pemerkosaan itu hampir terjadi, untung saja kedua insan tersebut sadar tepat pada waktunya, Andre ditampar oleh Laksmi, dan Andre pergi begitu saja meninggalkan Laksmi sendirian di rumah kontrakannya. Celakanya, Laksmi lupa mengunci pintu. Sampai beberapa saat kemudian, datang orang bertopeng, yang akhirnya memperkosa Laksmi.

Sebelumnya, tepatnya setelah kejadian pemberian vonis ringan tersebut, Hakim Bijak menerima surat kaleng terkait ancaman si pengirim agar berhati-hati terhadap Laksmi. Ancaman tersebut menyebutkan, bahwa bisa saja sewaktu-waktu Laksmi dijadikan korban pemerkosaan berikutnya, sebagai pembalasan atas kasus Kumala. Hakim Bijak pun sangat shock mengetahui ancaman tersebut benar-benar terjadi, tanpa pikir panjang, Andre dijadikan tertuduh dalam kasus ini, dan hal tersebut telah diakui oleh Andre. Laksmi merasa janggal akan hal ini, karena ada satu hal yang sangat meragukan dalam kasus ini, yaitu bau.

Ade, yang kebetulan mempunyai teman seorang polisi yang ikut menangani kasus ini, akhirnya terjun pula dalam kejadian ini, membantu menghilangkan trauma Laksmi, serta menjadi tempat curahan hati Laksmi. Bukan apa-apa, penerimaan orangtua Laksmi terhadap anaknya sendiri sangat buruk, Laksmi tidak diberi kesempatan untuk membela diri. Tudingan orangtuanya telah sangat jelas, Laksmi turut bersalah karena telah menyembunyikan hubungannya dengan Andre  sehingga kasus memalukan ini dapat terjadi.

Buku ini penuh dengan perjuangan Ade –sebagai seseorang yang sangat tidak berkaitan dengan kasus-kasus yang terjadi – untuk “membela” dan menyemangati orang-orang yang menjadi korban pemerkosaan untuk hilang dan lepas dari trauma mereka. Mungkin memang Ade “gagal” terhadap Kumala, tetapi terhadap Laksmi inilah Ade seakan diberi kebebasan dan kesempatan untuk membuat Laksmi kembali pulih serta untuk mencari pula kebenaran yang sesungguhnya akan kasus yang terjadi.

Kasus perkosaan yang terjadi di buku ini, yang notabene terjadi ketika buku ini ditulis dan terbit pertama kali pada tahun 1991 menyiratkan bahwa permasalahan negeri ini tentang kekerasan terhadap perempuan sebenarnya telah terjadi sejak dahulu kala, namun sayangnya kasus-kasus ini makin kesini bukannya makin sedikit namun malah semakin bertambah. Semakin canggihnya teknologi, serta pergaulan bebas yang semakin parah memicu kasus-kasus serupa di buku ini bukan lagi menjadi hal yang aneh, bahkan cenderung sudah biasa, sungguh sangat ironis. Begitu pula dengan vonisnya, apabila tahun 1991 saja hukuman “hanya” 6 bulan, dengan kondisi saat ini, apalagi makin banyaknya main belakang dan kasus yang di-peti-es-kan, bukan tidak mungkin hukuman yang ada akan lebih ringan atau bahkan pelakunya bisa bebas (akibat damai ataupun keluarga tak mau kasus diperpanjang mengingat ini merupakan harga diri keluarga).

Just my opinion. Yang jelas, saya tidak terjebak dengan buku V. Lestari yang “katanya” ada hantunya, dan buku ini cukup ringan dan worth untuk dibaca. Apalagi perjuangan perempuannya bisa dibilang sangat “ada”. Empat bintang untuk buku ini.


Judul: Kekasih
Penulis: V. Lestari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 310 hal.
1st Published: Nov. 1991
Rate: 4/5

Kamis, 25 April 2013

Close Up Interview Anggota Blogger Buku Indonesia (with Jurnal si Bugot)





Perkenalkan, Gea Harovansi alias Bugot. Gea ini lahir tanggal 2 Agustus 1990 dan saat ini tinggal di Bukittinggi. Ini blognya >> http://bugot.wordpress.com/
Dalam rangka ulang tahun BBI yang ke-2, maka diadakanlah secara serentak CUI ini. Ya, CUI adalah Close Up Interview, jadi member BBI saling wawancara biar lebih saling mengenal lebih dekat. Uda Gea ini yang saya interview. Media yang kami gunakan adalah e-mail, jadi formatnya, saya kirim e-mail berisi pertanyaan, dan dijawab oleh beliau, so simple as that, maka saya langsung kasih lihat deh hasil interviewnya, cekidot!





  1. Perkenalkan secara singkat diri kamu! Apa ya... yang jelas saya suka baca. hihi, selain membaca "main-main" di dapur adalah ketertarikan alami saya. Saat ini masih belum wisuda -___-  (mudah-mudahan bisa segera jadi S. Psi). Saya suka mengamati prilaku manusia, ilmupsikologi sama menariknya bagi saya dengan timbunan buku di kamar :D. Masih ngarep bisa bikin buku sendiri.  (Wow, calon psikolog :O, pinter masak juga kayanya :O)
  2. Buku paling tebal apa yang pernah kamu baca? Berapa hari beresnya?  "Harry Potter & Order of Phoenix", karna emang suka serie Harry Potter dan saat itu cuman rental. Jadi saya cuma butuh 3 hari buat namatinnya :D  (Satu aliran, buku paling tebalnya sama #shakehand)
  3. Pernah gak, baca buku, tapi gak ngerti sama sekali isinya? Buku apa itu?  Pernah, tapi lupa judulnya saking gak membekasnya. Cuma yang pasti (menurut saya) itu bukunya berat banget.  (Lebih parah dari saya, sampai lupa judul x)))
  4. Apa makna World Book Day buat kamu? WBD adalah bentuk pengakuan dunia akan pentingnya aktivitas membaca. Tadinya saya ngarep di hari itu tiap toko buku ngadain promo gila-gilaan. atau ngadain bagi-bagi buku gratis kayak di luar. (Harapan yang patut di-amin-kan!)
  5. Motto WBD tahun ini kan #ReadWriteShare, menurut kamu gimana? Yup, pas banget sih. Mestinya kita gak cuman hobi ngebaca, tapi mulai ningkatin kualitas dengan ikut menulis juga dan membagikan tulisan itu untuk sama-sama dinilai :D (Proud to be a member of BBI!)
  6. Pilih mana, buku baru atau buku diskon? Dua-duanya sih... tapi kalu bisa buku baru yang diskon, hehe (buku baru tapi diskon sih saya juga mau banget -___-)
  7. Satu hari kira-kira baca berapa halaman? Tergantung. Kalu bukunya menarik bisa sampai habis. Cuman pengalaman, saya cuman kuat sampai 500 hal semalam :D (Luar biasa semangatnya, semoga bisa dipertahankan :D)
  8. Gimana cara bagi waktu antara kegiatan rutin (kuliah/kerja) dengan baca buku? Gak terlalu masalah, karna saya sukanya baca malam-malam sebelum tidur (hm...)
  9. Gimana pendapat kamu tentang cowok yang baca metropop? Keren koq, saya kan suka baca metropop juga dan saya keren #digeplak :D , menurut saya kita aja sih yang ngejudge satu karya bersifat feminim atau nggak. Jadi kenapa mesti malu baca metropop. (Berarti gw keren! cc: Seraper)
  10. Pernah baca bukunya S. Mara Gd yang Kosasih-Gozali gak? Pendapat kamu? Eyaampun... itu seriat favorit saya. Cek goodreads saya deh :D. Seneng banget buku ini di cetak ulang dengan cover yang lebih artistik dan berkelas. Yai, saya suka banget buku ini. Walau ada beberapa judul yang kurang oke sih. Saya juga suka serial daud hakim dan trista karangan S Mara Gd juga. (Yeay, nemu lagi fansnya Kos-Goz! cekidot --> http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000015509550/kosasih-gozali-fans-quotdetektifquot-nya-indonesia-by-s-mara-gd)
  11. Member BBI siapa yang udah pernah ketemuan sama kamu?  Belum pernah seorang pun :( , di Bukit tinggi baru saya sendiri member BBI (Ayo BBI, lebarkan sayap lagi ke Bukittinggi :D)
  12. Berapa buku di rumah yang belum kamu baca? lirik-lirik, ternyata banyak juga. ada sekitar 20 buah (Gak ada yang berencana mau dihibahin ke sayah? #malu)
  13. Buku 1001 apa aja yang udah kamu baca dan punya? Aduh aku gak hapal yang 1001 apa aja, tapi The Lord of the ring dan 1984 masuk kan? saya udah pernah baca keduanya. (Yup betul, cekidot --> http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000014811626/1001-buku-yang-harus-kamu-baca-sebelum-kamu-wafat/)
  14. Punya buku yang dijual murah gak? Hihihihi…Hehe, saat ini belum ada. tapi biasanya kalo ada harga miring. Saya suka beli dobel buat dijual lagi. (errr....)
  15. Tahu forum buku kaskus ga? Apa jangan-jangan punya id kaskus? Tahu, cuman belum gabung. ada yang mau ngajarin gak? (Ayo langsung ke http://www.kaskus.co.id/forum/66/buku/)
  16. Yang kamu tahu tentang saya apa? Hihihi…  hihi, jujur saya gak begitu kenal anggota BBI lainnya. Kemarin aja sampai salah ngira mas Dani ini cewek. Hehe. Maap yah... *sungkem (huh..! #melengos)
  17. Budget buat beli buku berapa? Gak tentu sih, cuman udah bikin batasan buat gak boleh lebih dari 1/4 gaji :D (Luar biasa :O kalo seperempat gaji saya buat beli buku, bisa digeplak istri #curcol)
  18. Ada tips buat orang-orang yang gak suka baca buku? Aduh gimana ya? Ketertarikan saya alami sih. Tapi intinya, mesti banyak buku-buku bagus dulu yang menjangkau semua kalangan. <-- ini saya ngomong apaan sih (Ngomong apa sih uda? #kabur)
  19. Paling deket sama member BBI sama siapa? Berhubung baru dan gak terlalu aktif, jadi saya mungkin gak ada yang terlalu dekat sama saya. Huwa... cuma saya merasa cukup mengenali mas Dion, mbak Truly, mbak Melody, mbak Alvina dan mbak Astrid. Berharap bisa dekat beneran. (Harapan yang patut di-amin-kan! (lagi))
  20. Pernah dapet kuis / kontes gitu gak gara-gara review buku? Aduh sering.... banget. Malah ada yang ngirimin cuma-cuma buat direview. Senang deh.. :D. Dan satu lagi, saya anggota ordo buntelan garis keras (Tips dan triknya dong....)
  21. Berminat gak menjadikan salah satu member BBI sebagai pasangan hidup? :O  *menghayal*, yang pasti seru kali ya. Punya pasangan hidup yang doyan baca juga :D (Harapan yang patut di-amin-kan! (lagi-lagi))
  22. Kesan dan pesan singkat buat BBI dong! BBI adalah komunitas yang oke banget. Saya jadi punya akses ke penulis dan penerbit. Punya banyak teman-teman baru. Punya kesenangan baru, yaitu ngereview buku. Semoga aja BBI akan ngadain acara-acara menarik lainnya.  (Harapan yang sama dengan saya, semoga BBI terus maju...)

Wah, senang mengenal teman baru, apalagi Uda Gea ini ternyata sedikit banyak mempunyai kesamaan dalam hal buku favorit dengan saya, semoga silaturahmi ini terus berlanjut, simbiosis mutualisme tentunya, hihihihi...

Terima kasih kepada Uda Gea atas waktu dan kesempatan interviewnya, mohon maaf apabila ada salah-salah kata, kritik dan saran dipersilahkan...

Masih banyak lho CUI-CUI yang lainnya, cek aja link --> ini

Jumat, 19 April 2013

Pusat dan Bayang-bayang



Judul: Lalita
Penulis: Ayu Utami
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal: 256 hal.
Terbit: September 2012
Rate: 4/5




Sastra. Mudahnya, sastra merupakan sebuah tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Dalam cakupan yang (sangat) sempit, menurut saya pribadi sastra merupakan tulisan yang di dalamnya mengandung kata-kata yang tidak lazim dipakai. Dengan kata lain, sebenarnya kata-kata tersebut memang ada dan masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, namun sangat jarang orang mempergunakannya dalam kegiatan dan percakapan sehari-hari. Bahkan, sekedar artinya pun kebanyakan orang tidak tahu. Maka itulah definisi sastra menurut (kesempitan pandangan) saya.

Sastra Indonesia. Setiap karya sastra yang dibuat di Indonesia, maupun yang menggunakan Bahasa Melayu sebagai akarnya, dapat dikategorikan sebagai Sastra Indonesia. 28 April, sebagai hari wafatnya Chairil Anwar “dahulu” diperingati sebagai hari sastra nasional, ini sebelum adanya “pengesahan” pemerintah yang akhirnya menetapkan 3 Juli sebagai hari sastra nasional.

Salah satu angkatan yang ada pada dunia sastra di Indonesia ialah Angkatan 2000-an. Angkatan ini melahirkan sastrawan-satrawan yang mempunyai karya sastra yang tidak kalah dengan angkatan-angkatan sebelumnya. Bahkan, ada beberapa karya angkatan ini yang telah dialihbahasakan ke dalam bahasa asing, sungguh sebuah prestasi yang tidak main-main. Ayu Utami merupakan salah satu sastrawan yang masuk ke dalam Angkatan 2000-an ini. Salah satu bukunya yang terbit pada tahun 2012 kemarin, Lalita, dalam pandangan sempit saya bisa dikategorikan sebagai karya sastra, karena tidak sedikit kata-kata yang beliau gunakan merupakan kata-kata yang asing dan sastra banget.

Dalam buku ini banyak disinggung mengenai Pusat dan Bayang-bayang. Penjabaran sederhana tentang “pusat” dan “bayang-bayang” ini secara cerdas Ayu menggunakan sebuah daun semanggi (clover). Pusat; ia memberikan contoh sebuah Peta Daun Semanggi (Clover Leaf Map) karya Heinrich Bünting, dimana sebuah kota yang bernama Jerusalem ia gambarkan sebagai pusat dunia yang berada di tengah-tengah benua Asia, Eropa, dan Afrika (lihat gambar). Bayang-bayang; ia gambarkan juga sebuah daun semanggi berwarna hijau dengan titik hitam di tengahnya. Apa kaitannya dengan bayang-bayang? Akan saya jabarkan kemudian melalui percobaan sederhana di akhir bahasan ini.

Spoilerfor Pusat


Spoilerfor Bayang-bayang


Seperti buku-buku yang telah Ayu tulis sebelumnya, ia membagi buku ini ke dalam beberapa bagian yang terdiri dari beberapa bab. Lalita ini terdiri dari tiga bagian, yaitu Indigo, Hitam, dan Merah. Perlu diingat dan diketahui, Lalita ini merupakan serial dari buku Bilangan Fu, jadi tokoh-tokoh utama yang ada di dalam Bilangan Fu, yaitu Sandi Yuda, Parang Jati, dan Marja, menjadi tokoh utama pula di dalam buku ini.



Indigo
Latar belakang cerita berada di Jakarta. Warna-warna digunakan Ayu sebagai gambaran tentang kota Jakarta yang menjadi bagian kehidupan Sandi Yuda. Warna kusam-kumuh dan hitam-putih untuk suasana jalanan Jakarta yang penuh polusi dan kendaraan umum yang semrawut. Warna digital untuk Plaza Indonesia yang begitu gemerlap, penuh dengan lampu dan berkebalikan seratusdelapanpuluh derajat dengan suasana di luar. Di bab awal ini pulalah Yuda bertemu dengan Lalita, seorang perempuan indigo, baik dalam arti tersirat maupun tersurat.

Indigo. Sebuah warna biru keunguan. Indigo. Kemampuan indera keenam, melihat hantu, meramal masa depan, bahkan melihat masa lalu. Secara tersurat, Lalita berpenampilan indigo, tanktop ungu ketat, sepatu biru gelap, lensa kontak nila, sepuhan mata warna bulu merak, sampai menghisap rokok ramping ungu. Secara tersirat, Lalita mengakui bahwa ia indigo, bisa melihat masa lalu, bahkan mengakui bahwa ia telah hidup di masa lalu. Abad ke-9 ketika pembangunan candi Borobudur berlangsung; pada suatu masa di Tibet; dan di Transylvania, ketika dongeng, mitos, cerita tentang vampir dan drakula secara luas beredar.

Lalita. Nama lengkapnya ialah Lalita Vistara. Nama ini diambil dari sebuah relief di candi Borobudur yang menceritakan tentang riwayat hidup Buddha. Bisa dibilang Lalita sangat tergila-gila pada sejarah Borobudur ini, sehingga nama Lalita ini ia gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada pula pengaruh pastlife-nya ketika hidup di abad ke-9 yang menyebabkan ia mengganti namanya menjadi Lalita Vistara. Lalita ini seakan hidup dibalik topeng indigonya. Jarang orang melihat ia tanpa kostum dan riasan indigo-nya, bahkan kakaknya sendiri menyatakan bahwa Lalita berpenampilan tanpa indigo hanya ketika ia mati.

Indigo di bagian awal buku ini pun merujuk kepada sebuah buku. Dinamakan buku indigo karena warnanya. Isinya bukan sembarangan, karena buku ini merupakan warisan turun-temurun dari kakek Lalita yang berhubungan dengan kehidupan di Tibet, Borobudur dan sebuah ilmu yang dipelajari oleh kakeknya bersama dengan Sigmund Freud, seorang tokoh nonfiksi, yaitu ilmu psikoanalisa.

Di dalam bagian indigo ini pula saya menyimpulkan buku ini termasuk kategori sastra. Kata-kata seperti wewajah, pepohon, merupakan kata yang sangat jarang digunakan. Bahkan, Ayu pun dengan jeli memadukan kata-kata tersebut dengan kata-kata modern, seperti jayus, futuristik, robotik, sehingga tercipta sebuah karya sastra yang enak dibaca, tidak terkesan lawas tetapi juga masih memiliki unsur “lawas” tersebut.




Hitam
Dari Indonesia, sejenak kita beralih ke Paris, sekitar tahun 1889. Anshel Eibenschütz, kakek dari Lalita, pemilik sekaligus penulis buku indigo yang dimiliki oleh Lalita. Selain Sigmund Freud, muncul pula tokoh nonfiksi yang dengan apik di-mix oleh Ayu Utami dengan cerita fiksi ini. Tokoh ini ialah Carl Gustav Jung, seorang psikolog. Di sini diceritakan bahwa Carl ialah sahabat kental Anshel. Mereka berdua berguru pada guru yang sama, yaitu Sigmund Freud. Namun semuanya tampak hitam bagi Anshel. Perbedaan prinsip dan pandangan antara dirinya dengan Freud membuatnya dicampakkan oleh Freud. Hal ini memaksanya berjalan sendiri di keyakinan yang diyakininya.

Hitam bagi Anshel bukan dalam hal ini saja, ketika kehilangan ayahnya pun Anshel mengalami hal yang tidak mengenakkan. Ayahnya tewas dan hilang begitu saja ketika sedang mengalami perjalanan. Faktor keyahudian beliaulah yang membuatnya tewas. Dari sinilah Anshel merasakan hitamnya akalbudi manusia yang telah mati.

Di bagian “hitam” ini, diceritakan pula kakek moyang dari Anshel. Siapa yang tidak mengenal Vlad Dracula? Ya, Dracula merupakan kakek moyang Anshel. Berhubungan dengan hitam dan kegelapan pula, siapa yang tidak mengenal kekejaman Dracula? Salah satu tindakan terkenal dan tersadisnya ialah menyula. Menyula ialah suatu cara untuk membunuh manusia dengan pasak kayu yaitu dengan cara menusukkannya lewat punggung menembus dada/perut, atau dari lubang (maaf) dubur hingga menembus mulut. Tidak hanya itu saja, Dracula mempunyai suatu kebiasaan ganjil, yaitu membariskan mayat-mayat yang ia sula secara rapi dan berjajar. Ilustrasi di buku ini dapat dilihat pada halaman 91.

Sula dan menyula pun menjadi sebuah kata baru bagi saya, dan semakin menegaskan karya ini sebagai sebuah sastra. Sekali lagi, dalam pandangan sempit saya.

Spoilerfor Sula


Merah
Kembali lagi ke masa kini dan kembali berlatarbelakang di Indonesia. “Merah” kembali bercerita tentang Yuda, Jati dan Marja. Lalita menjadi tokoh yang dicari oleh Yuda pada bagian ini. Bukan hanya Lalita, buku indigo-nya pun banyak dicari orang dengan berbagai motif. Salah satu pihak yang mencari buku ini ialah negara berbendera warna merah yang mempunyai masalah dengan negeri Tibet. Bahkan negara itu sampai mengirim intelnya untuk merebut buku tersebut.

Satu hal lagi yang menarik tentang pencampuran fiksi dan nonfiksi di dalam buku ini ialah munculnya Buddha Bar. Ya, sebuah tempat yang cukup kontroversi beberapa waktu lalu ini diceritakan “sejarah fiksinya”, mulai dari pesta pembukaannya, hingga penutupannya. Jujur saja, saya sangat kagum atas kejelian Ayu Utami melihat dan menceritakan serta menggabungkan faktor fiksi dan nonfiksi ini.

Terakhir, berkaitan dengan paragraf-paragraf awal di atas. Mengenai “bayang-bayang” dan hubungannya dengan warna merah. Hal ini sebenarnya tercantum di bagian belakang cover Lalita ini, sebuah percobaan yang cukup sederhana. Tataplah gambar daun semanggi berwarna hijau di atas tepat pada titik hitam di tengahnya selama sekitar 20 detik, lalu pejamkan mata atau alihkan pandang ke suatu bidang putih. Bunga merah muda akan tampak sebagai bayangan, ya, sebuah bayang-bayang. Mengapa? Karena hijau dan merah adalah pasangan yang berkebalikan.




Quote:Setiap kita memiliki bayang-bayang. Bukan musuh, melainkan pasangan yang berkebalikan. (p. 233)

Mengenal Hewan Mitologi Dunia



Menyukai kisah fantasi yang di dalamnya terdapat berbagai makhluk gaib yang termasuk di dalam mitologi-mitologi dunia? Maka bacalah buku ini, buku berjudul “Hewan-hewan dalam Mitologi Dunia” karya Hamid Bahari. Buku yang disajikan dalam halaman full color ini berisi berbagai macam hewan mitos dunia dari berbagai negara. Selain itu, gambar-gambar hewan-hewan ini pun ditampilkan disini, sehingga setidaknya rasa penasaran terhadap hewan-hewan gaib yang biasanya hanya dapat dibayangkan di dalam buku-buku fiksi dapat dilihat langsung wujudnya disini.

Penjelasan di dalam buku ini pun tentang hewan-hewan tersebut cukup mudah dipahami. Namun memang sayangnya karena keterbatasan halaman, terkadang deskripsi dan kisah-kisah hewan-hewan tersebut terkesan nanggung. Penyusunan nama hewan-hewan ini secara alfabetis pun agak menyulitkan pembaca (terutama saya) dalam mengingat-ingat hewan-hewan mana saja yang satu “keluarga”. Contohnya saja, hewan-hewan mitologi yang ditugaskan untuk dibunuh oleh Hercules. Hewan ini ada 12 macam, namun letaknya yang terpisah-pisah agak menyulitkan untuk membuat mereka semua menjadi satu, karena otomatis pembaca harus membuka kembali satu-satu nama hewan tersebut. Ada baiknya, dibuatkan satu halaman khusus tentang pengelompokkan hewan-hewan ini, semacam indeks untuk memudahkan pencarian.

Ternyata, hewan-hewan mitologi ini memang terdiri dari berbagai jenis dan bermacam-macam “keluarga”. Asalnya pun berbeda-beda. Bahkan, Indonesia pun tak mau ketinggalan, ada satu hewan mitos yang berasal dari Maluku, khususnya pulau Seram. Namanya adalah Orang Bati. Orang Bati ini sesosok makhluk menyerupai kera dan memiliki sayap seperti kelelawar. Konon, Orang Bati ini suka menyerang desa dan menculik anak-anak yang sedang makan pada malam hari, sehingga masyarakat pun takut kepada “makhluk” ini.

Tampilan yang menarik dari buku ini membuat saya memberi bintang 3 kepada buku ini. Penjelasan yang dapat lebih panjang dan spesifik, serta pengelompokkan saya yakin dapat menambah rate buku ini.


Judul: Hewan-hewan dalam Mitologi Dunia
Penulis: Hamid Bahari
Penerbit: Diva Press
Tebal: 135 hal.
Rate: 3/5

Kirrin yang Penuh Teka-teki




Petualangan keenam Lima Sekawan. Liburan musim semi yang diawali dengan surat dari Paman Quentin kepada George bahwa ia sementara akan menggunakan Pulau Kirrin sebagai tempat penelitiannya. Lima Sekawan kecewa, mereka tak bisa berlibur dan berkemah di Pulau Kirrin untuk sementara waktu, padahal telah sejak jauh-jauh hari mereka berencana untuk berlibur disana.

Akhirnya liburan pun tiba, anak-anak pun tetap berlibur ke Pondok Kirrin sambil berharap Paman Quentin segera menyelesaikan pekerjaannya. Sesekali mereka mengunjungi Paman Quentin di Pulau Kirrin, tapi anehnya “kantor” dan tempat menginap Paman Quentin tidak mereka temukan! Tapi anak-anak hanya dapat gigit jari, tak dapat menyelidikinya, karena Paman Quentin tak ingin anak-anak mengganggu pekerjaannya. Mereka pun terpaksa berlibur di daratan, tanpa diduga mereka berkenalan dengan orang baru di desa Kirrin. Seorang anak dengan ayahnya yang agak misterius. Anak itu bernama Martin, ia berbakat dalam hal melukis, namun sayangnya wajahnya tidak menyenangkan dan ia pun tak bisa bercanda, sehingga Dick pun sekonyong-konyong tidak menyukai anak itu.

Gagal ke Pulau Kirrin, anak-anak mencari jejak-jejak peninggalan masa lalu di tanah galian purbakala. Tak sengaja, Timmy terperosok ke dalam sebuah lubang yang akhirnya menjadi jawaban atas judul dari buku ini, yaitu: “Rahasia Di Pulau Kirrin”. Anak-anak belum sempat menyelidiki lubang-lubang ini sampai suatu ketika Timmy terpaksa menemani Paman Quentin di Pulau Kirrin karena paman merasa ada orang lain di pulau tersebut selain dirinya. Petualangan dimulai ketika George yang tak tahan berpisah lama dengan Timmy memutuskan untuk pergi ke Pulau Kirrin seorang diri. Sementara di tempat lain, ketiga kakak beradik menemukan Martin sedang menunggu lubang yang belum sempat mereka selidiki.

Buku yang menegangkan! Kali ini kejahatan yang terjadi tidak main-main, Pulau Kirrin terancam akan diledakkan oleh para penjahat! Penjahat ini sebenarnya rekan-rekan Paman Quentin sendiri, namun ketidaksetujuan Paman atas rencana rekan-rekannya tersebut dalam menyikapi penemuan yang Paman Quentin temukan membawa anak-anak dan Paman Quentin, bahkan Pulau Kirrin dalam bahaya serius.

Petualangan kali ini membuka tabir selengkapnya tentang desa Kirrin dan rahasia-rahasianya. Seperti buku-buku sebelumnya, kisah ini masih tetap berkaitan dengan lubang bawah tanah, sepertinya Enid Blyton memang suka sekali terhadap lubang-lubang di bawah tanah. Seperti buku-buku sebelumnya pula, kata-kata umpatan “tolol” masih ada di dalam buku ini. Daripada itu, rencana “teroris” untuk meledakkan Pulau Kirrin saya kira belum cocok bagi anak-anak di bawah 10 tahun, sehingga saya tetap berkeras bahwa buku ini memang untuk 10 tahun ke atas.

Lima bintang untuk buku ini, ketegangannya, petualangannya, dan terutama bekal makanannya. Semoga saja Rahasia Pulau Kirrin masih tersisa untuk diceritakan di buku-buku selanjutnya.


Judul: Lima Sekawan: Rahasia di Pulau Kirrin
Penulis: Enid Blyton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 228 hal.
Rate: 5/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun

Selasa, 09 April 2013

Apartemen DJL





Apartemen 666. Dari judulnya saja, apabila sering berurusan dengan dunia yang gaib-gaib, pasti telah dapat terbaca apa arti atau genre dari judul buku ini. Ya, konon katanya angka 666 berasosiasi dengan iluminati, dajal, setan dan semacamnya. Apalagi, ada juga nama sebuah perusahaan di dalamnya yang dinamakan PT DJL, makin lengkaplah keterangan tentang genre buku ini. Misteri, atau horor tepatnya, adalah genre yang dipilih oleh Sybill Affiat untuk buku keduanya ini.

Cerita bermula dari nasib sial yang dialami Samara ketika ia baru saja masuk lagi kerja setelah meminta cuti yang cukup lama guna menemani ibunya yang sakit keras (hingga akhirnya meninggal). Pekerjaannya sudah ada yang menempati, dan mau tak mau perusahaan “terpaksa” memintanya untuk “mengundurkan diri”. Sam, kepala personalia perusahaan Samara bekerja tak lupa memberi pesan kepada Samara, bahwa Ridwan, atasan Samara telah menyelipkan sebuah peluang untuk melamar kerja di seorang rekan kerjanya pada dokumen-dokumen yang diberikan kepada Samara. Samara, yang kidung benci pada Ridwan tidak mau menerima brosur lowongan kerja tersebut, sehingga otomatis dicampakkanlah brosur tersebut, perlahan, brosur itu pun terlupakan.

Bulan terus berganti, Samara dan suaminya, Bisma, mengalami krisis keuangan hebat. Profesi Bisma yang hanya seorang fotografer lepas sangat sulit untuk diharapkan. Akhirnya, dalam keadaan terjepit Samara pun teringat kembali tentang brosur tersebut. Tanpa proses yang rumit, perusahaan yang dilamar Samara melalui brosur itu pun menerimanya. Disinilah masalah mulai timbul, ternyata PT DJL yang merupakan perusahaan baru Samara merupakan perusahaan yang cukup misterius. Asetnya besar, tetapi hanya untuk kalangan terbatas. Salah satu aset perusahaan ialah apartemen. Samara pun diminta bosnya, Lea untuk menempati apartemen 666 mengingat jarak yang lumayan dapat dipangkas apabila ia pindah.

Samara pun hidup berkecukupan, namun hidupnya mulai tidak tenang. Seolah-olah ia menjadi wanita belian. Selain itu ia mulai diperbudak oleh hawa nafsu, alkohol, pesta, sampai seks. Saat Samara mulai agak tidak nyaman dengan kehidupannya yang kotor kini, ia tiba-tiba bermimpi didatangi seorang perempuan yang mengaku bernama Nyimas Ayu. Sebenarnya, ini bukanlah mimpi. Nyimas Ayu ini telah lumayan sering menampakkan diri di depan Samara dalam rupa nenek-nenek berkerudung hitam yang menyeramkan. Nyimas Ayu bercerita, bahwa sebenarnya ia adalah anak dari Lea, dan Lea ialah iblis yang sesungguhnya. Lea selalu mempunyai dendam akibat masa lalu ibunya yang kelam, akibat ibunya diperkosa beramai-ramai oleh sekelompok pemuda. Lea inilah perpanjangan tangan ibunya, dia membalaskan dendam terhadap keturunan-keturunan pemerkosa ibunya, hingga ia tetap dapat muda dan mendapatkan kekayaan yang berlimpah.

Cerita misteri ini dapat dikatakan khas Indonesia. Kisah klasik pembalasan dendam mewarnai buku ini. Ide ceritanya cukup menarik, walaupun sulit dibayangkan pula apabila Samara itu masih ada hubungannya dengan Lea pada akhirnya. Yang sulit dibayangkan ialah selisih usia dan dunia yang seolah hanya selebar daun kelor. Ya, kemana-mana dapat ditemui orang yang berhubungan darah, seolah-olah dunia ini tercipta hanya untuk klan mereka. Memang, tokoh di buku ini hanya berpusat di Samara, Lea, serta masa lalu tokoh-tokohnya. Namun batasan ini terlalu sempit, sehingga orang lain seolah-olah hanya cameo yang dipaksakan hadir tanpa bisa berbuat banyak pada scene lainnya. Juga patut dipertanyakan tentang “keterkenalan” sebuah perusahaan yang tak membuat orang menaruh curiga sedikit pun, sungguh sangat ganjil. Overall, saya merasakan keseruan ketika membaca buku ini. Saya bisa bilang saya menyukai cerita-cerita misteri, dan buku ini cukup menghibur, ceritanya ringan, namun dalam, penuh makna tentang kehidupan. Bagaimana harta bisa membuat orang lupa diri, serta bagaimana kotornya dunia bisnis, semua upaya, sampai hal yang menjijikan dapat terjadi apabila telah menyangkut bisnis besar. Overall, 3 bintang untuk buku ini.


Judul: Apartemen 666
Penulis: Sybill Affiat
Penerbit: Stiletto Books
Tebal: 202 hal.
Rate: 3/5

Skripsi Galau




Jujur, cover buku ini keren. Mirip banget sama skripsi-skripsi yang beneran ada, dalam bentuk mini tentunya. Hanya satu hal yang agak merusak penampilan cover buku ini. Itu adalah nama si penulis. Pendapat saya sih, kalau nama penulis ditulis dengan nama “benar” dan tidak menggunakan simbol baca seperti “@” dan “_”, mungkin cover buku ini akan terlihat lebih elegan.

Seperti buku sebelumnya, @rach_char ini membawa pembacanya memasuki dunia Luna Lovegood. Namun kali ini dengan embel-embel galau, tak ada lagi kata-kata Luna Lovegood seperti di buku Mars dan Venus. Penasaran apa itu dunia Luna Lovegood? Mesti dicek sendiri deh. Tapi yang jelas, apabila membaca buku ini di tempat umum, yakin deh, pasti bakal banyak yang melihat kita dengan tatapan aneh, heran, bahkan kasihan.

Oke, isi dari buku ini sendiri sepertinya memang pengalaman nyata si penulis dalam menghadapi susah dan kejamnya dunia perkuliahan, terutama dunia perskripsian. Titel Mapala yang melekat menjadikan si penulis (yang menggunakan sudut pandang orang pertama / si penulis sendiri) harus secepatnya menyelesaikan kuliahnya. Oh ya, saya sepat terkecoh dengan istilah Mapala yang ada di buku ini, saya kira ini singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam, eh, tak tahunya mapala ini singkatan dari Mahasiswa Paling Lama. Beralasan dong jadinya mengapa si penulis harus cepat-cepat lulus.

Isi buku ini sendiri benar-benar mirip skripsi, ada halaman pengesahan segala. Judul per bab-nya pun mengacu pada bab-bab yang biasa ada pada skripsi. Sempat skeptis juga dengan nama-nama yang ada pada halaman pengesahan, ada Suneo, Giant, bahkan Robocop! Namun, setelah membaca secara lengkap, terjawab sudah mengapa nama-nama tersebut (yang terkesan asal) ada disitu. Ternyata, si penulis mengasosiasikan diri sebagai Nobita, tokoh yang selalu tertindas. Nah, disini juga tokoh-tokoh tersebut menindas si penulis, tentunya menindas dalam hal penyusunan skripsi, mulai dari susahnya mereka ditemui, sampai akses internet yang dibatasi oleh mereka kepada si penulis. Penulis juga bercerita tentang salah satu temannya yang menurut saya begitu unik. Mengapa? Karena nama temannya itu Bunga. Yang membuatnya unik, karena Bunga itu adalah seorang lelaki. Tetapi tentu, Bunga adalah bukan nama sebenarnya.

Sayangnya, isi buku ini terkesan asal jadi. Sangat banyak kesalahan penulisan disini. Penggunaan huruf kapital terutama yang paling fatal, khususnya dalam hal penulisan nama orang. Sangat banyak nama orang yang ditulis tidak menggunakan awalan huruf kapital. Ada juga penggunaan kata-kata yang terkesan asal, seperti tidak / enggak yang penulis singkat seenaknya menjadi “g”. Bukan apa-apa, karena dalam bahasa sms, kadang ada yang menulis “g” itu untuk tidak, atau untuk “gue”. Sedikit saran untuk penulis, walaupun mungkin buku ini genrenya komedi, tetapi karena formatnya skripsi, ada baiknya kata-kata di dalamnya “dicocokkan” dengan jenis format skripsi tersebut, yah, setidaknya bahasa gaul seperti gw-lo tetapi tidak menggunakan singkatan-singkatan yang tidak perlu. Satu lagi kritik buat penulis, penggunaan kalimat-kalimat kasar yang digunakan sungguh sangat mengganggu mata. Mungkin penulis memang mau mencurahkan kekesalan hatinya, tetapi kata-kata kasar yang terucap terlalu banyak. Kembali lagi diingatkan, format ini mengacu kepada skripsi, jadi lebih baik hal semacam itu dikurangi. Cuma saran :)

Dua bintang untuk buku ini, alih-alih isinya yang begitu berantakan, namun kisah yang ada cukup menghibur dan dapat membuat tertawa sekaligus prihatin. Tetapi untunglah, akhirnya skripsinya beres juga, semoga bisa terus berkarya menciptakan buku-buku bagus lainnya.


Judul: Skripsi Galau
Penulis: @rach_char
Penerbit: nulisbuku.com
Tebal: 203 hal.
Rate: 2/5

Berlibur sambil Berkaravan



Berkelana. Itulah judul buku Lima Sekawan nomer lima ini. Sebenarnya judul asli buku ini ialah Go Off In A Caravan. Entah mengapa unsur “karavan” di judul aslinya dihilangkan dan diganti dengan judul Berkelana, yang sama sekali kurang mencerminkan apa dan bagaimana Lima Sekawan kita ini berpetualang.

Ada yang baru di buku ini, Lima Sekawan kali ini berlibur musim panas di kediaman Julian, Dick dan Anne. Ini adalah liburan musim panas ketiga anak-anak tersebut setelah pertama kalinya mereka dipertemukan. Ini pula saat dimana tokoh ayah dan ibu ketiga bersaudara (Julian, Dick dan Anne) muncul, meskipun hanya sekilas dan tidak diperkenalkan secara detail nama mereka.

Seperti biasa, awal-awal liburan mereka agak membosankan, tidak ada petualangan seru, hanya diisi dengan bermalas-malasan. Sampai suatu saat, lewatlah sebuah rombongan sirkus di depan rumah mereka. Selain membawa banyak binatang, ada satu hal yang sangat menarik perhatian anak-anak, yaitu karavan! Anak-anak pun berinisiatif untuk membujuk ibu menyewa karavan untuk mereka gunakan berkelana. Apalagi, diantara rombongan sirkus tersebut ada anak sebaya mereka, yaitu Nobby. Rencananya, mereka akan berkaravan dengan ditarik oleh kuda menuju tempat rombongan sirkus berkemah, sekaligus meminta Nobby untuk mengantar mereka melihat-lihat sirkus tersebut.

Rombongan sirkus itu ternyata tidak sepenuhnya diisi oleh orang-orang baik. Ada Lou dan Paman Dan, yang sebenarnya merupakan seorang akrobat dan pelawak, namun mempunyai sifat yang buruk, masam, dan mudah marah. Apalagi ketika mereka mengetahui anak-anak “mengikuti” rombongan sirkus tersebut, sekonyong-konyong anak-anak diusir secara kasar oleh mereka, sebab mereka ternyata mempunyai udang di balik batu.

Sama seperti buku sebelumnya, kali ini Lima Sekawan tetap move on dari Pondok Kirrin. Mereka mencari tempat berkemah dengan karavan di sebuah bukit dengan pemandangan danau yang begitu indah. Seperti biasa pula, apabila mereka liburan dan berkelana seperti ini pasti banyak makanan yang sangat menggiurkan. Suasana pertanian yang juga menjual kue-kue dan bahan makanan pun seolah ingin terwujudkan di negeri Indonesia sini. Belum lagi, karavan yang membuat iri para pembaca. Tak terbayangkan, anak-anak seumuran mereka disewakan karavan di Indonesia sini, sungguh sangat tak masuk akal. Oleh karena itu, sedikitnya kita patut memberi jempol kepada Lima Sekawan ini, yang dalam usia masih begitu muda telah berani untuk berkaravan sendiri, tanpa ditemani orang tua mereka.

Masih tak jauh berbeda pula, unsur lorong-lorong bawah tanah masih ada di dalam seri ke lima ini. Entah, apakah memang pada tahun 1946 ketika buku ini pertama kali terbit di Inggris memang masih banyak lorong-lorong bawah tanah di Inggris sana, sehingga kebanyakan anak-anak ini selalu berurusan dengan dunia bawah tanah yang gelap dan pengap. Kali ini lorong bawah tanah tersebut digunakan untuk menyembunyikan harta curian. Harta yang telah lama dicari oleh polisi di Inggris sana. Anak-anak pun yang tak sengaja menemukan lorong ini terjebak di dalam tanah dan terancam jiwanya akibat penjahat-penjahat yang ada yang membawa senjata.

Dari segi bahasa dan isi cerita, tetap, buku ini tak akan saya rekomendasikan kepada anak di bawah usia 10 tahun. Masih banyak adegan yang kejam yang diceritakan disini. Seperti tampar-menampar, bahkan sampai adegan meracuni. Sungguh sebuah kejadian yang belum patut untuk dibaca dan dipahami oleh anak-anak sekecil itu. Namun bagaimanapun, cerita di buku ini seru dan mendebarkan untuk dibaca, sehingga bintang lima cocok untuk buku ini.


Judul: Lima Sekawan: Berkelana
Penulis: Enid Blyton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 271 hal.
Rate: 5/5
Rekomendasi Usia: >10 tahun